Akan Kutemukan Peggantimu

Mikael, pria Serbia yang dikenal tangguh dan berani, kini menunjukkan sisi berbeda. Setelah kejadian yang menimpa Wilda, ia merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menyelamatkan wanita itu dari bahaya. Ia ingin menjadi bagian dari hidup Wilda, bukan hanya sebagai pahlawan sesaat, tetapi sebagai pasangan hidup.

Namun, Mikael sadar betul bahwa Wilda adalah seorang Muslimah yang taat. Ia sangat menghormati keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Wilda. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, Mikael memutuskan untuk mempelajari lebih dalam tentang agama Islam. Ia ingin memahami keyakinan Wilda, termasuk batasan-batasan yang ada dalam agama tersebut.

Mikael mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk buku-buku tentang Islam, artikel-artikel di internet, dan bahkan bertanya kepada beberapa teman Muslimnya. Ia ingin memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam agama Islam, terutama yang berkaitan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Setelah mempelajari Islam, Mikael semakin kagum dengan agama tersebut. Ia melihat Islam sebagai agama yang indah dan penuh dengan nilai-nilai luhur. Ia juga semakin menghargai Wilda sebagai seorang Muslimah yang taat.

Mikael menyadari bahwa untuk bisa bersama dengan Wilda, ia harus menjadi seorang Muslim terlebih dahulu. Ia tidak ingin hanya sekadar memiliki Wilda, tetapi ia juga ingin memiliki keyakinan yang sama dengan wanita yang dicintainya.

Dengan mantap, Mikael memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan seorang ustadz yang ia temui. Setelah itu, Mikael merasa seperti terlahir kembali. Ia merasa lebih tenang dan bahagia.

Keesokan harinya, dengan penuh keberanian, Mikael datang menemui Wilda. Ia ingin menyampaikan niatnya untuk melamar wanita itu.

"Assalamualaikum, Wilda," sapa Mikael dengan senyum hangat.

"Waalaikumsalam, Mikael," jawab Wilda dengan nada sedikit terkejut.

"Wilda, saya datang ke sini untuk berbicara serius dengan kamu," kata Mikael.

"Ada apa, Mikael?" tanya Wilda dengan nada penasaran.

"Saya sudah mempelajari Islam. Saya sudah menjadi seorang Muslim," kata Mikael dengan nada mantap.

Wilda terkejut mendengar perkataan Mikael. Ia tidak menyangka pria itu akan menjadi seorang mualaf demi dirinya.

"Mikael, apa maksud kamu?" tanya Wilda dengan nada bingung.

"Saya ingin melamar kamu, Wilda," kata Mikael dengan nada tegas.

Wilda terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak menyangka Mikael akan melamarnya setelah ia menjadi seorang Muslim.

"Saya tahu, ini mungkin terlalu cepat. Tapi, saya sungguh-sungguh dengan apa yang saya katakan," kata Mikael. "Saya ingin menjadi suami kamu, Wilda."

Wilda masih terdiam. Ia masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar.

"Saya tahu, kamu masih dalam masa iddah. Saya akan menunggu sampai masa iddah kamu selesai," kata Mikael. "Saya akan menunggu kamu, Wilda."

Wilda akhirnya angkat bicara. "Mikael, saya ...."

"Saya tahu, kamu mungkin masih ragu dengan saya. Tapi, saya berjanji akan menjadi suami yang baik untuk kamu," kata Mikael. "Saya akan selalu menjaga dan melindungi kamu."

Wilda menatap mata Mikael. Ia melihat ketulusan dan kesungguhan di mata pria itu.

"Mikael, saya ...." Wilda masih ragu untuk menjawab lamaran Mikael.

"Saya mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban sekarang. Saya akan menunggu kamu," kata Mikael. "Pikirkan baik-baik, Wilda. Saya akan selalu ada untuk kamu."

Mikael kemudian berpamitan kepada Wilda. Ia berjanji akan kembali lagi setelah masa iddah Wilda selesai.

"Saya akan menunggu kamu, Wilda," kata Mikael sekali lagi sebelum pergi.

Wilda hanya bisa terdiam. Ia masih belum bisa memutuskan apa yang harus ia lakukan. Ia harus memikirkan baik-baik tawaran Mikael.

"Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada hamba," doa Wilda dalam hati.

****

Pria suruhan Agustine yang berhasil lolos dari kejaran polisi, diam-diam mengawasi gerak-gerik Wilda dan Mikael. Ia melihat keduanya sedang berbincang di teras rumah Nurjannah. Pria itu kemudian mengambil beberapa foto mereka secara diam-diam.

Setelah mendapatkan foto-foto yang diinginkan, pria itu segera menemui Bu Emi, si biang gosip yang terkenal suka menyebarkan fitnah. Ia tahu, Bu Emi adalah orang yang tepat untuk menjalankan rencana Agustine.

"Saya punya sesuatu yang menarik untuk Ibu," kata pria itu kepada Bu Emi.

"Apa itu?" tanya Bu Emi dengan nada penasaran.

Pria itu kemudian menunjukkan foto-foto Mikael dan Wilda kepada Bu Emi.

"Ini dia! Lihatlah sendiri!" kata pria itu sambil menyeringai.

Bu Emi terkejut melihat foto-foto tersebut. Ia tidak menyangka Wilda akan berani berduaan dengan seorang pria di teras rumahnya.

"Wah, ini gawat! Wilda benar-benar sudah keterlaluan!" kata Bu Emi dengan nada geram.

"Saya serahkan ini kepada Ibu. Sebarkanlah berita ini kepada semua orang. Biar mereka tahu kalau Wilda itu bukan wanita baik-baik," kata pria itu.

"Pasti! Saya akan membuat Wilda menyesal seumur hidupnya!" kata Bu Emi dengan nada penuh dendam.

Setelah itu, pria itu pergi meninggalkan Bu Emi. Ia yakin, Bu Emi akan menjalankan tugasnya dengan baik.

Sementara itu, Bu Emi sudah tidak sabar ingin menyebarkan berita tentang Wilda. Ia segera mencari teman-temannya untuk membicarakan foto-foto yang baru saja ia dapatkan.

"Kalian harus lihat ini!" kata Bu Emi sambil menunjukkan foto-foto Mikael dan Wilda kepada teman-temannya.

"Ini pasti selingkuhan Wilda!" kata Bu Emi dengan nada sinis.

"Saya tidak menyangka Wilda akan berani melakukan hal seperti ini," kata salah satu teman Bu Emi dengan nada terkejut.

"Dia sudah tidak pantas lagi tinggal di sini!" kata teman Bu Emi yang lain dengan nada marah.

****

Berita tentang Wilda dengan cepat menyebar ke seluruh lingkungan. Warga yang mendengar berita itu, langsung terkejut dan marah. Mereka tidak menyangka Wilda akan melakukan hal yang memalukan seperti itu.

"Kita harus bertindak!" kata salah satu warga dengan nada marah. "Kita tidak boleh membiarkan Wilda merusak nama baik lingkungan kita!"

Warga kemudian bersepakat untuk mendatangi rumah Nurjannah dan Wilda. Mereka ingin meminta penjelasan dari Nurjannah tentang foto-foto yang beredar.

"Kita harus mengusir Wilda dari sini!" kata salah satu warga dengan nada geram.

Kita harus mengusir Wilda dari sini!" kata salah satu warga dengan nada geram.

"Dia sudah tidak pantas lagi tinggal di sini!" kata warga yang lain dengan nada yang sama.

Warga kemudian bergerak menuju rumah Nurjannah dan Wilda. Mereka sudah siap untuk membuat perhitungan dengan wanita yang telah mencoreng nama baik lingkungan mereka.

Dengan wajah panik dan bingung, Nurjannah mendapati rumahnya dikepung oleh warga yang tampak marah. Mereka berteriak-teriak, meminta Nurjannah dan Wilda untuk segera angkat kaki dari lingkungan tersebut. Bu Emi, dengan wajah penuh kemenangan, terlihat paling bersemangat memprovokasi warga. Nurjannah tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia bertanya-tanya, mengapa warga tiba-tiba bertindak seperti ini.

"USIR WILDA DARI SINI!"

"USIR DIA WANITA SOK SUCI!"