Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Umi
Tok tok tok...
"Siapa sih yang datang malam - malam begini? "
Shima meletakkan kembali laptop di pangkuannya dan membuka pintu untuk tamu yang ada di luar.
Klek
"Loh Umi? " Shima segera memeluk gadis cantik di depannya.
Gadis berparas ayu dan berjilbab itu membalas dengan erat pelukan Shima.
"Aku kangen banget" Ucap Umi.
"Sama. Aku juga kangen sama kamu Mi. Ayo masuk, kamu katanya kamu mau menetap di kota C, kok balik lagi? "
Gadis itu memanyunkan bibirnya.
"Kamu gak seneng ya, aku balik kesini? "
"Bukan gitu Mi. Aku kaget aja, kamu katanya mau di jodohkan dan langsung menikah. Jadi gimana? " Tanya Shima.
"Kakak perempuanku suka sama orang yang dijodohin sama aku Shi"
"Aih.. kok bisa? "
"Ceritanya panjang. Aku dijodohin sama Andi, anaknya temen papah. Aku iya_in aja, karena kamu tahu sendiri, aku gak pernah nolak permintaan papah. Setelah acara pertemuan keluarga, Kak Yaya bilang sama Papah kalau dia suka sama Andi. Ya dari pada aku kan juga belum ada suka sama Andi, aku suruh aja Papah nikahi_n mereka berdua. Andi juga waktu ditanya lebih suka sama kakakku yang katanya lebih cantik dan lebih dewasa dibanding aku yang masih bocil ini."
Shima melongo mendengar penjelasan Umi.
"Kakak kamu? Kok bisa? "
"Yaa bisa lah. Mungkin emang Andi jodohnya kak Yaya. " Ucap Umi cuek.
"Aku masih heran aja, kok ya ada saudara yang seperti itu. "
"Dulu kak Yaya pernah dijodohin sama anak temen arisan Mamah. Katanya mau mau aja dijodohin, ikhlas karena surga ada di telapak kaki mamah, eh waktu nikahan, dianya malah kabur sama cowoknya. Gak pulang sebulan. Akhirnya kakak di temukan di kota J dan di seret pulang sama papah"
"Lalu pacarnya? "
"Pacarnya itu ternyata temennya kakak waktu kakak sekolah di pondok sana. Katanya kakak milih yang ahli kitab. Tapi ternyata pacarnya ketahuan udah nikah sama cewek lain di belakang kakak"
"Terus? "
"Terus kakak udah di rumah kumpul lagi sama keluarga" Umi tersenyum
"Dan kakakmu bikin ulah lagi? "
"Udahlah Shi, mungkin Andi emang cocoknya sama Kakak. Aku ikhlas kok, aku yakin ini pasti doa dari jodoh sejati aku yang sebenarnya. Makanya aku sampai saat ini belum ditakdirkan untuk menikah"
Shima semakin pusing mendengar cerita Umi.
Malam semakin larut dan mereka pun masih terus berbincang. Umi menceritakan kisahnya waktu di kota C, sedangkan Shima menceritakan pertemuannya dengan wanita paruh baya yang ditolongnya.
Pukul 10 malam, Umi pamit hendak menuju kontrakannya yang hanya terpaut 3 pintu.
"Bumil tidur cepat jangan begadang terus."
"Iya iya, bawel"
"Jadwal periksa dokter kapan Shi? Aku ikut boleh nggak? "
"4 hari lagi deh kayanya" Jawab Shima sembari memegangi dagunya.
"Udah berapa bulan sih ini dedeknya Shi? "
"Udah mau jalan 5 bulan. Sekarang aku udah bisa ngerasain gerakannya? " Shima mengelus perutnya
"Uwahhh.. Pokoknya besok aku ikut anter kalian periksa ya" Mata Umi berbinar.
"Iya, udah sana cepet istirahat. Bye Aunty"
Umi melambaikan tangannya dan Shima kembali mengunci pintunya. Ia pun segera membaringkan tubuhnya menghadap ke tembok.
Sudah hampir empat jam berbaring, nyatanya matanya sulit di pejamkan. Semenjak ia bermimpi bertemu dengan Kim, ia seperti takut jika akan di datangi mimpi yang serupa. Entah itu sebagai firasat atau memang hanya sebagai bunga tidur saja. Ia menerawang menatap ke tembok. Ia mengingat rentetan kejadian yang pernah menimpanya. Bagaikan rekaman yang diputar berulang, bayangan masa sulitnya terus menghantui di setiap malamnya.
Gadis pelunas hutang, tidak dicintai suami, suami tidak mengakui buah hati mereka, hingga tuduhan Shima hamil anak lelaki lain. Hatinya sudah terlalu sakit, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menepi dan menghilang dari orang- orang di masa itu. Kini Shima hanya fokus pada dirinya dan buah hatinya.
Setiap hari Shima akan menulis novel di beberapa platform. Meski tak banyak uang yang di hasilkan, tapi lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari dan untuk biaya persalinannya nanti.
Shima yang saat itu turun di stasiun kota B, bertemu dengan Umi di gerbong kereta. Shima yang terlihat menyedihkan dan seperti orang tanpa tujuan, menarik perhatian Umi.
"Mbak mau kemana? " Sapa Umi.
"Gak tahu mbak"
"Mbak asalnya dari mana? "
"Saya dari kampung" Shima mengusap air matanya.
"Emang mbak gak punya tujuan? "
Shima menggeleng lemah dan beberapa kali mengusap perutnya
"Mbak lapar ya? "
"Tidak, saya sedang hamil mbak"
Awalnya Umi juga berpikir bahwa Shima hamil di luar nikah, tapi setelah mengobrol panjang, Umi tahu penyebab Shima pergi dari rumah keluarga suaminya.
Akhirnya Umi mengajak Shima hidup mengontrak di dekat kontrakannya. Umi yang setiap hari bekerja sebagai EO, memilih mengontrak karena ada banyak masalah dengan kakak perempuannya. Kakaknya selalu merasa iri dengan Umi. Padahal menurut Umi, kakaknya jauh lebih unggul dari dirinya.
Disinilah akhirnya Shima, terbaring sendirian dengan mengelus perut buncitnya.
"Kamu sehat selalu ya Nak, Ibu gak sabar pengen peluk kamu. Temani Ibu selalu ya, Ibu sayang sama kamu"
Rupanya bayinya mengerti apa yang dikatakan Shima, hingga Shima merasakan perutnya ditendang.
Shima tersenyum dan perlahan matanya menjadi berat dan akhirnya tertidur pulas.
Hujan yang mengguyur sebagian besar kota B, membuat para penduduknya semakin nyenyak dalam buaian mimpinya. Lalu lalang kendaraan tak berkurang, seakan tak memperdulikan hujan yang turun mengguyur jalanan kota dengan sangat deras.
*
*
Musik berdentum dengan keras di segala penjuru ruangan. Bau al_ko_h_ol yang menyengat, malah semakin membuat orang orang di dalamnya lupa akan dunia. Mereka semakin asyik meminum minuman lak_nat tersebut. Tak terkecuali Cello. Ia berharap Andre akan datang menemuinya, namun ternyata nihil. Andre tak menampakkan batang hidungnya sama sekali.
Cello hanya minum beberapa teguk te_qu_ila, namun kepalanya sudah terasa berat. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk pulang setelah menyadari bahwa Andre memang sudah muak dengannya dan tak akan pernah menemuinya.
Tiba di parkiran, ia melihat seorang wanita berhijab sedang di ganggu oleh dua orang pria. Saat menyadari kedatangan Cello, dua pria tersebut lari tunggang langgang.
"Makasih ya Mas" Ucap wanita tersebut.
"Iya, siapa namamu? "
"Aku Nadia mas" Jawab gadis itu seraya menunduk.
"Kok kamu ada disini malam - malam? Bukannya gadis sepertimu biasanya ada di sebuah kajian? "
"Saya tertinggal rombongan Mas, dan saya harus berjalan kaki, saya mengira ini mobil adik saya, rupanya saya salah" Jawab Nadia.
"Oh.. ku kira kamu sedang mencari suamimu yang jadi salah satu tamu di dalam sana. Hehehe. Ya sudah, ayo ku antar pulang. Dimana rumahmu? "
"Saya akan mencari hotel terdekat saja mas, rumah saya ada di luar kota, dan maaf saya belum menikah"
Akhirnya Cello mencarikan hotel terdekat. Setelah beberapa menit berkendara, Cello menepikan mobilnya dan menurunkan gadis tersebut disana.
"Makasih ya Mas, tapi maaf nama Mas siapa? Boleh minta nomor teleponnya? "
Sejak pertama melihat Cello, Nadia sudah tertarik padanya. Ia mencoba peruntungan siapa tahu, Cello juga tertarik padanya.
"Nama saya Cello. Cello Adrian." Cello juga memberikan nomor teleponnya.
"Saya Nadia. Nadia Munira"
Jawab Nadia tanpa menjabat tangan Cello yang sudah menggantung di udara dan hanya mengatupkan kedua tangannya di dada.
"Oh.. Maaf." Ucap Cello.
"Terima kasih sekali lagi. Saya permisi Mas, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam."
Cello tersenyum seperti mendapati jiwa Shima yang lemah lembut dalam diri Nadia.