Terpaksa Menjadi Ibu Sambung Putri Sahabatku

"Hai, Kak!" ucap Rania berjalan menghampiri Nur yang sedang melayani para pelangannya.

"Hai, Ra! Hai, Cheesy," ucap Nur langsung mengambil Cheesy dari gendongan Rania dan menciunminya dengan gemas.

"Itu putrinya? imut sekali," ucap pelanggan Nur mencubit gemas pipi gembul Cheesy.

"Ia, Nyonya. Dia putri saya," ucap Rania tersenyum.

"Pasti papanya tampan. Dia sangat cantik,"

"Tentu dong! lihat mamanya juga sangat cantik. Jadi tidak mungkin papanya tidak tampan," puji Nur menatap kecantikan Rania.

"Kakak bisa saja," ucap Rania menunduk malu.

"Maaf, Nyonya! saya tinggal dulu ya," ucap Nur berpamitan kepada pelangannya itu.

"Baik, Nyonya. Saya juga sudah selesai. Jangan lupa pesanan saya di antar ya," ucap pelangan.

"Siap, Nyonya. Nanti supir saya akan mengantarnya,"

"Kalau begitu saya pamit dulu ya. Dadah adik cantik," ucap pelangan itu berpamitan lalu mencium gemas wajah gembul Cheesy.

"Dada tante cantik. Jangan lupa terus belanja di toko tante Nur ya," ucap Nur meniru cara bicara anak kecil.

"Siap! mulai sekarang tante akan terus belanja di toko tante kamu," ucap pelangan itu tersenyum lalu melangkahkan kakinya keluar dari toko swalayan Nur.

"Ada apa, Ra? sepertinya ada yang penting," tanya Nur karena tidak biasa Rania datang menemuinya ke toko.

"Lebih baik kita bicara di dalam saja, Kak," ucap Rania.

"Baiklah! ayo kita ke ruangan ku saja," ucap Nur membawa Rania ke dalam ruangannya.

Demi kenyamanan sang istri, Ardyan sengaja membuat ruangan santai untuk Nur menghilangkan penatnya. Selain untuk memeriksa data pengeluaran dan pemasukan toko swalayannya. Nur juga sering menjadikan ruangannya sebagi tempat istirahat dan berbincang dengan tamunya.

"Ayo duduk!" ucap Nur mepersilahkan.

Rania langsung mengangguk patuh dan duduk di sofa santai yang ada di ruangan Nur. Sedangkan Nur langsung duduk di samping Rania sambil bermain dengan Cheesy.

"Kak! apa bisa aku melihat daftar catatan barang, yang masuk ke restoran yang ada pada kakak?" tanya Rania sedikit menekankan suaranya karena takut Nur tersinggung.

"Boleh! memangnya kenapa Ran?"

"Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya curiga saja ada yang mengelapkan dana restoran,"

"Maksudmu! mengelapkan barang yang masuk gitu?"

"Ia, Kak!"

"Baiklah! aku ambil catatannya sebentar ya," ucap Nur bangkit duduknya lalu memberikan Cheesy kepada Rania.

"Sepertinya catatannya tidak ada yang salah Ran," ucap Nur memberikan catatan daftar belanjaan Rania tiap minggunya.

"Catatannya sama seperti yang ada di buku catatanku. Apa mereka bermain di luar ya?" tanya Rania memeriksa setiap isi catatan itu dengan teliti.

"Lebih baik kita selidiki saja, Ra. Kita selidiki secara pelan-pelan,"

"Aku setuju dengan ide kakak. Aku yakin kita akan segera mengetahuinya. Karena sepandai-pandainya tupai melompat pasti suatu saat akan jatuh juga," ucap Rania tersenyum.

"Aamiin! kau tenang saja. Kami akan selalu membantumu. Kau tau sendiri 'kan jika kita semua sudah seperti saudara. Jadi kita semua akan bersatu, jika ada salah satu dari kita mengalami masalah," ucap Nur mengengam tangan Rania.

"Terima kasih ya kak. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti kalian semua," ucap Rania dengan mata berkaca-kaca.

Walaupun dulu dia sering berbuat jahat kepada Clara. Namun, semua orang tetap berbuat baik padanya. Bahkan mereka menerima Rania dengan lapang dada. Bahkan mereka dengan ikhlas memaafkan semua kesalahan Rania dan melupak semua masa lalu Rania.

"Tidak ada kata terima kasih untuk sesama sahabat. Jadi! aku tidak mau mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu lagi," ucap Nur dengan tegas.

"Upss! siap, Kak" ucap Rania mengangguk patuh.

"Tapi bagaimana hubunganmu dengan Randy? apa dia sudah mulai menerimamu?"

"Em! semenjak pulang dari pesta dia menjadi sedikit aneh,"

"Aneh bagaimana?"

"Aneh ya aneh. Kakak tau tidak! bahkan tadi pagi dia membuatkan sarapan untukku. Bahkan dia mulai memujiku," ucap Rania merona malu mengingat keromantisan Randy tadi pagi.

"Benarkah? apa dia sudah meminta itu?" tanya Nur sambil mengedipkan matanya.

Mendengar pertanyaan Nur, Rania langsung diam menunduk. Jujur saja, untuk melakukan hubungan intim dengan Randy dia masih merasa sangat gugup. Apa lagi selama mereka menikah mereka baru semalam melakukan sentuhan fisik.

"Sudah! tapi," ucap Rania menatap Cheesy.

"Apa Cheesy menganggu?" tanya Nur.

"Tidak! tapi aku belum siap kak. Aku,"

Mendengar ucapan Rania, Nur hanya tersenyum kecil. Dia tau jika Rania belum pernah melakukan itu. Jadi wajar saja dia gugup. Apalagi dengan pernikahannya yang di dasari paksaan, bukan karena cinta. Sehingga membuat kecangungan tumbuh mengantuk persaan Rania.

"Aku tau! tapi sebagai seorang istri melayani suami adalah tanggung jawab kita. Bukan hanya melayani soal makanan, minum, pakaian dan juga keperluan lainnya. Tapi juga melayaninya dengan baik di atas ranjang," ucap Nur tersenyum.

"Apa kau tau setiap kali kalian berhubungan, itu sama saja kalian mengumpulkan pahala secara bersama-sama. Kau harus ingat, mulai sekarang kau juga harus membuka hatimu untuknya. Aku yakin suatu saat nanti kalian akan hidup bahagia bersama-sama," ucap Nur kembali.

"Ia, Kak. Aku akan berusaha membuka hatiku untuk Mas Randy. Aku berharap dengan cinta kami, Cheesy tetap bisa merasakan kasih sayang keluarga yang utuh. Aku tidak mau jika sampai Cheesy merasaka kekurangan kasih sayang. Semoga Mas Randy juga bisa mencintaiku," ucap Rania mengelus lembut puncak kepala Cheesy.

"Kau wanita yang baik, Ra. Tika membuat keputusan yang tepat untuk menjadikanmu sebagi ibu sabung Cheesy. Aku harap keluarga kalian akan bahagia selamanya,"

"Aamiin," ucap Rania langsung mengaminkan ucapan Nur.

Bersambung.......