NovelToon NovelToon
Tumbal Mata Kedua

Tumbal Mata Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri / Spiritual / Zombie / Tumbal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Cerita ini berlatar 10 tahun setelah kejadian di Desa Soca (Diharapkan untuk membaca season sebelumnya agar lebih paham atas apa yang sedang terjadi. Tetapi jika ingin membaca versi ini terlebih dahulu dipersilahkan dan temukan sendiri seluruh kejanggalan yang ada disetiap cerita).

Sebuah kereta malam mengalami kerusakan hingga membuatnya harus terhenti di tengah hutan pada dini hari. Pemberangkatan pun menjadi sedikit tertunda dan membuat seluruh penumpang kesal dan menyalahkan sang masinis karena tidak mengecek seluruh mesin kereta terlebih dahulu. Hanya itu? Tidak. Sayangnya, mereka berhenti di sebuah hutan yang masih satu daerah dengan Desa Soca yang membuat seluruh "Cahaya Mata" lebih banyak tersedia hingga membuat seluruh zombie menjadi lebih brutal dari sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkepung

Suasana menjadi hening. Mata kami mengembara ke seluruh celah hutan untuk mengawasi sekeliling kami dari kemungkinan zombie yang datang bertamu. Kami duduk melingkar agar lingkup pengawasan kami semakin lebar. Dengan tanpa pencahayaan apapun dan hanya mengandalkan cahaya pudar rembulan, kami harus terus bersikap awas dengan setiap bayangan yang bergerak diantara pepohonan yang rimbun.

Beberapa kali semak terdengar saling bergesekan seakan ada sesuatu yang menyenggolnya. Beberapa kali juga aku tersentak dan langsung memalingkan wajahku disana. Dan beberapa kali juga kami tertipu dengan dahan pohon yang terjatuh.

Ketegangan sangat erat menyelimuti kami semua. Suara napas yang tersengal saling terdengar keluar dari hidung kami. Jantungku berdegup tak karuan. Dalam kondisi menunggu siapakah yang akan datang terlebih dahulu. Tim penyelamat? Ataukah sekumpulan pasukan zombie yang menjemput?

Awan yang terus bergerak sesekali menutupi cahaya rembulan yang bersinar. Beberapa kali juga ia tersingkap dan kembali membiarkan rembulan menampakkan sinarnya. Suasana hening yang mengerikan. Tanpa aba-aba, tanpa pemberitahuan, mereka sewaktu-waktu bisa saja datang.

"Kalian jangan mengeluarkan suara yang terlalu keras. Aku akan mencoba untuk menaikkan sensitivitas alat bantu pendengaranku agar bisa mendengar lebih jauh dari area ini," bisik Shima sembari menyentuh alat bantu mendengarnya. Aku terkesan dengan inisiatifnya.

"Baiklah. Ini sudah tingkat tertinggi. Aku bahkan bisa mendengar suara ular mendesis yang bersembunyi diantara semak sana. Aku harap, Bapak-bapak semuanya jika ingin berbicara pelan-pelan saja agar telingaku tidak sakit," bisik Shima sembari menautkan rambutnya ke belakang telinganya. Kami pun mengangguk pelan.

Shima nampak memejamkan matanya dan menutup telinganya dengan kedua tangannya seakan ingin fokus mendengarkan sekitar dengan lebih seksama. Aku bahkan tidak terpikirkan atas cara yang ia lakukan saat ini. Atau memang dia sudah terbiasa melakukan cara ini sebelumnya? Aku terkesima padanya.

"Ah aku mungkin juga bisa membantu!" seru Hadi bersemangat. Shima tampak mengernyitkan keningnya dan menatap tajam kearah Hadi.

Hadi terlihat membuka tas kopernya dan mengeluarkan sebuah kamera digital setelahnya. Setelah itu, dia membuka layar dan menyalakan mode malam di kamera tersebut.

"Kamera infra merah?" aku terkejut melihatnya.

"Dengan begini, aku bisa melihat malam lebih jelas dan leluasa," ucap Hadi sembari pandangannya mengembara dengan kamera digital yang dia pegang di depan wajahnya.

"Ehm tolong ya, Pak Hadi. Bisa agak pelan dikit ngomongnya. Aku sedang fokus," bisik Shima dengan senyum getir di wajahnya. Hadi pun langsung terlihat membungkuk dan segera menyalami Shima untuk meminta maaf.

"Maafkan aku. Aku lupa hihi," bisik Hadi dengan senyum yang tampak dipaksakan. Shima hanya menghela napas panjang dan kembali memejamkan matanya.

"Halah itu semua tidak ada apa-apanya dibanding penciumanku. Bau mayat hidup itu seperti bau bangkai tikus yang sudah membusuk. Dan disekitar sini aku tidak mencium apapun selain bau keringat dari Darto," sahut Amin sembari memijat pelan hidungnya yang memang mancung itu. Shima kembali mengernyitkan keningnya dan kembali menatap sinis kearah Amin.

"Apa katamu? Kau pikir kau tidak bau keringat juga hah? Aku bahkan ingin sekali muntah sejak tadi tetapi tetap aku tahan karena ada seorang gadis yang ada di depan kita kau tahu!" sahut Darto dengan nada suara yang semakin tinggi. Shima semakin merasa tak nyaman dan segera menutup telinganya.

"Hei! Sudah hentikan! Perkelahian kalian akan membuat...," tiba-tiba terdengar suara semak yang saling bergesekan dengan langkah kaki yang bergerak cepat. Mataku langsung mengawasi ke sekeliling dan tanganku bersiap untuk mengeluarkan pistolku dari sakuku.

Benar saja, seorang zombie langsung melompat dari semak dan langsung menyerang Shima yang masih menutupi telinganya. Aku segera mencabut pistolku dan dengan sigap langsung menembak kearah zombie itu. Zombie itu langsung terpental dan terkapar tak berdaya. Shima berteriak histeris karena tembakanku yang berada diatas kepalanya.

"Berhati-hatilah! Sepertinya mereka akan mulai berdatangan," ucapku tegas sembari pandanganku mengembara ke sekeliling.

Satu persatu zombie pun mulai bermunculan. Geraman para zombie dengan liur yang menetes semakin menambah kesan seram penampakannya. Tetapi jiwaku sudah siap untuk menghadapi mereka. Aku bersiap dengan pistolku dan menodongkan ke kepala mereka satu persatu.

Amin dan Darto langsung menarik cangkulnya yang bersandar pada batang pohon disampingnya. Shima mulai menormalkan alat bantu pendengarannya dan mulai memasang kuda-kuda beladiri taekwondo-nya. Sedangkan Hadi, yah sepertinya dia akan menyerang dengan sedikit aneh.

Para zombie terlihat mengepung kami dari berbagai arah. Mereka masih berdiam diri dan belum terlihat tanda akan menyerang dari sisi sebelah mana. Mataku mengawasi gerak-gerik mereka satu persatu. Mereka terlihat lebih cerdas dan lebih cepat dari waktu itu.

"Gragghhh!!"

Seorang zombie mencoba menerjangku dari arah depan, tetapi masih terlalu lambat. Aku berguling untuk menghindari terkamannya dan langsung berbalik kemudian menembaknya tepat di kepala bagian belakangnya. Dia pun langsung tumbang seketika. Aku menghela napas panjang setelahnya.

"Zombie-zombie ini masih sama seperti waktu itu," gumamku sembari mengusap peluh di keningku.

Shima juga tidak terlihat kesulitan menghadapi para zombie itu. Pertahanannya terlihat sulit untuk ditembus. Gerakan kakinya sangat lihai dalam menendang seluruh zombie yang menyerang. Bahkan dia juga bisa melakukan gerakan split untuk menyerang dan menumbangkan pertahanan zombie yang lemah. Aku tak menyangka, gadis yang tampak manis dengan rambut terikat itu justru terlihat tangguh jika sedang serius.

Kemudian Amin dan Darto. Mereka tampak saling berlomba untuk menumbangkan zombie paling banyak. Dengan ayunan cangkul yang tampak berbahaya, mereka dengan mudah dan tanpa ampun memenggal seluruh zombie yang mendekat. Mereka berdua menyerang secara membabi buta dan tanpa ampun menyerang zombie-zombie itu hingga banyak mayat berserakan di sekelilingnya.

Kemudian Hadi, yah dia hanya bersembunyi dibalik Shima sembari merekam seluruh kejadian yang ada dengan kamera digitalnya.

Pertahanan kami tak tertembus dan dengan tanpa luka yang menggores tubuh kami. Walau mereka terlihat lebih gesit dan lebih ganas daripada 10 tahun yang lalu, tetapi tim ini nampak lebih mumpuni daripada penumpang yang selamat dahulu.

Aku juga tidak bisa menyangkal, aku dahulu memang masih sangat lemah. 2 orang lelaki dewasa, 7 remaja yang masih labil, dan 2 orang anak-anak harus berjuang bertahan hidup melawan zombie yang sangat terobsesi dengan bola mata yang senantiasa mereka ucap sebagai "Cahaya yang indah" itu.

Pasca kecelakaan maut, belum sempat pulih sepenuhnya, harus dikejar-kejar oleh mereka. Sehingga menyebabkan satu persatu teman kami, atau mungkin bisa kusebut keluarga kami harus gugur satu persatu karenanya.

Tiba-tiba kobaran amarah mulai membara di mataku. Setiap kali aku mengingatnya, dan setiap kali aku melihat para zombie itu menyerang, semakin membuat amarahku bangkit. Mungkin seperti ini perasaan yang dirasakan oleh pria nelayan itu ketika perasaan amarahmu yang sudah lama kau pendam, sekarang bisa kau salurkan dengan lebih leluasa saat ini juga.

Amarah yang selama ini kupendam, kebencian yang selama ini aku pupuk, sekaranglah saatnya aku mengeluarkan semua emosiku. Aku menatap tajam mereka semua. Aku kembali mengisi ulang pistolku. Dan inilah saatnya aku membantai mereka semua.

1
IamEsthe
menurutku ku kurang tegang dan deskripsi kepanikannya kurang detail atau greget gimana gitu. aku masih belum bisa ikut alur kepanikan itu.
IamEsthe: pokoknya bagian ini kurang ngenah menurutku. feel nya kurang nyampe
Bang Messi: oke deh. nanti aku benahi kak
makasih sarannya
total 2 replies
IamEsthe
BLA BLA BLA jalur relnya (atau bisa jalur rel kereta)
IamEsthe
BLA BLA pada kaca jendela kereta.
IamEsthe
di langit
novi
loh loh loh?
novi
waw, dia penggali kubur kah?
Bang Messi: kerja serabutan sih lebih tepatnya
total 1 replies
novi
beruntung?
novi
hah?
novi
hah? ko bisa? karena kecelakaan tadi? ko bisa kecelakaan? pantes masinisnya diem doang
Bang Messi: dikit² akan dijelaskan di bab berikutnya ya kk
total 1 replies
novi
ada apa itu?!
𝓡𝓲𝓿𝓮𝓵𝓵𝓮 ᯓᡣ𐭩
ngeri sekalii /Panic//Panic/
Youshin
Mangat thor🔥
Bang Messi: makasihh udh mampir
total 1 replies
Maulidiah (⁠ー⁠_⁠ー⁠゛⁠)
wah ini yang kedua,lebih seram lagi nih
Bang Messi: makasihh kk udh mampir /Heart//Heart/
total 1 replies
novi
ga kenal andra, soalnya langsung baca ini
Bang Messi: dia akan menjadi sosok penting pada bab 30 an keatas. maybe
total 1 replies
novi
kok masinisnya ga peduli? malah penumpang e yg nyari tau, kereta apa ini?! gausah di tumpangi
novi
gaboleh gitu woyy
novi
hah? pistol?
novi
hah? sesuatu yang tidak kita inginkan datang menghampiri kita?
Bang Messi: sedikit² bakalan tau ya kk
total 1 replies
novi
ngeri banget/Toasted//Puke/
novi
halo kak! aku udah mampir yaa... ceritanya bagus, tapi aku belum baca cerita yang sebelumnya, jadi masih agak bingung
novi: oalahh okee kakk/Drool//Drool//Drool/
Bang Messi: okey kak Novi. btw cerita ini dominan ke aksi kok bukan horor hehe
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!