Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 13 - THE TRUTH
Lalu kakak perempuannya itu pun melihat ke arah tas tentangnya yang berwarna kuning dan membukanya untuk mengambil dompet yang berwarna merah miliknya itu.
Setelah menemukannya, ia pun mengeluarkan dompetnya dan membukanya lalu mengeluarkan selembar kertas biru yang bertuliskan 50.000 rupiah dan memberikannya kepada adik laki-lakinya yang sedang bekerja sebagai kasir di sana.
Therion yang adalah adik laki-lakinya itu pun sambil tersenyum melihat ke arah kakak perempuannya dan dengan tangan kanannya, ia menerima uang kertas itu dan memasukkannya ke dalam laci kasir lalu mengambil beberapa uang kembaliannya.
Meirilyn dengan raut wajahnya yang terlihat sangat gelisah dan kebingungan itu pun lalu berkata kepadanya sambil menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tidak tegaan itu, “Kalau begini aku sih tidak berani ya, berhubung orangnya adalah temanku sendiri”
“Suruh aku aja gimana?” tanya Therion sambil menatap kembali wajah kakak perempuannya itu dengan tersenyum lebar sambil berpikir bahwa mungkin tugas ini akan seru jika dilakukan.
“Tetap aja, aku tidak bisa” jawab Meirilyn singkat karena ia juga sangat memikirkan nasib teman dekatnya itu.
Lalu Therion pun tersenyum kecil sambil melihat ke arah kakak perempuannya itu sambil berkata dengan percaya diri, “Kalau begitu ya jangan ce, aku yakin teman cece gak bakal yang aneh-aneh kok”
“Ah ya sudah deh, ada benarnya juga sih, oke lah aku duluan ya” kata Meirilyn setelah beberapa saat mendengar ucapan dari adik laki-lakinya itu yang juga ternyata masuk akal sambil mengambil tas kantong plastik yang berisi roti belanjaannya itu lalu berjalan ke arah pintu keluar yang tepat berada di samping pintu masuk itu.
Therion pun menjawabnya dengan singkat, “Oke”
Saat Meirilyn sudah keluar dari toko roti itu, ia tidak sengaja melihat Ghaleo yang sedang mengenakan jaket berwarna hitam yang menutupi seluruh tubuhnya hingga kepalanya serta celana panjang yang berwarna coklat muda dan menggunakan alas kaki sepatu sneakers yang berwarna abu-abu gelap dengan motif garis-garis hitam berjalan melewatinya sambil menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya itu.
Meirilyn yang menyadari bahwa orang itu adalah Ghaleo pun langsung memanggilnya dengan tersenyum senang, “Hei Ghaleo”
Ghaleo pun berhenti dan menengok ke arah sumber suara tersebut, lalu ia melihat bahwa orang yang memanggilnya itu adalah teman satu SMAnya yaitu Meirilyn. Ia pun langsung berlari dan kabur darinya setelah mengingat kembali bahwa pada beberapa waktu lalu, ialah yang memiliki pemikiran untuk membunuh Meirilyn karena ia mengira jika Meirilyn lah istri dari bayangan malaikat itu lalu juga ia telah membuat kekacauan yang hebat di pesta pernikahannya sehingga acara pernikahannya mereka harus dibatalkan.
“HEI TUNGGU DULU!” Teriak Meirilyn dengan keras dan langsung saat setelah ia melihat Ghaleo berlari menjauhinya.
Ghaleo pun tiba-tiba berhenti berlari setelah mendengarkan teriakan dari Meirilyn itu dan menoleh ke arah Meirilyn yang meneriakinya di saat itu dengan wajah yang menunjukkan perasaan sedih juga rasa bersalah yang dalam.
Meirilyn pun berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil berkata dengan nada yang lembut, “Aku tahu apa yang kamu mau, tapi tujuannya untuk apa?”
“Aku kan pacarmu dulu” jawab Ghaleo dengan nada bicara yang gelisah akibat dari perbuatan yang ia lakukan beberapa waktu lalu.
Meirilyn akhirnya berhenti tepat di depan Ghaleo lalu mengangguknya saja dan menjawab sambil menatapnya dengan dalam dan mengangkat dagunya, “Iya paham dan kita juga sudah putus kan? Tapi aku yakin ada sesuatu dariku yang kamu inginkan”
“Aku-”
Meirilyn pun langsung memotong perkataannya sebelum ia sempat selesai berbicara, “Aku yakin kamu sudah tahu tentang misteri di pohon itu kan?”
Ghaleo pun menatapnya kembali dengan ketakutan lalu menjawabnya dengan nada bjcara yang lembut sambil mengelus wajahnya secara perlahan, "Sayang, aku tidak tahu apa-apa soal itu, bicara apa kamu?"
Ia pun menggenggam tangan kanan Ghaleo yang sedang mengelus wajahnya barusan lalu menyingkirkan tangan itu dari wajahnya dan berteriak kepadanya dengan suara yang keras
"TOLONG JAWAB AKU DENGAN JUJUR!!" teriak Meirilyn kepada Ghaleo dengan raut wajahnya yang berubah menjadi penuh amarah itu sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Iya, aku memang sudah tahu dan aku mengincar istri dari bayangan malaikat itu” jawab Ghaleo dengan suara agak keras sambil menatap matanya Meirilyn dengan tajam.
Meirilyn pun menjawabnya dengan berteriak kembali kepadanya dengan nada suara yang terdengar sedang melampiaskan kekecewaan dan kekesalannya juga dengan volume suara lebih keras kepadanya, “Tapi istrinya itu bukan aku!! Kenapa kamu menargetkan aku di acara pernikahanku sendiri? Kamu tahu kan kalau aku bisa bantu kamu untuk memecahkan semua misteri ini”
“Siapa orangnya?” tanya Ghaleo penasaran dengan nada bicara yang pelan sambil menatap wajahnya Meirilyn dengan serius.
Meirilyn pun langsung berjalan mendekat ke arahnya dan membisikkan nama orang itu di telinga kanan Ghaleo.
Setelah ia mendengarnya, ia pun langsung merasa sangat kaget. Meirilyn pun kembali ke posisinya yang sebelumnya dan melihat ke wajahnya Ghaleo yang terlihat sangat kebingungan itu.
“Nairiya? Dia kan temanmu” jawab Ghaleo dengan nada bicara yang terdengar seperti tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Meirilyn itu dan perasaannya yang bimbang dan tidak yakin jika harus melanjutkan mengincar orang itu.
Meirilyn pun tersenyum kecil lalu bertanya kembali kepadanya sambil tertawa keras, “HAHA itu dia, masihkah kamu mengincarnya?”
Ghaleo pun langsung berjalan lebih dekat kepadanya lagi dengan menatap kedua matanya dan berkata dengan nada suara yang menantang, “Itu urusanku dan kamu tidak perlu tahu”
Meirilyn pun langsung menampar pipi kiri Ghaleo dengan kencang namun tidak sampai dia terjungkal, lalu menatapnya dengan raut muka yang penuh amarah dan berkata kepadanya dengan nada tinggi, "Brengsek! Gimana maksudmu aku tidak perlu tahu kalau semua yang kamu lakukan hanyalah untuk menghabisiku atau temanku itu?"
Ghaleo yang langsung memegang pipi kirinya yang telah berubah warna menjadi merah akibat ditampar itu pun menatap ke arah Meirilyn kembali dan menjawabnya dengan nada tinggi juga, "Iya aku memang berniat untuk membunuhnya!! Aku tahu jika kamu juga memiliki pemikiran yang sama denganku!!"
Meiriya pun langsung terkejut mendengar pernyataan dari Ghaleo tersebut, raut muka Meirilyn yang awalnya penuh dengan rasa kesal dan amarah itu akhirnya dengan perlahan berubah menjadi lebih santai namun tetap terlihat tegas dan galak.
“Gimana kalau kita berdua menikah dan bersama-sama fokus mengincar Nairiya?” tanya Meirilyn sambil menatap kembali ke arah matanya Ghaleo itu dengan nada bicara yang lebih santai kali ini.
Ghaleo dengan wajahnya yang terlihat sangat menantang itu pun menjawab kembali dengan nada bicara yang menunjukkan kekesalannya, “Oke baiklah, kita akan menikah di Australia”
Lalu Meirilyn pun langsung mendorongnya dengan keras menggunakan kedua tangannya itu sampai terjatuh ke bawah dan ia pun berjalan mendekatinya dan jongkok ke bawah menghadap ke arahnya lalu berkata dengan nada bicara yang sedang menuangkan amarah kepadanya itu, “Kurang ajar, dasar orang gila. Makanya lain kali jangan suka mabuk-mabukan”
“Haha, kamu tidak pergi bekerja?” tanya Ghaleo sambil tertawa kecil dengan menatap tajam ke arah Meirilyn itu.
Meirilyn pun meninggalkannya sendirian di sana sambil berjalan menuju mobilnya yang berwarna silver dan sedang terparkir tidak jauh dari sana. Ia pun menyalakan mobilnya tersebut, dan masuk ke dalamnya lalu ia pun berangkat meninggalkan tempat itu.
...***...
Pada keesokan harinya, yaitu hari Sabtu tanggal 12 Mei 20xx. Saat di jam 7.30 pagi hari, tepatnya saat di sebuah toko pakaian terkenal milik Leonardo itu yang bernama “Rheyn” yang memiliki nuansa alami langit dan sederhana. Di bagian depan toko terdapat sebuah papan nama yang berwarna biru langit beserta beberapa dekorasi awan kecil yang mengelilingi nama toko itu yaitu “Rheyn” selain itu, pintu masuknya yang terbuat dari kayu dan terdapat hiasan lonceng indah yang menyambut para tamu di atas pintu masuk tersebut serta papan yang bertuliskan “OPEN”
Tembok toko itu terbuat dari batu bara yang memiliki warna cream dengan beberapa hiasan tanaman gantung di depannya serta di bagian depan toko juga memiliki jendela transparan di kedua sisi kanan dan kiri dari pintu masuk itu, membuatnya terlihat seperti sebuah rumah yang nyaman dihuni.
Terlihat juga cahaya terang matahari yang sangat siap menyinari isi toko ini dan menyambut banyaknya pelanggan yang akan berdatangan nanti, di sana terdapat seorang karyawan yang sudah datang sejak jam 7 pagi dan ia adalah karyawan kesayangan di sana karena cara bicaranya yang lembut kepada semua pelanggan dan kinerjanya yang bagus seperti masuk toko tepat waktu dan dapat mengerjakan data atau tugas lain dengan tepat waktu.
Ia saat ini sedang mengenakan atasan kemeja putih dengan luaran yang terbuat dari jeans denim serta bawahan celana panjang berwarna coklat tua dan mengenakan sepasang sepatu pantofel yang berwarna hitam pekat.
Saat ia sedang duduk di atas kursi di depan meja kasir itu, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan saat ia melihat nama kontak yang menghubunginya itu ternyata orang itu adalah teman dekatnya sendiri yaitu Nairiya. Ia pun langsung mengangkat panggilan telepon tersebut dan menyapa temannya itu dengan tersenyum senang.
“Halo Naii”
“Halo juga Laresha, kamu gimana kabarnya?” tanyaku kepadanya dengan perasaan yang senang ketika mendengar suaranya yang ceria itu.
Laresha pun menjawabku kembali dengan intonasi suara yang lembut, “Baik kok, sekarang aku lagi di toko”
Aku pun langsung ikut tersenyum bahagia mengetahui kabarnya yang baik itu, lalu aku pun memberitahu kabar putusnya pacarku denganku.
“Owalah baguslah, oh iya kemarin aku habis putus lit”