NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Light Novel
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja

Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.

Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

galang vs jarot

"Hebat juga kau, anak muda. Tapi aku yang bakalan menang!" ucap Jarot.

"Oh, yah? Apa cuman segini kemampuanmu, orang tua?" ucap Galang.

"Cuih, jumawa!" teriak Jarot. Seketika, aura hijau gelap membentuk buto keluar dari tubuhnya.

Galang tidak mau kalah. Galang juga menggunakan energi supranatural. Seketika, aura merah darah menyala-nyala di tubuh Galang.

Kedua orang tersebut kembali melesat.

Sementara itu, di dalam rumah Abimanyu, keadaannya sangat kacau. Saat ini, hanya tersisa tiga orang saja yang masih hidup, dan sisanya tewas semua. Darah mengucur deras dari ketiga orang tersebut.

"Sial, Abimanyu! Brengsek! Kalau tau lawannya Tuan Alex, aku tidak akan pernah kesini, walaupun aku punya seribu nyawa!" ucap orang paling tengah.

"Jedar!" Tanpa ampun, Alex mencambuk ketiga orang tersebut. Seketika, mereka mati.

Alex berdiri tegak. "Ada pertarungan di luar. Jarot? Ada apa dia kesini?" gumam Alex dalam hati. "Oh, yah, aku juga harus membunuh anak itu!" ucap Alex.

Alex mengambil pistol yang tergeletak di tanah dan mencari keberadaan Aditya. Aditya tahu akan dibunuh oleh Alex, mencoba melarikan diri menggunakan motornya lewat belakang rumah.

Aditya menggas motornya hingga sangat jauh dari rumahnya, tetapi dor suara tembakan mengenai ban motornya. Seketika, motor Aditya oleng, dan Aditya terjatuh.

"Akhhh!" rintih Aditya.

Dor! Tanpa ampun, Alex menembak kepala Aditya, dan Aditya seketika tewas di tempat.

Sementara itu, Jarot dan Galang pertarungan mereka semakin intens. Mereka berdua beradu pukul terus-menerus.

"Haaaa!" teriak Jarot sambil melesat dengan tinju. Nampak bayangan tangan buto sangat besar.

Galang membuat tameng mistik yang sama besar dengan tangan tersebut, dan "Bang!" Gempa kecil terjadi akibat benturan tersebut, sampai-sampai rumah Abimanyu roboh.

Galang dan Jarot terpental beberapa meter. Galang kembali melesat dengan kecepatannya. Galang sampai di belakang Jarot, dan "Bugh!" Galang menendang punggung Jarot hingga Jarot terpental.

Kawah kecil tercipta di area Jarot terjatuh. Jarot berjalan tertatih, penuh dengan debu, dan kembali melesat ke arah Galang. Jarot kali ini memusatkan kekuatannya pada tinjunya. Galang melihat tinju yang sangat mengerikan, Galang tidak mau meremehkannya. Galang juga memusatkan energi supranatural pada tinjunya dan memasukkan energi pusaka Busur Kanigara pada tinjunya.

Tinju warna merah darah terselimuti warna emas nampak sangat mengerikan, dan tinju warna hijau kehitaman dengan bayangan tangan buto beradu, dan "Dumm!" Ledakan energi terjadi, gempa juga kembali terjadi, kali ini lebih besar. Debu bertebaran di mana-mana.

"Akkhh!" rintih Jarot dengan tubuh penuh debu dan tangan yang memerah. "Di mana Surogeni itu?" ucap Jarot, karena tidak melihat Galang.

"Kau sedang bertarung dengan siapa, dan kenapa kau kesini, Rot?" tanya Alex pada Jarot.

"Aku tadi sedang bertarung dengan Surogeni. Dia pengendali energi supranatural. Kekuatan energi supranaturalnya benar-benar mengerikan, bahkan sampai tanganku patah beradu tinju dengannya. Oh, yah, aku kesini karena dibayar oleh Abimanyu untuk membunuh seseorang," ucap Jarot.

"Siapa Surogeni? Aku tidak pernah mendengar nama itu. Apa orang yang ingin dibunuh Abimanyu... Galang?" gumam Alex dalam hati.

"Kenapa kau disini, Lex?" tanya Jarot.

"Anaku diculik oleh Abimanyu. Dia dendam denganku. Mungkin orang yang dimaksud adalah aku. Dia menyuruhmu untuk membunuhku," ucap Alex.

"Cih, berani sekali orang rendahan sepertinya mengadu domba sesama anggota Gen Petir. Apa kau sudah membunuhnya, Lex?" tanya Jarot.

"Sudah. Bagaimana dengan anakmu?" tanya Jarot.

"Dia baik-baik saja. Sudah dibawa oleh pasukanku," ucap Alex.

"Baiklah, aku pulang dulu," ucap Jarot, dan dibalas anggukan oleh Alex.

Sementara itu, Galang sedang mengendarai motornya. "Ternyata ada juga orang sekuat itu," ucap Galang dalam hati. Berbeda dengan Jarot, tangan Galang justru baik-baik saja, bahkan tidak terluka sama sekali.

Galang mengendarai motornya menuju warung makan karena dia belum makan. "Pak, pesen bakso, pak, satu mangkok."

"Akhirnya ada yang beli," ucap pedagang bakso.

"Lah, emang sepi, pak?"

"Baru kamu nak yang beli di sini. Kenapa dengan warung ini, Singo?" tanya Galang dalam hati.

"Ini sudah biasa, tuan. Biasa saingan bisnis."

"Maksudmu pesugihan?"

"Benar, tuan."

"Apa kau bisa membersihkannya?"

"Tentu saja bisa, tuan."

"Lakukan sekarang."

"Baik, tuan."

Pesenan Galang pun sampai. "Ini, mas, silahkan."

"Sepi kaya udah berapa hari, pak?" tanya Galang.

"Hadeh, udah tiga hari ga ada yang beli sama sekali, mas. Padahal tadinya bakso saya rame yang beli. Terus, yah, mas, ada yang aneh. Masa banyak tetangga saya ngomong, katanya warung saya tutup, padahal warung saya buka terus tiap hari. Kok bisa gitu, pak?"

"Ga tau, mas. Mungkin ada yang pake pesugihan. Gini amat hidup nasib-nasib. Bapak tenang aja, pasti nanti banyak yang beli sama kaya biasa, bapak dagang."

"Semoga aja, mas."

"Pak, beli, pak!" ucap ibu-ibu, dan disusul banyak orang yang membeli.

"Tuh kan, bener kan, pak?"

"Wah, iya, mas."

"Singo, sebenarnya siapa pelaku pesugihan ini?" tanya Galang.

"Dia pedagang bakso, tuan. Sama seperti bapak ini."

"Antar aku kesana."

"Baik, tuan."

Setelah Galang membayar, Galang pergi mengikuti arah tunjuk Singo. Beberapa menit perjalanan, Galang sampai di warung tersebut.

"Rame banget," ucap Galang. Galang masuk ke warung tersebut. Nampak pocong hitam tinggi besar berdiri di pojok warung.

"Kalau dibiarin gini, bisa ga laku bakso punya bapak tadi. Gimana cara ngebongkar pesugihan ini?" tanya Galang dalam hati.

"Tunjukan saja media pesugihan ini pada para pengunjung, tuan," ucap Galang.

"Apa media pesugihan ini, Singo? Dan di mana diletakkannya?" tanya Galang.

"Media pesugihan ini kepala pocong, tuan. Kepala itu disimpan di situ, tuan," tunjuk Singo pada wajan.

"Apa... ada kepala orang di situ... huek!" ucap Galang dalam hati.

Galang langsung masuk, hendak menunjukan bahwa pemilik warung itu menggunakan pesugihan. Galang melihat ke layar televisi di warung tersebut.

"Pembunuhan besar terjadi di kediaman Tuan Abimanyu, dan bahkan Aditya, anaknya, tewas tertembak di bagian kepala. Jadi, Om Alex juga ngebunuh Aditya... serem juga, yah. Udahlah, fokus ke misi," ucap Galang dalam hati.

Galang menuju tengah-tengah warung dan berdiri di meja yang kosong. "Permisi, mohon perhatianya, bapak-bapak, ibu-ibu!" teriak Galang.

"Hey, yang sopan kamu!" ucap pemilik warung, nampak wanita muda dengan emas di jari-jari dan kalung emas.

"Tunggu sebentar, mba. Saya mau menyampaikan pada bapak-bapak dan ibu-ibu bahwa pemilik warung ini menggunakan pesugihan kepala pocong. Kalau ibu-ibu dan bapak-bapak tidak percaya, langsung saja di cek di wajan situ. Ada media pesugihannya," ucap Galang.

Pemilik warung tersebut membelalakan matanya. "Jangan asal fitnah! Kamu, saya laporin kamu ke polisi!"

"Langsung aja cek, kalo berani. Kalo ga ada, silahkan laporkan saya ke polisi," ucap Galang.

"Udah, cek aja!" ucap salah satu bapak-bapak, dan langsung mengecek wajan tersebut, diikuti oleh beberapa pengunjung. Setelah wajan dibuka, benar saja, nampak kepala pocong di wajan tersebut.

"Huek! Huek! Huek!" Muntah para pengunjung ketika melihat kepala pocong diangkat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!