"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Salma memilih menunggu Sarah pulang di mushola yang tidak jauh dari rumah.Dengan tubuh masih gemetar karna ketakutan,gadis itu duduk di pojokan tempat sholat wanita.
"Ya Tuhan,bagaimana ini.Aku ga bisa tinggal di rumah teh Sarah selama Aa Adam masih ada.Tapi aku sudah menyanggupi membantu teh Sarah buat kue pesanan pelanggan." Bathin Salma sesekali matanya menatap keluar lewat jendela.
Salma tak habis pikir,mengapa tetehnya itu bisa dapat suami yang kurang ajar.Seandainya juga kalau dia memberi tahu pada Sarah perihal kelakuan suaminya yang kurang ajar itu,Salma yakin tetehnya tidak akan percaya.Sebab bila di depan Sarah,Adam kelihatan begitu mencintai istrinya dan selalu bisa membuat Sarah bahagia.
Setelah hampir setengah jam berdiam diri di dalam mushola,Salma memutuskan untuk pulang.Siapa tau Sarah sudah kembali.
Benar saja,terlihat motor matic milik Sarah terparkir di teras rumah.
Salma masuk,Sarah dan Nenden yang sedang ngobrol di ruang tamu menatap kehadiran Salma.
"Kamu dari mana aja,Sal? Kenalin,ini Nenden yang akan bantu kita bikin kue." Sarah mengenalkan Nenden pada Salma.
"Tadi aku jalan-jalan sebentar ke luar teh." Sahut Salma sambil menyalami Nenden.
"Yaudah,kamu sama Nenden mulai bikin kuenya ya.Teteh mau nidurin Amira dulu,nanti teteh nyusul kalau Amira sudah tidur." Titah Sarah.
Sarah masuk ke kamar dan menemukan suaminya sedang menemani Amira putri mereka yang berumur tiga tahun sedang nonton film kartun.
"Aa makan dulu ya,tadi Sarah sudah siapin di meja makan.Sarah mau nidurin Amira dulu." Sarah menggendong Amira dan membawanya ke atas ranjang.
Sementara Adam berjalan menuju dapur.Pria itu merasa beruntung ada Salma di dapur sedang memecahkan telor untuk bikin kue.
Mata Adam terus tanpa berkedip menatap adik iparnya itu.Otaknya mulai membayangkan sesuatu yang membuat dirinya senyum-senyum sendiri.
Salma terkejut melihat ada abang iparnya saat membalikkan badannya untuk mengambil mixer yang ada di lemari sebelah meja makan.
Adam tersenyum genit,kemudian mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda gadis itu.
Seketika Salma hendak berasa muntah melihat wajah Adam.Dia melirik pada Nenden,untung saja gadis remaja itu tidak melihat apa yang di lakukan Adam padanya.Diurungkan niatnya untuk mengambil mixer.Dia takut,Adam akan berbuat macam-macam saat melewati pria mesum itu.Lebih aman menyuruh Nenden.
"Nenden,tolong ambilkan mixer yang ada di lemari itu!" Titah Salma pada Nenden yang baru saja selesai melap cetakan kue yang baru dia cuci.
"Iya bik." Nenden berjalan ke lemari yang di tunjuk Salma tadi.
Salma memposisikan tubuhnya membelakangi Adam.Dan mulai membikin adonan brownies.
* * *
Di Pulau Sebrang
Setelah seharian meninjau pabrik kertas tempat Elang bekerja,pria itu mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa panjang yang ada di ruang tamu rumah dinasnya.Tempat di mana pria itu memulai hidup baru.
Walau rumah dinas tapi ukurannya sangat besar dan luas.Ada sekitar lima belas unit bangunan rumah dinas dengan ukuran dan bentuk yang sama.Yang ada penghuninya baru dua belas unit.
Rumah dinas diperuntukkan bagi para staf dan orang-orang penting pabrik.Ada juga puluhan bangunan mess yang terletak sekitar setengah kilo dari rumah dinas.
Mess di peruntukkan bagi karyawan pabrik yang tinggal di luar kota dan pulau.
Baru sebentar merasakan nyamannya sofa setelah seharian bekerja,pintu bel rumah berbunyi.
Dengan sedikit mengoceh pria itu bangun dan membuka pintu.
"Eh bang Naga,masuk bang." Elang mempersilahkan bang Naga yang merupakan bagian kebersihan di kompleks rumah dinas.
Ternyata bang Naga membawa satu galon air mineral pesanannya.
"Oh iya bang,di dekat-dekat sini ada tukang urut ga ya?" Tanya Elang setelah bang Naga selesai meletakkan air di ruang makan.
"Ada pak Erlangga,namanya mak Iyet.Mau saya panggilkan sekarang?"
"Umur mak Iyet itu berapa tahun?"
"Saya ga tau pasti pak,tapi mak Iyet itu sudah tua sekali.Kira-kira umurnya tujuh puluhan."
"Sebenarnya,saya mau tukang urut laki-laki."
"Ga ada pak,hanya ada mak Iyet tukang urut di daerah sini."
"Wanita kalau sudah tujuh puluh tahun,pasti sudah menopause ya bang?"
"Setau saya sudah pak.Tapi memangnya kenapa kalau sudah menopause?"
"Setidaknya,saya tidak dosa di urut sama wanita yang sudah menopause."
Bang Naga pura-pura ngerti dengan perkataan Elang dengan mengangguk anggukkan kepalanya.Padahal dari tadi pria itu sebenarnya tak paham.
"Ya sudah,kalau gitu tolong panggilkan sekarang bang."
"Baik pak Erlangga."
Elang berdiri meliuk-liukkan ke kiri dan ke kanan badannya yang terasa pegal.Satu minggu yang sangat melelahkan.Setiap hari di isi rapat-rapat dan rapat sampai larut malam.
Sambil menunggu tukang urut datang.Elang mengambil ponsel lamanya dari dalam tas kerja yang di nonaktifkan setelah kejadian penolakan Salma terhadap dirinya.
Ada rasa rindu yang membuncah setiap mengingat gadis itu.Elang terkadang tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
Mengapa dia tidak bisa melupakan,apalagi membenci orang yang telah menghancurkan hati dan harga dirinya.
Perlahan mulai memencet tombol power untuk menyalakan ponselnya.Mungkin dengan melihat foto-foto Salma yang dia simpan di galery bisa mengobati rasa rindunya.
Tap belum sempat ponsel yang Elang pegang menyala,terdengar suara bel pintu memanggil.
Elang bergegas keluar dari kamar untuk membuka pintu.
"Pak Erlangga,ini mak Iyet" Ucap bang Naga yang disebelahnya berdiri ada mak Iyet.
Lelaki itu terkejut melihat penampakan tubuh mak Iyet yang sepuh dan sudah mulai bungkuk.Dan ada aroma tak sedap keluar dari tubuh wanita renta itu.
Apa kuat mak Iyet ini mengurut tubuhnya yang tinggi besar?
Elang jadi merasa tidak tega,dan ingin membatalkan niatnya untuk di urut.
"Oh ini yang mau di urut?!" Suara mak Iyet yang sedikit menggelegar mengagetkan Elang.
Giginya yang merah habis mengunyah sirih membuat Elang jadi ilfil.Reflek tubuhnya berjalan mundur
Tapi mak Iyet langsung mencekal lengannya dengan kuat.
"Ah iya mak..." Elang meringis kesakitan.
"Ya sudah,ayok cepat.Mak sudah ada panggilan mengurut di tempat lain." Suara mak Iyet kembali menggelegar memenuhi rumah.
Elang yang sudah memakai kain sarung dan di dalamnya di lapisi celana kolor selutut merebahkan tubuhnya di sebuah matras yang sudah dia hamparkan di ruang tamu tadi.
Mak Iyet mengeluarkan sebotol kecil minyak dan menuangkannya ke piring kecil.
Bau menyengat langsung menyeruak,yang membuat Elang hampir muntah.
"Minyak apa ini,bau banget." Elang bangun kembali dari atas matras.
"Ini minyak jelantah nak..." Jawab mak Iyet sambil mengunyah sirih.
"Minyak jelantah ini adalah minyak goreng bekas pak.Dari pada di buang,penduduk di sini biasa memanfaatkan minyak jelantah untuk mengurut dan juga sebagai minyak rambut." Bang Naga yang duduk menunggu di dekat pintu menyahut.
"Saya ga mau pakai minyak ini mak.Saya kan ada punya minyak sendiri,jadi lebih baik minyak jelantah ini di pakai buat mengurut yang lain." Tolak Elang sopan tak ingin membuat mak Iyet tersinggung.Juga tak ingin seluruh tubuhnya berbau setelah di urut pakai minyak jelantah.
Elang sudah mulai hafal sifat dan adat orang di tempat barunya ini dari bang Naga.Sebagai orang pendatang jangan sampai membuat penduduk asli setempat merasa sakit hati dan tersinggung dengan perkataan dan perlakuan kita.Bisa tamat riwayat kita kena guna-guna.
"Tapi minyak jelantah ini sangat bagus dan berkhasiat,nak." Ucap mak Iyet masih terus mengunyah sirih di mulutnya.
"Ga apa-apa mak,lagi pula sayang kan,minyak yang saya bawa tidak di pakai." Elang bergegas ke kamar.
Akhirnya Elang di urut mak Iyet menggunakan minyak zaitun.Semerbak aroma minyak zaitun sedikit mengurangi bau apek dari tubuh mak Iyet.Elang sangat menikmati urutan tangan mak Iyet yang menurutnya sangat enak dan pas.Walau sudah tua tenaga wanita itu seperti tak ada habisnya.
Saking menikmati pijatan mak Iyet,Elang sampai tertidur.Hampir sejam lebih pria itu tertidur,tiba-tiba suara bel rumah dan suara klakson mobil yang di bunyikan secara brutal membangunkannya.
"Ada apa bang Naga,kenapa ramai sekali...?!" Tanya Elang kaget.
Sebentar pak saya lihat keluar." Bang Naga berdiri untuk membuka pintu.
Tampak seorang laki-laki yang masih terus memencet bel pintu dan seorang yang sedang di atas motor menyalakan klakson motornya berkali-kali.
"Ada apa ini?!" Tanya bang Naga.
Kedua pria itu menghentikan aksinya."Bang Naga,mak Iyet ada di sini ya?" Tanya pria yang tadi memencet bel pintu,wajahnya tampak kuatir.
"Iya,memangnya kenapa?"
"Bang,istri saya mau melahirkan.Cepat suruh mak Iyet keluar."
Bang Naga masuk kedalam."Mak Iyet,ada yang jemput mak.Katanya istrinya mau melahirkan."
"Apa?Ada yang mau melahirkan?" Tanpa berpikir panjang mak Iyet menyudahi mengurut Elang dan membenahi barang bawaannya.
"Maaf nak,saya harus menolong orang melahirkan.Ongkos urutnya transfer aja ya." Mak Iyet mengeluarkan kartu namanya yang ada tertulis nomor rekening.
Sebelum keluar dari pintu mak Iyet berteriak."Jangan lupa transfer,awas kalau sampai menipu saya!"
"Iyaa mak...!" Elang langsung mentransfer saat itu juga.
"Mak Iyet itu jarang mandi ya bang?" Tanya Elang.
"Mak Iyet bau ya pak.Mak Iyet itu gak sempat mandi pak.Seluruh waktunya habis untuk mengurus pasiennya."
"Berarti kaya dong mak Iyet ya bang?"
"Kaya kali bang,tanahnya ada di mana-mana."