Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Naina dan Arsen, kini tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Naina meraih dasi yang ia letakkan di ranjang tidurnya saat Arsen pergi mandi.
Dengan lihai, dia mulai memasangkan dasi itu. Untunglah, dia memiliki tinggi badan yang lumayan. Sehingga tidak terlalu sulit untuk mengimbangi tubuh Arsen yang kurang lebih hampir dua puluh lima centimeter lebih tinggi darinya.
Arsen menatap wajah Naina lekat. Wajah yang beberapa waktu lalu membuat nya kesal. Wajah yang datang ke rumahnya sebagai istri untuknya. Wajah yang selalu melawan apa yang dia katakan. Wajah yang dingin dan ketus. Tapi sekarang, Naina benar-benar menjadi wanita yang membuat dirinya gila. Gila akan cinta Naina. Gila hingga terobsesi oleh seorang Naina.
Cup....
Arsen mengecup singkat bibir Naina saat dasi di lehernya telah rapih menghiasi kerah kemejanya.
" Kenapa anda begitu lihai mencuri ciuman dari saya? " Tanya Naina sembari menatap Arsen sebal.
" Jika tidak mencuri, akan sulit untuk mencium mu saat ini. " ujar Arsen sembari mengacak rambut Naina.
Naina tersenyum. Entah sejak kapan, laki-laki brengsek ini mulai bisa membuat hatinya goyah dan mudah untuk merasa bahagia.
Suara dering ponsel mengalihkan fokus Naina. Naina meraih ponselnya lalu menggeser layar agar terhubung oleh sambungan teleponnya.
Sebelum mengatakan apapun, seperti biasa, Naina akan menarik nafasnya terlebih dahulu. Sudah paham benar rasanya. Ibu kandungnya tidak akan menghubunginya jika tidak membutuhkan sesuatu.
📱" Ibu? " Sapa Naina.
📱" Naina, apa kau sibuk? " Tanya Ibu.
📱" Tidak. " Naina.
📱" Bisa datang kerumah? ada yang ingin Ibu bicarakan. " Ibu.
📱" Bisa kita bicara melalui sambungan telepon saja, Ibu? " Naina.
📱" Tidak. Ini sangat penting. Tidak bisa lewat telepon. " Ibu.
📱" Baiklah, aku akan datang setelah pulang kantor nanti. " Naina.
📱" Baiklah, Ibu tunggu. " Ibu.
📱" Iya. " Naina.
gitu,,
" Ada apa? " Tanya Arsen yang melihat perbedaan di raut wajah Istrinya.
Naina menatap Arsen. " Aku harus menemui Ibu sore nanti.
" Untuk apa? " Tanya Arsen yang entah mengapa merasa tak suka Naina menemui Ibunya.
" Ibu bilang, ada hal penting yang ingin di bicarakan.
" Penting? " Arsen mengerutkan dahinya bingung. Yang ia tahu, Ibunya Naina adalah orang yang membingungkan. Dia lebih menyayangi Riana keponakannya dibanding putrinya sendiri. Jadi, tidak mungkin hal biasa yang akan mereka bahas kan?
" Iya. Aku akan pergi nanti. " Ujar Naina.
" Aku ikut! " Tegas Arsen. Entahlah, dia sendiri merasa ragu membiarkan Naina menemui Ibunya sendirian.
Naina menatap nya bingung. " Ada apa? apa Presdir seperti anda sudah mulai kurang kerjaan? bukankah itu membuang waktu anda?
Arsen mendesah sebal. " Jangan begitu formal saat bicara dengan suamimu!
" Iya, maaf. " Jawab Naina pasrah.
Setelah beberapa saat. Naina dan Arsen telah sampai di perusahaan. Semua mata tertuju pada mereka. Naina hanya bisa pasrah saat Arsen memaksa untuk menggenggam jemarinya di sepanjang jalan.
Sebenarnya, ada apa dengan dia? kenapa begitu cepat berubah? dia bahkan mulai bertindak sebagai suami yang baik. Jujur saja, ini sangat aneh karena begitu tiba-tiba. Tapi, aku mulai terbiasa. Semoga, sikap mu ini tidak akan berubah.
Sesampainya diruangan Arsen.
" Sayang, bagaimana kalau kita pergi bulan madu? " Tanya Arsen sembari meraih tangan Naina lalu menjatuhkan tubuhnya dipangkuan nya.
Naina membulatkan matanya karena terkejut. Bukan karena tubuhnya yang berada di atas pangkuan Arsen. Melainkan, ajakan Arsen yang begitu membuatnya terkejut.
" Kenapa kau diam? " Tanya Arsen lagi karena tak kunjung mendapat jawaban.
Naina menatap Arsen dengan tatapan menyelidik.
" Sebenarnya, apa yang sedang kau rencanakan? " Kali ini, Naina benar-benar tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran suaminya itu.
Arsen tersenyum sembari menyelipkan rambut ke belakang telinga Naina. " Memang kenapa?
" Kau terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu. " Naina masih menatapnya penuh kecurigaan.
Bukan marah, tidak juga tersinggung. Arsen justru tertawa terpingkal-pingkal.
Entah apa juga, Naina ikut tersenyum melihat Arsen yang justru tertawa tanpa sebab.
Gila! kenapa dia begitu tampan saat tertawa seperti itu?
" Kenapa kau selalu menaruh curiga kepadaku? " Tanya Arsen setelah bisa menguasai dirinya agar tak terus tertawa.
" Karena kau pantas untuk dicurigai. " Naina menatap Arsen kesal. Kenapa? lagi-lagi menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Jadi, kapan perdebatan itu akan selesai? batinnya.
" Kenapa kau begitu ketus? " Tanya lagi Arsen. Entahlah, melihat Naina yang mengerucutkan bibir dan alis yang berdekatan membuat nya bahagia. Menggoda Naina, benar-benar membuatnya tak bisa berhenti.
" Diamlah! dan jangan menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan! " Kesal Naina. Memang tidak mudah berdebat dengan Arsen.
" Ayo kita berangkat lusa. " Ajak Arsen yang sama sekali tak mengindahkan kekesalan di wajah Naina.
Naina kembali menatapnya kesal.
" Jawab dengan jujur! maka aku akan memikirkan rencana bukan madu yang misterius itu.
" Katakan.
" Apa maksud mu mengajakku berbulan madu? " Masih dengan tatapan mencurigakan.
Arsen tersenyum memandangi wajah Naina. Wajah yang membuat kadar kegilaannya meningkat drastis. Wajah yang mampu meluruskan kembali hidupnya.
" Aku hanya ingin,.." Arsen menghentikan kata-katanya. Iya, dia benar-benat suka menggoda Naina.
" Ingin apa? " Tanya Naina dengan antusiasnya menunggu kalimat itu selesai.
" Kau sungguh penasaran? "
Naina mendesah sebal. Lalu apa gunanya dia ngotot meminta jawaban kalau bukan karena penasaran?
" Lupakan saja!
Arsen meraih tengkuk Naina lalu, mengecup singkat bibir ranum itu.
" Aku hanya ingin Naina kecil. " Ujarnya sembari tersenyum.
Blush .....!
Rona kemerahan tidak bisa Naina hilangkan begitu saja dari wajahnya. Dia benar-benar tidak menyangka. Dalam keadaan yang menyedihkan dia masih akan merasa bahagia. Dia pikir, dia tidak akan bahagia karena memiliki suami seperti Arsen. Nyatanya,.. bahagia itu memang sederhana. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
" Kenapa tiba-tiba mengatakan itu? " Tanya Naina sembari memalingkan wajahnya. Dia benar-venar tidak ingin rona malu di wajahnya terlihat oleh Arsen.
Aku tahu Naina. Aku tahu kau belum siap. Aku juga tahu, kau diam-diam meminum pil kontrasepsi. Tapi, aku tidak bisa menunda anak diantara kita. Karena aku takut, kau akan menjauh suatu hari nanti. Aku berharap, adanya anak, akan membuat kau dan aku terikat selamanya.
" Jadi, lusa kita berangkat ya? " Bujuk Arsen.
" Tidak janji. " Jawab Naina.
" Ini perintah suami! " Tegas Arsen.
" Ini juga hak istri untuk menolak. " Elak Naina.
" Kalau kau masih kekeh, aku akan menyergap mu di manapun aku mau. " Ancam Arsen sembari menyeringai.
Sial! kenapa sih dia ini? bulan madu? lusa? Naina kecil? sudah gila ya? umurku saja masih sangat muda. Tentu saja aku belum siap. Lagi pula, aku belum bisa meyakini janjimu sepenuhnya.
" Ar,..... " Panggil seseorang yang baru saja masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Naina dan Arsen kompak menatap ke arah yang sama. Arah dimana sumber suara itu berasal.
" Riana? " Arsen mengerutkan dahinya bingung. Kenapa wanita itu bisa se enaknya saja muncul di dalam ruangannya.
..................