"Aku bisa menjadi mommy-mu."
"Apa kau kaya?"
"Tentu saja! Aku sangat kaya dari para orang kaya di negara ini."
"Setuju, Mommy!"
Bukan kisah anak genius, melainkan kisah sederhana penguasa muda yang terlambat jatuh cinta. Melalui perantara manis, keduanya dipertemukan lagi sebagai sosok yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan Kecil
"Ollie!"
Oliver dengan santai berjalan di tengah-tengah lobi bersama Tyler yang mengikutinya sambil menggerutu di belakangnya. Adapun tatapan penasaran sekaligus takjub milik milik orang-orang di abaikan oleh keduanya. Seolah hanya ada mereka di sana.
"Ollie ... kau dengar aku tidak?!" Tyler menahan lengan Oliver agar berhenti melangkah.
"Aku dengar! Aku selalu mendengarkanmu," jawab Oliver sedikit kesal.
"Jangan dekat-dekat dengannya!" Sudah berapa kali pria itu mengatakannya.
"Hm."
"Jangan dekat-dekat dengan putrinya yang menyukaimu itu."
"Dia hanya anak kecil, Tyler," jengahnya.
"Dia pasti bukan anak kecil biasa. Bagaimana jika dia licik seperti Liam?" Tyler tetap keras kepala. Ia sudah pengalaman tentang anak kecil, ok! Spesies bernama anak kecil justru sangat pandai berakting!
Semua orang di sana berlalu-lalang sambil memasang telinganya. Mereka tidak bisa hanya berdiri diam dan menonton dengan terang-terangan, kan? Bos mereka yang tampan dan kaya itu akan sangat mengerikan saat marah, tapi kenapa rasanya wanita yang bersamanya itu lebih mengerikan lagi. Perasaan itu muncul begitu saja seperti tanda bahaya di benak semua orang.
Sebenarnya, siapa wanita cantik yang sangat asing itu? Semua yang menempel pada tubuhnya adalah barang bermerk dan edisi terbatas. Jangan abaikan betapa anggun dan berwibawanya wanita itu.
Saat datang, wanita itu tidak berhenti di meja resepsionis untuk konfirmasi, melainkan langsung masuk begitu saja setelah menujukkan sesuatu di ponselnya pada petugas keamanan yang menjaga acces control.
Begitu isi pikiran semua orang pada awalnya, tapi setelah melihat adegan tak biasa ini, isi pikiran mereka mulai berubah lagi. Kekasih? Atau mantan istri?
Oliver menatap Tyler datar, lalu melepas cekalan tangannya. Ia pikir kebiasaan cemburu Tyler yang berlebih telah hilang setelah menjadi semakin dewasa, rupanya telah menjadi akar dalam daging.
"Kembalilah bekerja. Aku juga kembali ke kantor," pinta Oliver sedikit mengecilkan suaranya. Ia sudah lelah melawan pria ini.
"Aku antar."
"Tidak boleh," sahut Oliver cepat. Tyler kembali menatapnya tajam. Oliver pun membalas tak kalah tajam. Cukup lama hingga semua orang menunggu adegan selanjutnya.
Jika keduanya sedang waras, sudah dipastikan tidak ada yang akan bisa menonton mereka seperti pertunjukan drama.
"Miss. Stacy?" Suara itu memutuskan ketegangan mereka. Tyler dan Oliver langsung menoleh ke asal suara.
Seorang pria betubuh gempal membuat Oliver mengangkat sebelah alisnya dengan mempertahankan wajah datar andalannya.
"Siapa?" tanya Oliver acuh.
"Saya David Russell, Miss. Stacy. Sangat kebetulan bertemu dengan anda di sini. Sebuah kehormatan bagi saya bertemu dengan Oliver Stacy yang di idamkan semua orang," pujinya, membuat Tyler menjadi tidak senang. Pria tua dari mana lagi ini!
Berbeda sekali dengan reaksi Tyler. Orang-orang yang menyaksikan adegan mereka tadi justru membulatkan mata dengan mulut terbuka. Oliver Stacy! Jadi, wanita yang mereka lihat sekarang adalah wanita nomor satu di Eropa?! Wanita yang akan sulit sekali di temui meski telah membuat janji!
"Aku tidak ingat ada janji dengan Mr. Russell. Ada perlu apa kau di sini?" tanya Tyler dingin. Ia jadi semakin kesal karena pria tua itu berbinar-binar menatap wanitanya.
"Ah, maafkan saya, Mr. Charles. Saya berniat datang untuk menawarkan kerja sama." Ia sedang mencoba keberuntungan hari ini tanpa membuat janji lebih dulu karena tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertemu, tapi ternyata lebih dari pada yang dibayangkan karena ia bertemu dua penguasa sekaligus!
"Kalau begitu lanjutkan saja. Aku akan pergi." Tanpa menunggu jawaban Tyler, Oliver hendak pergi setelah mengangguk kecil pada David Russell dan sekretarisnya.
"Tunggu, Nona." David menyela. Pria itu memberikan sebuah dokumen padanya dengan senyum cerah. "Maaf jika tidak sopan. Saya pikir hanya ini kesempatan bertemu anda. Mungkin anda tertarik dengan proposal saya." Untung saja ia menyiapkan banyak salinan untuk berjaga-jaga. Seperti rumornya, wanita ini memang luar biasa.
"Sure," datar Oliver, kemudian benar-benar pergi dari sana. Tyler menatapnya hingga menghilang.
"Apa yang kalian lihat?! Tidak punya pekerjaan?" hardik Tyler kemudian, membuat semua orang langsung berlarian pergi hingga tempat itu kosong kecuali penjaga dan resepsionis.
David dan sekretarisnya menjadi merinding sekarang. Sebenarnya tidak ada keberanian untuk datang seperti sekarang, namun demi kemajuan perusahaan mereka yang sedang di ambang kebangkrutan, ia harus memberanikan diri mendatangi kandang singa.
"Jeremy! Kau ingin bersembunyi selamanya? Mau aku bantu sembunyikan sekalian?"
Pria yang disebut namanya itu lantas keluar dari balik dinding pembatas sambil memamerkan giginya canggung. Sebenarnya ia menunggu hingga Oliver dan Tyler selesai dari perdebatan mereka.
"Maaf, Tuan."
Tyler hanya menatapnya dingin, kemudian berbalik pergi meninggalkan David dan sekretarisnya. "Kau urus mereka."
"Baik!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...