"Aku kecanduan dengan tubuh mu, Nona." Juan berbisik sensual di telinga Syera.
"Kau begitu kurang ajar, mana ada pengawal yang menikmati tubuh anak majikan nya heh!" Ketus Syera sambil mengeratkan selimutnya.
Syera Alana Lurious gadis yang nakal dan susah di atur di pertemukan dengan Juan Karessa Mahendra yang di pekerjakan oleh ayah nya menjadi pengawal nya.
Karena suatu kejadian, membuat Syera dan Juan terlibat hubungan terlarang yang membuat sang ayah murka.
Bagaimanakah kisah cinta antara anak majikan dan pengawal nya? Apakah kedua nya bisa meluluhkan hati ayah Syera? Simak hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - TGSP
Kedua insan itu masih berjalan-jalan di taman, sesekali Syera meminta Juan untuk mengambilkan foto nya, dan hasilnya sangat bagus karena Juan juga punya hobi mengambil foto.
"Wahh, foto-foto nya bagus semua, Ju." Puji Syera sambil melihat-lihat foto hasil jepretan Juan di ponsel nya.
Juan hanya menjawab dengan senyuman kecil yang membuat Syera salah tingkah, sejak kejadian ciuman hari itu, dia gampang baper sepertinya. Bahkan hanya di senyumi Juan, wajah nya bisa merona.
"Nona, kenapa wajah anda selalu saja merona?"
"Merona apa nya? Enggak kok." Jawab Syera sambil menepuk-nepuk pipi nya.
"Isshh, jangan di tepuk-tepuk nanti wajah nya makin merah." Juan menarik tangan Syera yang berada di wajah nya.
"Juan.."
"Kenapa, Nona?"
"Tidak, kita pulang saja." Ajak Syera secara tiba-tiba, padahal tadi Juan yang mengajak nya pulang karena hari sudah petang, tapi gadis itu kekeh ingin jalan-jalan. Saat Juan mengatakan nanti papah nya marah, Syera mengatakan jangan khawatir itu urusanku. Tapi sekarang, secara tiba-tiba dia mengajak pulang? Aneh, tapi ya sudahlah.
"Mari, Nona."
"Juan, lain kali gak usah pake seragam ya?"
"Memang nya kenapa, Nona?" Tanya Juan, kening nya mengernyit heran. Mengapa Syera melarang nya memakai seragam?
"Tidak ada, tapi kau terlihat akan semakin tampan kalau memakai kaos biasa seperti ini."
"Tampan? Siapa, aku?" Tanya Juan sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Disini yang laki-laki kan cuma kamu, Ju. Gak mungkin kalau aku tampan." Jawab Syera jujur. Ya jujur saja, Juan memang terlihat sangat gagah saat mengenakan seragam nya. Tapi itu terasa berlebihan untuk nya, jadi dia lebih menyukai Juan yang mengenakan kaos berlengan pendek seperti saat ini.
"Hehe, Nona bisa aja."
"Gak usah salting, ayo pulang." Ketus Syera, sambil menarik tangan Juan, menyatukan jemari nya dengan tangan Juan yang besar.
"Tangan Nona mungil sekali, tapi lembut."
"Jangan meledek, Ju. Kamu saja yang tangan nya terlalu besar!"
"Haha, Nona jutek sekali."
"Habisnya kamu nyebelin, aku tuh bukan kecil tapi kamu nya aja yang terlalu tinggi juga besar." Jawab Syera sinis. Tinggi Syera hanya sedada Juan, saking mungil nya gadis itu, tapi tak mau di katai kecil padahal memang fakta nya dia memang bertubuh mungil.
"Maafkan saya, Nona."
"Gapapa, aku memang kecil kok jika di bandingin nya sama kamu. Tapi, bukan nya enak ya kalau aku pendek terus kecil gini?"
"Enak nya dimana, Nona?" Tanya Juan, kedua nya mengobrol sambil berjalan, tentunya dengan tangan yang saling bertautan.
"Gampang di peluk, di cium juga. Kalau aku mau cium kamu kan susah, harus jinjit-jinjit, nah kamu tinggal nunduk aja. Gampang kan?" Jawab Syera membuat Juan terkekeh.
"Nona nakal sekali."
"Ya, aku emang nakal makanya Papah jadiin kamu pengawal aku, Ju." Jawab Syera.
"Iya juga sih ya." Juan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hihi, ayo cepetan jalan nya keburu hujan." Ajak Syera, kedua nya pun mempercepat jalan mereka. Setelah di dekat mobil, tanpa di duga Juan di tarik oleh seseorang dan ya, seseorang itu adalah Martin yang merasa dendam pada Juan.
Bukk..
Martin memukul wajah Juan hingga membuat pemuda itu tersungkur ke tanah, Juan memegangi wajah, lalu mengusap ujung bibir nya yang terluka hingga mengeluarkan darah.
"Juaan.." Pekik Syera, dia langsung berlari mendekat ke arah Juan yang masih memegangi wajah nya yang terlihat lebam.
"Juan.."
"Nona, kenapa menangis? Saya baik-baik saja." Ucap Juan, dia mengusap air mata yang meleleh di pipi Syera dengan ibu jari nya. Namun, Martin yang melihat itu merasa terbakar. Dia menendang tangan Juan dari wajah Syera dan menginjak nya dengan sepatu, hingga berdarah tapi Juan tidak meringis sama sekali.
"Cukup Martin!"
"Belum, ini semua belum cukup." Jawab Martin membuat Syera mendekat dan menampar Martin.
Plak..
"Kamu menamparku, Syer? Hanya karena pengawal sialan mu ini hah? Aku kekasihmu, Syera!" Bentak Martin dengan nada tinggi.
"Aku sudah mengatakan kalau hubungan kita selesai, Martin. Aku gak mau punya pacar toxic kayak kamu!" Tegas Syera membuat pria itu kebakaran jenggot karena secara langsung dia lebih memilih bersama pengawal nya dari pada dirinya.
"Jadi kamu lebih memilih mempertahankan pengawal ini dari pada aku, Syer?"
"Kalau iya, memang nya kenapa hah?" Balik tanya Syera membuat Martin meradang. Dia mencengkeram kuat dagu Syera hingga membuat gadis itu meringis.
"Kau akan menyesal jika tetap ingin putus dengan ku, Syera!"
"Keputusan ku sudah bulat, aku lelah dengan semua sikap posesif kamu, Martin." Jawab Syera lirih, meskipun untuk bicara saja rasanya sulit karena tangan Martin yang mengapit erat dagu nya.
"Ckkk.." Martin mendorong wajah Syera hingga wajah gadis itu terhuyung ke samping, melihat hal itu membuat emosi Juan meledak seketika. Dengan cepat, dia menendang tulang kering pria itu hingga membuat nya tumbang, tersungkur di atas tanah.
Juan bangkit, lalu menginjak punggung nya dengan angkuh. Juan versi kedua muncul disaat seperti ini, bahkan Syera saja sampai tak berani mengeluarkan suara nya saat melihat Juan dalam mode seperti ini. Dia bukan terlihat seperti Juan, dia seperti orang lain apalagi tatapan tajam nya.
"Berani sekali kau menyentuh nona ku seperti itu, lancang!" Ucap Juan dengan suara berat nya. Bahkan suara nya saja berbeda, Juan yang ini sangat berbeda bahkan dengan tatapan nya saja membuat bulu-bulu halus nya merinding seketika.
Juan menginjak lengan Martin, seperti bagaimana pria itu melakukan hal itu padanya tadi. Berbeda dengan Juan yang tak meringis atau bahkan menunjukkan ekspresi kesakitan, saat ini Martin teriak-teriak karena rasa sakit di tangan nya.
"Sakit sialan.."
"Lelaki lemah, keputusan Nona Syera untuk putus dengan mu sudah sangat tepat!" Juan mengibaskan kaki nya seperti jijik karena sepatu nya sudah menyentuh Martin.
"Masuk, Nona. Kita pergi, tak ada guna nya melayani pria lemah seperti dia." Juan membukakan pintu untuk sang Nona, Syera pun menurut dan masuk ke dalam mobil nya dan duduk dengan perasaan yang bercampur aduk.
"Duduk dengan tenang, aku tidak membunuh pria itu, Nona." Ucap Juan sambil mengemudikan mobil nya dari taman, meninggalkan Martin sendirian di taman itu dengan kondisi yang memperihatinkan.
"Pipi mu lebam, Ju."
"Ini bukanlah masalah besar, Nona. Asalkan Nona baik-baik saja."
"Juan.."
"Iya Nona." Jawab Juan, nada suara nya, juga ekspresi wajah nya berubah seperti Juan yang Syera kenal.
"Maafkan aku, gara-gara kamu melindungi ku, kamu terluka seperti ini."
"Jangan meminta maaf, ini sudah tugas saya Nona." Jawab Juan, dia melirik sekilas ke arah Syera yang terlihat mengkhawatirkan keadaan nya.
"Aku tahu, tapi itu pasti sangat sakit kan?"
"Tidak, Nona."
"Kita berhenti di apotik ya?"
"Untuk apa, Nona?" Tanya Juan.
"Beli obat buat kamu, nanti aku obati di rumah." Jawab Syera, Juan pun mengangguk setuju. Pria itu tetap mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang, dan saat menemukan apotik, dia pun berhenti dan Syera turun untuk membelikan salep.
Setelah beberapa menit, Syera kembali ke dalam mobil. Juan pun kembali melajukan mobil nya ke arah tujuan, yakni rumah besar milik tuan Roberts.
Hanya sekitar 15 menit saja, akhirnya mobil yang di kendarai oleh Juan sampai di rumah Roberts. Syera keluar lebih dulu, lalu di ikuti Juan.
"Dari mana saja? Kenapa pulang terlambat, sayang?" Tanya Roberts pada putrinya.
"Habis jalan-jalan dulu, sama Juan kok pah."
"Oh ya sudah, Juan nya mana?"
"Saya disini, Tuan." Ucap Juan sambil menunduk hormat ke arah Roberts.
"Pipi mu membiru, kenapa Ju?"
"Tidak apa-apa, Tuan. Hanya ada sedikit masalah tadi, tapi sudah saya selesaikan." Jawab Juan.
"Pah, Syera mau ngobatin Juan di kamar boleh?"
"Kenapa harus di kamar?" Tanya Roberts dengan kening yang mengernyit.
"Obat nya di kamar."
"Ya sudah, jangan macam-macam ya."
"Enggaklah, cuma mau ngobatin luka nya Juan doang kok, Pah." Jawab Syera. Sedangkan Juan memilih diam saja, toh dia mana tahu kalau Syera akan mengobati luka nya di kamar. Kenapa harus di kamar? Padahal tadi kan salep nya baru saja di beli, lalu kenapa harus berbohong dengan mengatakan obat nya ada di kamar?
.....
🌻🌻🌻🌻🌻