🥇 1st Winner [EVENT KONFLIK RUMAH TANGGA]
Calista Zalfa Olina, kaget saat melihat Elvan Rafisqy Fathaan, kekasihnya sedang bercinta di apartemen dengan wanita lain.
Merasa dikhianati, Calista mengadu pada Ghali Daniyal Bramantio, ayah dari Elvan tentang pengkhianatan anaknya.
Om Tio, ayah dari Elvan mendengarkan semua curhatan Calista tentang anaknya dengan penuh perhatian. Melihat perhatian Om Tio, Calista menjadi simpati.
Sejak pertemuan pertama itu, Om Tio sering menghubungi Calista hanya sekedar curhat sambil mengajak makan siang atau makan malam.
Berawal dari sana pernikahan Om Tio dan istrinya yang memang sedang di ujung tanduk membuat Om Tio menaruh hati kepada Calista yang berakhir pada sebuah perselingkuhan.
Om Tio dan Calista akhirnya memutuskan untuk menikah secara siri.
Apakah rumah tangga mereka akan berjalan mulus? Apa yang terjadi jika istrinya om Tio mengetahui pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Sembilan. SDCM.
Calista duduk di sofa sambil menunggu Tio pulang kerja. biasanya Tio pulang sekitar jam lima atau jam enam paling lama.
Calista telah berpakaian rapi, karena dirinya dan Tio akan ke supermarket untuk belanja kebutuhan harian.
Tio yang telah bersiap akan pulang ke apartemen tempat di mana Calista tinggal, dikagetkan dengan kedatangan Tari istrinya.
"Selamat Sore, Sayang," ucap Tari dan langsung memeluk Tio.
Sejak sepuluh tahun belakangan ini, Tari tidak pernah bersikap manis begini. Dalam hatinya Tio bertanya, ada apa dengan Tari? Kenapa dia berubah hari ini
"Tumben mama ke kantor. Udah lama banget nggak menginjakan kaki di sini," ucap Tio dengan mimik keheranan.
"Emang salah seorang istri mengunjungi perusahaan suaminya? Atau ada yang disembunyikan suaminya?" tanya Tari.
Wanita itu tanpa aba-aba, langsung duduk dipangkuan Tio dan mengecup bibirnya.
"Sudah lama kita nggak berduaan begini. Aku kangen banget. Kita ke hotel ya, Pa?"
"Buat apa ke hotel?" tanya Tio.
"Aduh, Papa. Jangan sok lugu. Nggak pantas. Ke hotel lebih enak bercintanya. Aku ingin malam ini kita berdua mengulang saat indah dulu. Aku mau bermain denganmu hingga pagi," ujar Tari.
"Tapi aku nggak bisa, Tari. Aku ada janji."
Tio berdiri dari duduknya, yang membuat Tari juga terpaksa berdiri. Dia berjalan sedikit menjauhi Tari.
"Maaf, Tari. Aku harus pergi.".
"Aku ikut," ucap Tari mengekor di belakang Tio.
"Emang kamu mau ikut kemana?"
"Kemana kamu pergi. Aku ingin kita jalan berdua dan mengobrol dari hati."
"Apakah penting?" tanya Tio.
"Tentu saja. Banyak waktu yang telah kita buang. Aku ingin kita bisa memperbaiki semuanya."
"Aku rasa tidak ada lagi yang bisa kita perbaiki. Semua telah terlambat."
"Tidak ada kata terlambat untuk memulai."
"Baiklah, aku juga ingin bicara. Kira ke restoran terdekat saja."
"Aku mau kita pergi ke restoran favorit kita dulu," ucap Tari.
Tio berjalan meninggalkan ruang kerjanya diikuti Tari. Ketika melewati karyawan yang berkumpul, Tari berjalan cepat kesamping Tio dan memeluk lengannya.
Sampai di parkiran, Tari yang ingin masuk ke mobilnya Tio, dilarang pria itu.
"Bukankah kamu bawa mobil sendiri. Kenapa ikut denganku?"
"Kenapa kamu bertanya begitu? Aku ini istrimu. Masa nggak boleh pergi denganmu?"
"Setelah dari restoran aku nggak akan pulang ke rumah. Nanti kamu pulang dengan apa jika ikut denganku," ucap Tio.
"Kamu bisa mengantar aku pulang sebelum bertemu temanmu. Atau aku ikut."
"Jangan mengada-ada Tari. Kamu sebenarnya mau apa?" tanya Tio heran dengan sikap Tari yang tidak seperti biasanya.
Telah lebih dari sepuluh tahun, Tari tidak pernah ingin pergi bersama dengannya. Di ajakpun biasanya Tari menolak.
"Bawa mobilmu sendiri atau kita nggak jadi pergi!" ucap Tio tegas.
Dengan muka masam Tari pergi dari hadapan Tio dan mendekati mobilnya. Tari mengikuti dari belakang kemana Tio pergi.
Memasuki halaman sebuah restoran ternama keduanya turun dari mobil masing-masing. Tari kembali hanya mengikuti langkah Tio dari belakang, karena pria yang masih berstatus suaminya itu tidak mau saat Tari menggandengnya.
Tio memilih ruangan VIP agar mereka bebas bicara tanpa ada gangguan dari pengunjung restoran lainnya.
Tari yang ingin duduk di samping Tio, dilarang suaminya itu.
"Duduk di kursi depanku aja. Biar kita lebih luasa bicara."
Tio memesan makanan. Sebelum makanan datang dia mencoba menghubungi Calista dengan mengirim pesan. Sepertinya ponsel Calista tidak aktif, pesan yang Tio kirim hanya centang satu.
Setelah makanan datang, Tio baru mulai membuka suara.
"Katakan aja, tanpa basa-basi. Apa sebenarnya yang kamu mau?" tanya Tio.
"Aku hanya kangen pergi berdua denganmu. Sudah lama kita nggak berdua begini."
"Kenapa baru sekarang kamu menyadarinya. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kita makan bersama."
"Maaf, Tio. Aku akan memperbaiki semuanya. Mulai hari ini aku akan mengurangi kegiatanku. Setiap akhir pekan aku akan di rumah. Bukankah kamu juga libur dan memiliki banyak waktu saat akhir pekan."
"Semua telah terlambat. Nggak ada yang bisa diperbaiki. Apa kamu lupa, baru dua minggu yang lalu kamu meminta aku untuk melakukan apa saja dengan wanita yang aku suka. Sepertinya aku telah nyaman seperti itu."
"Kamu boleh jalan dengan wanita tapi bukan menikahi mereka. Aku udah sering katakan itu bukan."
"Pemikiran yang aneh. Apa kamu nggak sadar dengan kamu mengizinkan aku berhubungan dengan wanita lain, itu berarti kamu telah melepaskan aku. Sekarang aku telah menemukan wanita yang membuat aku nyaman."
"Jadi benar yang dikatakan Elvan, jika kamu telah menikah lagi?" tanya Tari dengan suara tinggi.
"Jika aku telah menikah lagi itu lebih baik, bukan? Dari pada aku berzina dengan banyak wanita. Aku juga telah mendaftarkan gugatan cerai kita, karena hubungan kita ini sudah tidak dapat diperbaiki. Aku sudah nggak ada rasa cinta lagi denganmu, Tari."
"Nggak, kamu nggak boleh menikah lagi. Istrimu hanya ada satu. Aku!"
"Jangan egois, Tari. Lebih dari sepuluh tahun aku menunggu kamu berubah, aku masih berharap kamu menyadari kodrati sebagai seorang istri dan ibu. Namun, kamu terlalu asyik dengan dirimu dan duniamu. Kamu lupa kodratmu sebagai ibu dan istri."
"Aku begini juga karena kamu. Apa kamu lupa ,jika aku mulai sering keluar rumah dan jalan-jalan karena aku kesepian di rumah. Kamu sibuk dengan kerajaanmu saja."
"Aku bekerja juga untukmu dan Elvan. Aku berusaha membangun kerajaan bisnisku juga untuk keluarga. Aku berharap saat letih pulang kerja ada istri yang akan menyambutku, tapi kamu sibuk dengan kesenanganmu sendiri."
"Aku juga bosan di rumah sendiri. Apa kamu lupa, aku sengaja menyibukkan diri untuk melupakan masalah yang menimpa kedua orang tuaku. Keluarga bangkrut dan menjadi miskin seketika. Aku juga stres."
"Karena itulah aku bekerja keras. Aku ingin bisa memenuhi kebutuhan kamu yang biasa hidup mewah."
"Maaf, aku janji akan mencoba berubah untukmu. Putuskan hubunganmu dengan wanita itu."
"Aku telah menikahinya."
"Kamu pasti hanya menikahinya secara siri. Ceraikan saja. Dan beri dia uang. Pasti udah senang. Wanita itu pasti hanya ingin uang dan hartamu."
"Kamu atau wanita itu yang hanya inginkan hartaku. Apa kamu pikir selama ini aku nggak tau, kamu sengaja meminta uang dan membeli properti atas namamu agar semuanya aman saat kita berpisah. Namun jangan takut, aku akan tetap memberikan hakmu jika nanti perceraian kita dikabulkan."
Tio menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Cobalah berubah, nggak ada gunanya kamu bersenang-senang aja. Umur kita sudah makin tua. Cobalah merubah gaya hidupmu."
"Baiklah aku akan berubah, tapi aku ingin kamu mendampingiku."
"Itu tidak mungkin, Tari. Aku telah menemukan wanita yang akan menemani sisa hidupku."
Tari berdiri dari duduknya dan menantang Tio. Tampak sekali jika dirinya menahan amarah.
"Aku nggak akan membiarkan kamu menikahi wanita lain. Aku akan menuntut kamu dan pelakor itu," ucap Tari emosi. Dia berjalan meninggalkan Tio sendiri di ruangan itu.
...****************...
Bersambung
ya wajar donk klo diceraiin sma suaminya.
udh nikah kuliah tetap jalan,KB dulu sampai selesai kuliah baru hamil.