Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Aku
Daddy Elmar mendorong Vivian menuju ruangan ICU. Darah di keningnya terus mengalir. Pria itu terus menangis mengingat darah akan kematian istrinya. Ia sangat takut, ia berdiri tegak hanya karena Vivian. Saat Vivian butuh seorang ibu ia rela menikah lagi demi putrinya dan dalam pernikahannya ia tidak menginginkan anak lagi. Ia melakukan apapun demi Vivian.
"Sayang jangan tinggalkan Daddy. Daddy tidak memiliki siapa pun."
Daddy Elmar menangis pilu, ketakutan di hatinya semakin menjadi. Ia mengusap air matanya berharap Dokter menyelamatkan Vivian. "Sayang berjanjilah jangan meninggalkan Daddy."
Daddy Elmar berandar di dinding dekat pintu. Dia memejamkan kedua matanya, ia melihat dengan jelas saat Vivian di dorong oleh Alena. Saat itu ia tanpa sadar menoleh ke arah lantai atas.
Daddy Elmar mengepalkan kedua tangannya, ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Viviannya.
"Sayang." Mommy Diane berlari di ikuti Alena. Wanita itu ketakutan melihat wajah Daddy Elmar yang memancarkan aura kegelapan.
Daddy Elmar langsung menampar sebelah pipi Alena. Selama ini ia begitu baik padanya, ia menerima Alena karena ia ingin Vivian tidak sendiri, memiliki saudara sebagai untuk menghilangkan rasa kesepiannya. Masih terngiang di kepalanya saat Vivian menangisi jasad ibunya. Ia tidak bisa melupakannya sampai saat ini.
"Elmar." Mommy Diane terkejut. Suaminya lagi-lagi menampar Alena.
"Pembunuh." Daddy Elmar berucap dengan nada dingin. "Kalian berniat mencelakai Vivian. Aku tidak akan membiarkannya. Aku akan membuat kalian membusuk di penjara."
Mommy Diane meraih dan menggenggan tangan Elmar. "Tidak Elmar, Alena tidak sengaja mendorongnya. Vivian jatuh sendiri, Elmar aku sangat mencintai mu."
"Cinta? Kalau kau mencintai ku, seharusnya kau juga mencintai apa yang aku cintai." Elmar tertawa gila mendengarkan pengakuan cinta wanita di depannya. "Selama ini aku menghargai mu, kau pikir apa?"
Mommy Diane mengepalkan kedua tangannya. Selama ini ia selalu melihat tatapan biasa saja dari kedua mata suaminya. Pria itu tidak bisa melupakan istrinya. "Kau pikir aku bodoh, selama ini kau tidak mencintai ku."
"Tapi aku menghargai mu." Sentak Daddy Elmar. "Apa pernah aku mengabaikan mu sekalipun aku tidak mencintai mu? Selama ini aku selalu menuruti mu, seharusya kau menghargai perasaan ku. Kau pikir aku mau menikah dengan mu. Demi Vivian, demi Vivian aku melakukan semuanya." Daddy Elmar menunjuk ke arah ruangan Vivian. "Aku akan menceraikan mu, kita sudahi saja pernikahan ini."
"Tidak Elmar, maafkan aku. Aku bersalah."
"Daddy, Daddy maafkan Alena. Alena tidak akan melakukannya lagi." Alena tidak ingin hidup di penjara, ia ingin hidup bebas. Dia memohon pada Daddy Elmar saat melihat dua polisi datang ke arah mereka.
"Selamat malam pak, saya mendapatkan laporan atas kasus pembunuhan yang di lakukan oleh nyonya Diane dan nona Alena."
"Benar, mereka pak. Bawa mereka."
"Tidak Elmar, kau tidak bisa melakukan ini. Aku istri mu Elmar."
"Daddy, jangan lakukan ini pada Alena Dad." Alena meronta, ia tidak ingin mendekam di penjara. Ia tidak ingin kasih sayang Elmar menghilang darinya. Air matanya mengalir deras. Masa-masa kecilnya yang ia habiskan dengan dengan Daddy Elmar. Pria itu menyayanginya dan menuruti semua keinginannya. "Alena menyesal Dad."
Di tempat lain.
Seorang pria tercengang dengan kedatangan wanita di depannya. Pria itu langsung mendatangi Apartementnya. Apartement yang ia tinggali bersama dengan mantan kekasihnya. Setelah kepergian kekasihnya ia tidak pernah mendatangi Apartement itu.
Ia terkejut saat mendengarkan suara wanita yang selama ini ia rindukan dan memohon sambil menangis untuk mendatanginya di Apartementnya.
"Anderson."
Elina memeluk pria yang mematung itu. Dia sangat merindukan Anderson. Ia bersyukur bisa lolos dari Dixon. Ia tidak ingin hidup dalam pernikahan itu lagi.
"Anderson."
Anderson menggelengkan kepalanya. Ia harus sadar siapa dirinya, ia sudah menikah dan tidak pantas berpelukan dengan mantan kekasihnya. Ia mengurai pelukannya dan menyuruh Elina duduk.
"Aku akan mengambil air minum untuk mu." Anderson berlalu menuju ke arah dapur dan membawakan segelas air minum padanya. "Ini minumlah."
Elina mengambil segelas air itu, kemudian meminumnya sedikit. "Anderson." Air mata wanita itu mengalir dengan deras. "Tolong aku Anderson, aku sangat takut. Dixon, dia menyiksa ku."