Dania terpaksa menggantikan posisi kakak tirinya, Adelia sebagai seorang mempelai wanita dari seorang lelaki yang bernama Daniel Dirgantara.
Tanpa sepengetahuan Dania, ternyata Daniel memiliki kelainan mental. Ia mengalami Intermittent Explosive Disorder, di mana ia tidak bisa mengontrol kemarahannya. Ia bisa membanting dan menghancurkan apa saja, bahkan ia bisa melukai siapapun yang berada di dekatnya.
Hal itu pula lah yang membuat Adelia memilih kabur dan meninggalkan Daniel, beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka.
Bagaimana nasib Dania yang akhirnya berada di bawah kungkungan Daniel?
#Cerita ini hanya lah fiktif belaka, jika ada yang tidak masuk akal, mohon sekiranya dimaklumi. ❤❤❤
💗Terima kasih 💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Ke Rumah Baru
"Heh, Dania! Dari mana saja sih, kamu! Kamu sudah bersiap belum? Bagaimana dengan barang-barang bawaanmu?"
Baru saja Dania memarkirkan sepedanya, Bu Ida sudah memberondong dirinya dengan berbagai macam pertanyaan. Padahal saat itu Dania masih lelah dan butuh istirahat sejenak untuk menghilangkan penatnya.
Dania melangkah gontai kemudian menjatuhkan dirinya di atas sofa tua yang ada di ruang depan. Karena Dania tidak juga menjawab pertanyaannya, Bu Ida pun menjadi kesal.
"Heh, kamu tidak tuli 'kan, Dania! Saat ini aku bicara padamu," kesal Bu Ida dengan mata melotot.
"Iya, Bu. Iya," jawab Dania sambil menghembuskan napas berat. "Semua barang-barangku sudah siap dan tinggal menunggu orang suruhan Tuan Daniel datang menjemputku," jawab Dania kemudian.
"Baguslah kalau begitu." Bu Ida yang tadinya tampak kesal, tiba-tiba saja duduk di samping gadis itu sambil menyunggingkan sebuah senyuman manis.
"Eh, Dania. Nanti, jika kamu sudah resmi jadi Nyonya Dirgantara, Ibu harap kamu tidak akan melupakan kami, ya. Kamu mengerti 'kan maksud Ibu?" Wanita itu menatap Dania lekat dan Dania tahu apa maksud Bu Ida sebenarnya.
"Ya." Dania bangkit dari tempat duduknya. "Aku ke kamar dulu ya, Bu. Aku ingin istirahat sejenak sebelum orang suruhan Tuan Daniel menjemputku ke sini," jawab Dania sambil melenggang pergi.
Bu Ida mendengus kesal karena Dania pergi begitu saja. Padahal ia masih ingin membicarakan banyak hal kepada gadis itu. "Ya, baiklah."
Setibanya di dalam kamar, Dania segera menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur lusuh yang selama ini menemani dirinya. Berbeda dengan kamar milik Adelia yang jauh lebih luas dan yang pastinya jauh lebih baik dibandingkan kamar miliknya.
Dania meraih cincin yang diberikan oleh Erick barusan. Ia menatap cincin itu dengan tatapan sedih. Ia tidak menyangka bahwa Erick benar-benar serius. Ya, walaupun ia sudah tahu bahwa lelaki itu memiliki perasaan kepadanya. Namun, Dania tidak menyangka bahwa lelaki itu benar-benar serius dan berniat ingin melamar dirinya.
"Maafkan aku, Mas Erick. Seandainya kamu melakukan ini lebih dulu, sebelum Ayah dan Ibu menyerahkan aku kepada Tuan Daniel. Mungkin tanpa pikir panjang, aku akan menerima lamaranmu. Ya, setidaknya aku tahu bagaimana dan seperti apa dirimu yang sebenarnya," gumam Dania.
Dania menyimpan kembali cincin itu ke dalam koper yang akan ia bawa nanti agar tidak ketahuan oleh Bu Ida. Kalau Bu Ida tahu bahwa Dania memiliki perhiasan mahal seperti itu, wanita itu pasti tidak akan segan-segan mengambilnya.
Beberapa jam kemudian.
Setelah puas beristirahat, Dania pun segera berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin mandi agar tubuhnya menjadi lebih segar dan bersih tentunya. Selesai mandi, Dania mengenakan pakaian yang bagus dan sopan serta berdandan yang cantik.
Ya, tidak mungkin Dania pergi ke tempat Tuan Daniel dengan penampilan yang acak-acakan, bisa-bisa mulut kejamnya itu kembali menyemburkan api panasnya. Yang dapat membuat telinga dan hati siapapun yang mendengarnya akan terasa panas.
"Sudah selesai, saatnya menyeret koper ini keluar! Selamat tinggal rumahku, selamat tinggal kamarku, selamat tinggal kasurku, aku pasti akan sangat merindukanmu!" gumam Dania.
Baru saja Dania ingin menyeret kopernya, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
Tok ... tok ... tok!!!
"Dania! Dania! Cepat keluar, orang suruhan Tuan Daniel sudah datang," ucap Bu Ida sambil mengetuk pintu kamarnya dengan sangat antusias.
"Iya, Bu. Sebentar!"
Dania bergegas menghampiri pintu kamar kemudian membukanya. Sekarang tampaklah Bu Ida dengan senyum semringah nya menatap Dania. "Ayo cepat, Dania!" seru Bu Ida lagi.
Bu Ida meraih tangan Dania kemudian menuntunnya menuju ruang depan dengan tergesa-gesa. Setibanya di ruangan itu, Dania melihat sosok Roy, lelaki dewasa yang selalu setia menemani Tuan Daniel.
Roy menyunggingkan sebuah senyuman tipis ketika bertatap mata dengan gadis itu. Sementara Dania hanya diam, ia tidak ingin tersenyum barang sedikitpun.
"Ini dia, Tuan Roy. Jadi, kalian akan berangkat sekarang?" tanya Bu Ida dengan sangat antusias.
Dania memutarkan bola matanya. Ia sangat yakin inilah yang paling diinginkan oleh Bu Ida sejak dari dulu. Membuatnya pergi dari kehidupan mereka. Ya, setidaknya ini adalah cara yang halus mengusir Dania dari rumah itu.
"Ya, sebaiknya seperti itu, Bu Ida. Karena saya masih memiliki pekerjaan yang harus saya kerjakan setelah ini," jawab Roy sambil melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tidak bisakah kita tunggu sampai Ayahku pulang? Aku ingin berpamitan kepada Ayah," tutur Dania kepada Bu Ida dan Roy.
"Soal Ayahmu, tidak usah dipikirkan, Dania. Nanti biar Ibu yang sampaikan kepadanya bahwa kamu sudah berangkat. Lagi pula Ayahmu tidak akan mempermasalahkan hal itu, kok," sela Bu Ida.
Dania menghembuskan napas berat. Walaupun terdengar menyakitkan, tetapi apa yang dikatakan oleh Bu Ida ada benarnya. Pak Adi tidak mungkin peduli walaupun ia berangkat tanpa berpamitan kepada Ayahnya itu.
"Baiklah, aku berangkat." Dania kembali menyeret kopernya dan berjalan mendahului mereka menuju pintu depan.
"Sini Nona, biar saya bantu," ucap Roy sembari meraih koper yang diseret Dania dan membawanya menuju bagasi mobil.
"Duh, senengnya! Sekarang sudah dipanggil Nona saja," bisik Bu Ida di samping telinga Dania.
"Ya. Dan jangan lupa untuk mendoakan aku, Bu. Agar aku tetap bisa bernapas dengan mulus setelah pernikahan ini dan bisa mengabulkan seluruh keinginan kalian," jawab Dania sambil tersenyum tipis.
"Ah, kamu ini, Dania! Ya, pastilah! Tuan Daniel tidak akan sekejam itu padamu," jawab Bu Ida sembari menuntun Dania masuk ke dalam mobil. Bu Ida mencoba meyakinkan Dania, walaupun sebenarnya ia tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan Dania lewati setelah menikah bersama lelaki mengerikan itu.
"Ya, semoga saja."
Setelah Dania masuk ke dalam mobilnya, Roy pun segera melaju dan membawa Dania menuju kediaman barunya.
***
"suamiku"
dania munafik kalau kau sadar punya suami apa pantas kau pergi dengan lelaki lain, berinteraksi kayak sepasang kekasih lagi kencan
dania munafik kalau kau benarkan kelakuan menjijikan mu dengan erick berarti suami juga boleh dong punya teman wanita lain dan berinteraksi sepertimu
untuk para author, belajar lagi mana benar mana salah, buka pikiran mu apakah seorang istri bebas berteman dan pergi berduaan dengan lelaki lain kayak sepanjang kekasih itu itu kalian anggap sesuatu yang benar, klo kalian benarkan perbuatan dania berarti boleh donk suami kalian punya teman wanita dan pergi berduaan dengan wanita lain
walau uji hanya novel tapi pakai juga pikiran dan hatimu biar bisa membedakan mana salah mana benar
Aku pasti,Sam punya yg lain diluar sana selain Adelia...👏👏👏