"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mana Yang Nyata, Mana Yang Palsu
'Selama kamu menghabiskan banyak waktu dengannya, pendapatmu tentangnya pasti akan berubah. Kamu tidak perlu mendengarkan pendapat orang lain. Kamu harus membuktikannya sendiri,'
Lucifer menunduk menatap wajah yang bersandar di bahunya itu, setelah mengingat apa yang tadi di katakan Ibunya di ruang baca.
Dia melihat Daisy tampak berbeda saat tidur. Wajahnya terlihat lebih lemah dari biasanya.
"Sisi mana yang nyata, dan mana yang palsu?" gumamnya.
Rambut di dahi Daisy basah oleh keringat, dan Lucifer mengulurkan tangannya, membelai rambut itu ke atas sehingga memperlihatkan wajahnya dengan jelas.
Kemudian terbawa suasana dan mengusap pipinya dengan lembut. Turun ke bibir dan membelai bibir mungil itu.
"Dia bahkan lebih cantik dari Rose," gumamnya.
Ketika dia menyadari apa yang telah dilakukannya, dia mendorong orang yang sedang tidur itu.
Kepala Daisy terbentur jendela, dia terbangun sambil mengerutkan kening. Begitu membuka mata, ia melihat Lucifer menatapnya tajam.
"Akhirnya kau bangun juga. Apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan?" ucap Lucifer dengan nada marah.
Daisy yang baru saja bangun masih sedikit bingung, mengira dirinya sedang memegang tangan seseorang dalam mimpinya. Dia menunduk melihat tangannya, lalu melihat bagian jas yang kusut di bahu Lucifer
Melihat wajah Daisy yang tiba-tiba berubah saat menyadari apa yang telah dilakukannya, Lucifer menutup berkas di tangannya dan berkata dengan pandangan menghina, "Lagi, lagi, lagi! Lihatlah wajahmu yang pura-pura menyedihkan dan tak tau malu itu!"
Daisy terdiam, kemudian memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela tanpa menghiraukan orang di sampingnya.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah. Begitu Daisy turun dari mobil, dia merasa sedikit pusing dan tidak stabil.
Lucifer yang berada tepat di sampingnya, tidak menunjukkan reaksi apapun ataupun membantunya. Setelah meninggalkan tatapan dingin, dia berjalan masuk sendirian.
Paman Calix yang baru saja keluar dari rumah itu menghampiri Lucifer dan bertanya, "Tuan Muda, apakah anda akan menginap malam ini?"
"Ya,"
Setelah menjawab, dia berjalan dengan mantap menuju ruang kerjanya di lantai atas. Daisy menatap punggung Lucifer yang semakin menjauh. Dia membuka mulutnya, namun tidak ada kata yang keluar. Percuma, pikirnya.
Dia berpikir mungkin Lucifer akan mengiranya berpura-pura lagi saat tertidur di pundaknya. Sejak kejadian dia dipukuli, dia merasa takut untuk berinteraksi dengan Lucifer.
Dia tidak tahu apa yang dikatakan Rose kepada Lucifer, yang membuat Lucifer semakin membencinya. Jadi dia hanya bisa berusaha untuk tidak membuatnya marah.
"Selamat malam, Paman Calix.." ucap Daisy saat melewati Paman Calix dan berjalan menuju kamarnya.
Daisy berbaring di tempat tidur tetapi tidak bisa tidur. Meskipun dia tahu bahwa Lucifer akan tidur di ruang kerjanya dan tidak kembali ke kamar tidur, dia masih berharap itu akan terjadi.
Karena tidak bisa tidur, dia bangun dari tempat tidur dan menyalakan komputer. Setelah melihat pesan pribadi di layar, dia tersenyum tipis.
"Sudah berapa lama aku tidak mengunggah lagu baru?" gumamnya.
Di akademi, saat ada waktu luang dia selalu menciptakan musik dengan piano nya disertai dengan senandungnya yang lembut dan merdu. Kemudian mengunggahnya di MeToube.
"Banyak komentar yang menginginkan ku untuk mengunggah lagu baru.." gumam Daisy sambil tersenyum senang.
"Anonymous..orang ini selalu memberikan pesan dukungan yang menyentuh," gumamnya sambil menghapus air mata di sudut matanya setelah membaca komentarnya.
Merasa sedikit haus, dia bangkit dan turun kebawah. Seluruh rumah terasa sangat sunyi saat dia membuka pintu kamarnya. Dia berjalan menuruni tangga dengan tenang, kemudian mendongak dan mendapati lampu di ruang kerja Lucifer masih menyala.
Dia berjalan ke dapur, menuangkan segelas air, dan mengambil beberapa kue buatan Bibi Marlin dari kulkas. Kemudian bersandar di samping kulkas sambil memakan kue nya dengan gembira.
Dia sangat menyukai camilan manis sejak kecil, karena Ibunya yang pandai membuat berbagai macam makanan penutup. Dia tertawa kecil saat mengingat kenangan lucu bersama Ibunya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Sebuah suara rendah tiba-tiba terdengar di belakangnya, Daisy segera menyembunyikan kue itu dan berdiri tegak.
Lucifer berjalan mendekat dengan wajah lelah dan menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri sambil menatap Daisy.
"Aku… aku tidak bisa tidur, dan… aku merasa haus.."
Setelah berkata demikian, dia mundur selangkah dan berdiri di sudut, mencoba mengurangi rasa keberadaannya.
"Di mana Paman Calix? Suruh dia membawakan ku secangkir kopi,"
"Paman Calix sudah tidur, aku akan menyiapkannya untukmu.. apakah tidak apa-apa?"
Lucifer hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun. Kemudian berjalan ke meja makan dan duduk dengan mata tertutup.
Melihat bahwa dia tidak ditolak secara langsung, Daisy merasa gembira. Setelah kopi diseduh, dia menuangkannya dengan lembut dan meletakkan cangkir di atas meja.
Lucifer membuka matanya yang lelah itu dan menatap secangkir kopi di depannya. Melihat mata Lucifer yang merah dan lelah itu Daisy merasa sedih.
"Ini sudah lewat tengah malam. Kamu harus tidur dan melanjutkan pekerjaan mu besok," ucap Daisy dengan hati-hati.
"Singkirkan semua kebohongan mu itu! Aku tidak membutuhkannya!"
Mungkin karena begadang dan kelelahan, Lucifer menjadi sangat mudah tersinggung.
Daisy menghela napas pasrah, kemudian berkata, "Kamu tidak ke kamar untuk tidur? Aku bisa tidur di kamar tam-"
"Trik apa lagi yang ingin kau mainkan?" tukas Lucifer.
"Jangan lupa kit akan segera bercerai!"
Setelah itu Lucifer bangkit, kembali ke atas dan membanting pintunya. Di ruang kerjanya, Lucifer tidak mematikan komputer setelah menyelesaikan pekerjaannya, tetapi membuka situs web lain dan mengklik tombol putar.
Musik dan senandung yang menenangkan terdengar di ruang belajar, membuat dirinya kembali tenang. Komposer MeToube misterius bernama D.E.M itu berhasil membuat Lucifer menjadi penggemarnya dengan lagu-lagunya ciptaannya.
Emosi yang kuat di balik setiap lagu selalu dapat membantunya rileks, tidak peduli seberapa lelahnya dia.
"Dia membalas komentar ku.." gumam Lucifer.
"Sepertinya dia memiliki waktu yang sulit,"