Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jalan
Matahari pagi ini begitu cerah hingga cahayanya masuk ke dalam kamar dan membangunkan Diandra yang tidurnya terlalu lelap. "Emh ... aku merasa tidurku nyenyak sekali," gumam Diandra seraya menggeliat untuk meregangkan otot tubuhnya lalu mencoba membuka mata. Bagian intimnya juga sudah tidak terlalu sakit.
Namun Diandra sangat terkejut saat melihat sosok Erlan yang sedang tersenyum begitu manis menatapnya. Heran tentunya karena Diandra melihat pagi sudah cerah, tetapi Erlan masih berada di atas tempat tidur. "Mas, kok kamu masih disini?" tanya Diandra kemudian duduk bersandar dipan.
"Memang aku harus dimana? Istriku tidurnya nyenyak banget. Sampe nggak bosen liat wajah imut kamu pas tidur," jawab Erlan yang kemudian menidurkan kepalanya di pangkuan Diandra. Erlan mengulurkan tangan dan mengusap lembut sebelah pipi Diandra dengan wajah yang begitu manis. Tatapan Erlan begitu teduh bahkan senyuman itu membuat jantung Diandra seolah berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Bukannya kamu harus kerja, Mas?" tanya Diandra masih berusaha tenang. Erlan pun bangkit dan duduk menyilangkan kaki di depan Diandra.
"Udah ada Jio yang urus. Aku mau ngajak kamu bulan madu, Sayang. Kamu mau?" Erlan balik bertanya dan malah membuat Diandra mengangkat satu alisnya karena semakin heran dengan sikap Erlan. "Kenapa raut wajahmu seperti itu, Sayang? Kamu nggak mau? Kalau kamu nggak mau, em ... aku bakal paksa kamu," ucap Erlan seraya membopong tubuh Diandra turun dari tempat tidur.
"Mas! ish ... apaan sih?" Diandra mencoba berontak agar bisa turun dari tubuh suaminya. Bahkan dia juga memukul dada Erlan beberapa kali, tetapi ternyata apa yang ada di otaknya tidak sama. Diandra pikir Erlan akan memaksa apa, ternyata memintanya untuk mandi.
"Ayo mandi, kita akan jalan-jalan hari ini. Kamu mau pergi kemanapun akan aku turuti," kata Erlan dengan ramahnya seraya membuka semua pakaian Diandra. Sayang, dia harus menahan diri untuk tidak menggauli istrinya itu karena kalau mereka harus bermain terlebih dahulu, Diandra akan kelelahan dan rencana untuk jalan-jalan bisa gagal.
Selama mandi, Diandra semakin bingung dengan sikap Erlan yang biasa saja padahal dia tahu senjatanya sudah sangat mengeras. "Kenapa dia nggak ngapa-ngapain? Padahal miliknya sudah begitu tegang," batin Diandra yang kemudian mengalihkan pandangannya untuk fokus mandi.
"Sebenarnya hatimu terbuat dari apa Diandra? Batu aja bisa berlubang hanya dengan tetesan air terus menerus. Sedangkan aku sudah bersikap lembut begini, kamu seperti sama sekali nggak menyukaiku? Nggak masalah, aku akan bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan cintamu, Sayang," batin Erlan yang juga fokus mandi.
Setelah selesai mandi, Erlan sudah menyiapkan sebuah pakaian khusus untuk Diandra. Baju itu dibeli Jio entah di jam berapa dan baru diantar pagi-pagi sebelumnya matahari terbit. Erlan sudah merencanakan semuanya sejak mereka berdua bangun tengah malam. Sebenarnya Erlan tidak bisa tidur bahkan tidak bosan menatap wajah lelap Diandra. Akhirnya dia memutuskan hari ini akan bersenang-senang dengan istrinya.
"Mas, ini bajunya terlalu terbuka nggak sih?" tanya Diandra setelah memakai pakaiannya.
"Nggaklah. Aku suka banget malah. Warna kuning cocok banget buat kamu, Sayang," jawab Erlan sambil membelai rambut Diandra. "Sini aku bantu make up," kata Erlan meminta Diandra untuk duduk dan Erlan juga duduk di depannya.
Dengan sabar dan hati-hati Erlan memberikan polesan di wajah Diandra, dari BB cushion, alis, blush on dan lipstik. "Kamu belajar dari mana, Mas?" tanya Diandra, tetapi tidak dijawab. Tidak mungkin juga dia akan mengatakan jika dirinya sering menemani Cherin bermake-up, jadi dia banyak tahu tentang make up.
"Udah selesai. Kamu makin cantik, Sayang. Bentar aku ikat sebagian rambut kamu biar agak rapi," kata Erlan yang kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Eh, pake jepit rambut aja deh, jangan diikat," sambungnya lalu memberikan jepit rambut juga memakaikan kalung mutiara. "Perfect!" Erlan menjentikkan jari tangan tepat di depan wajah Diandra.
"Ini kalungnya mahal deh, Mas. Aku nggak cocok pake aksesoris begini. Nggak pernah punya juga," kata Diandra seraya menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin. Diandra juga memegangi kalung yang dikenakan Erlan dan merasa aneh ada benda itu dilehernya.
"Mulai sekarang kamu mau apa pun akan aku belikan, Sayang. Benda apalagi yang belum pernah kamu punya? Ah ya, kamu belum punya ponsel. Nanti aku belikan biar kita bisa berkomunikasi kalau aku pergi dan kamu kangen," ucap Erlan lalu mencium kening Diandra.
"Iya, aku nggak bisa pake barang elektronik, Mas. Aku itu bodoh. Mana bisa pakai barang begituan," jawab Diandra tertunduk malu.
"Hanya bodoh, bisa belajar. Aku akan mengajari semua hal yang belum pernah kamu pelajari. Aku akan jadi gurumu dan itu gratis," sahut Erlan tanpa terbebani sama sekali.
Diandra pun mendongak menatap Erlan. "Benarkah?"
"Iya. Kamu jangan pernah sungkan untuk minta apa pun dariku. Apa yang aku punya itu semua juga milik kamu. Sekarang, kita sarapan dan setelah itu kita pergi jalan-jalan," kata Erlan kemudian menggenggam tangan Diandra keluar dari kamarnya.
"Ya ampun ... cucuku cantik sekali!" puji Nenek begitu melihat Diandra menuruni anak tangga dan segera menghampirinya.
"Nenek, aku juga cucumu. Apa aku nggak ganteng? minimal ya-"
"Be-ri-sik!" kata Nenek dengan mengeja. "Cucuku cuma Diandra. Kamu siapa?"
"Diandra mau kemana? Cocok banget baju itu?" kata Mami yang juga menghampiri dan memuji Diandra. "Kamu bisa make up, Sayang?" sambung Mami.
"Katanya Mas Erlan mau ngajak Diandra jalan-jalan, Mi. Dan ini semua yang siapin Mas Erlan, bahkan make up juga," jawab Diandra seraya melirik Erlan yang syok cool.
"Baiklah, karena Diandra sangat senang jadi kali ini Nenek memberikan dua jempol untuk kamu, Erlangga. Tapi awal sampai cucuku kenapa-kenapa, kamu bakal Nenek coret dari kartu keluarga!" ancam nenek membuat Diandra terkekeh.
"Sayang, kita sarapan dulu yuk!" ajak sang Mami.
"Mam! Kok Erlan nggak diajak? Erlan anak Mami bukan sih?" protes Erlan.
"Bukan! Anak Mami namanya Diandra Ayunda, bukan Erlangga Saputra," jawab Mami.
"Kalau kamu terserah mau makan atau nggak," jawab Nenek. Bukannya kesal, Erlan malah terlihat sumringah dan menyusul ke meja makan. Rasa bahagia melihat Nenek juga Maminya begitu menyayangi Diandra benar-benar tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚