"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
"Cium aku." Bisik Delvan dengan menggoda tepat di samping telinga Aletta.
Mendengar hal itu, tubuh Aletta langsung membeku dan desahan keluar dari bibirnya saat mendengar permintaan Delvan. Pria itu tidak mungkin serius.
Delvan tersenyum saat melihat reaksi Aletta yang bingung terhadap permintaannya.
Delvan sangat suka menggoda Aletta karena Delvan selalu menganggap reaksi Aletta terhadap godaannya lucu dan menghibur.
Sikap Delvan yang tidak tahu malu saat berada di dekat Aletta membuat pria itu sedikit merasa khawatir karena tidak biasanya dia menggoda wanita mana pun, bahkan Jessica sekalipun. Namun, hal itu menjadi wajar baginya saat bersama dengan Aletta.
Delvan mengatakan hal-hal yang belum pernah dia katakan pada Jessica dan dia menyukainya.
"Menciummu?." Kata Aletta mengulang perkataan Delvan dengan gugup. Pria ini tidak mungkin serius. Dia pasti bercanda, tetapi Azada Delvan Emerson tidak pernah bercanda.
Setidaknya itulah yang Aletta dengar dari orang-orang tentang Delvan. Jadi, itu artinya dia serius! Delvan benar-benar ingin dirinya menciumnya.
Sial! Apa yang telah terjadi padanya? Aletta tidak akan bertanya kepada Delvan tentang mereka berciuman jika ia tahu ini akan terjadi padanya.
"Ya, sederhana saja. Kalau kamu ingin aku percaya padamu, cium saja aku." Kata Delvan kembali menegaskan. Ia lalu meletakkan jarinya di bawah dagu Aletta dan mengarahkannya untuk menatapnya.
"Atau kamu takut? Kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksamu. Lagipula, aku tidak ingin mencuri ciuman pertamamu. Aku tidak sekejam itu."
"Tidak, aku akan melakukannya!" Aletta bergumam tanpa berpikir. Ia tidak ingin membuat Delvan merasa puas karena tahu bahwa pernyataannya memang benar.
Delvan sudah bersikap sombong, Aletta tahu ini hanya akan menambah egonya, ditambah lagi Aletta juga sudah lelah kalah darinya.
"Aku masih menunggu." Goda Delvan dengan seringai lebar di wajahnya. Jelas, bahkan dari bahasa tubuh Aletta, bahwa dia belum pernah melakukan ini sebelumnya. Karena itu, Delvan ingin melihat seberapa jauh Aletta akan melangkah sebelum mundur.
Sementara Aletta dengan susah ojk payah menelan salivanya.
Wanita itu hampir kehilangan ciuman pertamanya karena dia terlalu malu untuk mengakui bahwa kehidupan cintanya tidak ada yang istimewa.
Aletta tidak ingin melakukannya, tetapi akan tetap melakukannya karena dia benar-benar ingin menghapus senyum sombong di wajah Delvan yang benar-benar membuat kesal.
'Ayolah, Aletta... Ini tidak akan terlalu sulit.' Kata Aletta pada dirinya sendiri. Lagipula, dia sudah melihat banyak orang berciuman.
Tak lama kemudian, setelah banyak berpikir, Aletta tiba-tiba berbalik dan melingkarkan tangannya di leher Delvan seperti yang biasa dilakukan orang-orang yang dia lihat dan perlahan semakin bergerak mendekat.
Sedangkan senyum di wajah Delvan langsung menghilang saat melihat Aletta mendekat padanya.
'Sial! Gadis ini benar-benar akan mencium ku hanya untuk membuktikan bahwa dia pernah berciuman sebelumnya?.'
Apa yang hendak dilakukan Aletta tidaklah benar. 'Cepat berhenti, dasar gadis konyol,' teriak Delvan dalam hati. Namun, ia justru mendapati bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa pun. Bibir Aletta begitu dekat dengannya sehingga ia dapat merasakan napas hangat wanita itu di bibirnya. 'Ayolah, kamu harus berhenti melakukan ini, Aletta!' teriak Delvan lagi, ia ingin menyuarakannya secara langsung, tetapi entah mengapa mulutnya sulit untuk terbuka.
Namun, sebelum Delvan bisa melakukan apa pun, pintu ruangan terbuka dan seorang lelaki masuk ke dalam ruangan.
"Hai Kak Delvan, ada le... " Vian langsung berhenti bicara, begitu ia mendongak melihat Delvan dan Aletta dalam posisi yang begitu intim. "
'Apa-apaan ini!.' Teriak Vian dalam hati karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Vian tidak pernah menyangka bahwa suatu hari yang akan datang saat dirinya melihat kakaknya sendiri dalam posisi yang membahayakan seperti itu.
Delvan adalah orang paling dingin yang dikenalnya. Ia selalu bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain, terutama wanita, tetapi kini Vian melihat Delvan sedang memangku seorang wanita di pangkuannya dan hendak menciumnya.
Vian mengira akan memakan waktu yang lama sebelum akhirnya Delvan bisa dekat dengan Aletta, tetapi ternyata dugaannya salah.
Baru seminggu Delvan mengetahui tentang pernikahan kontrak itu dan dia sudah bergerak begitu cepat, sementara Vian yang selalu mengira bahwa dirinya seorang playboy, tetapi ternyata kakaknya lebih besar darinya.
"Maaf kalau aku sudah mengganggu waktu romantis kalian berdua. Aku akan pergi agar kalian berdua bisa kembali melakukan apa yang ingin kalian lakukan." Kata Vian dengan senyum lebar di wajahnya.
"Tidak, tunggu!." Teriak Aletta cepat sebelum Vian berbalik badan. "Vian, ini tidak seperti yang terlihat!." Wanita itu mencoba untuk beranjak dari pangkuan Delvan, tetapi Delvan tanpa malu menolak untuk melepaskan cengkeramannya dari Aletta
"Berjuang hanya akan memperburuk keadaan." Bisik Delvan tepat di samping telinga Aletta.
Membuat Aletta langsung berhenti berjuang lepas dari pangkuan Delvan setelah mendengar perkataan pria itu.
Melihat bagaimana Aletta segera berhenti berjuang lepas darinya, membuat Delvan tersenyum puas. Aletta sangat mudah dikendalikan.
"Sudah berapa kali ku katakan padamu untuk tidak masuk ke ruang pribadiku tanpa mengetuk pintu?." Delvan mengalihkan pandangannya ke arah Vian dan bertanya dengan nada bicara yang terdengar kesal. Si idiot ini baru saja merusak momen intim mereka.
"Maafkan aku, Kak. Ini tidak akan terjadi lagi." Kata Vian dan ia meminta maaf dengan tulus.
"Tapi, aku masih tidak menyangka kalian berdua akan bermesraan di kantor." Sambung Vian sembari berpikir untuk mengetuk pintu lain kali.
Mau tidak mau Vian harus menghentikan kebiasaannya memasuki ruang pribadi Delvan dengan mengetuk pintu karena kakaknya itu akan menikah dengan Aletta dan agar keduanya memiliki ruang yang privasi.
"Tidak!." Teriak Aletta tiba-tiba dan ia merasa sangat malu. "Kami tidak sedang bermesraan!." Ia dengan cepat menoleh ke arah Delvan. "Delvan, cepat katakan padanya kalau kita tidak bermesraan di sini." Pinta Aletta setengah memohon sembari tetap berusaha melepaskan diri.
Namun, Delvan justru menarik pinggang Aletta agar lebih dekat dan menempelkan dagunya di bahu Aletta. Ia dapat merasakan tubuh wanita itu membeku karena sentuhannya. Kedekatannya benar-benar memengaruhi wanita itu.
"Kenapa kita harus berbohong tentang apa yang kita lakukan, Sayang? Vian adalah keluarga, kamu tidak perlu merasa malu di depannya." Gumam Delvan sembari menyingkirkan anak rambut Aletta ke samping dan kemudian mencium lehernya.
Membuat Aletta menggigil kegirangan saat merasakan bibir Delvan di bahu telanjangnya.
Mengapa Delvan mencium lehernya? Apa yang sedang dipermainkan oleh setan ini? Aletta membencinya karena mengatakan hal-hal seperti itu di depan Vian, tetapi Aletta lebih membenci dirinya sendiri karena membiarkan Delvan melakukannya dengan bebas.
Delvan bisa membuatnya merasakan hal-hal aneh hanya dengan satu sentuhan. Aletta seharusnya tidak terpengaruh, tetapi di sini wanita itu malah menginginkan lebih.
Apa yang telah dilakukan Delvan padanya?!