NovelToon NovelToon
Mimpi Buruk Clara

Mimpi Buruk Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:484
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Aku pikir kamu sahabatku, rumah keduaku, dan orang yang paling aku percayai di dunia ini...tapi ternyata aku salah, Ra. Kamu jahat sama aku!" bentak Sarah, matanya berkaca-kaca.

"Please, maafin aku Sar, aku khilaf, aku nyesel. Tolong maafin aku," ucap Clara, suaranya bergetar.

Tangan Clara terulur, ingin meraih tangan Sarah, namun langsung ditepis kasar.

"Terlambat. Maafmu udah nggak berarti lagi, Ra. Sekalipun kamu sujud di bawah kakiku, semuanya nggak akan berubah. Kamu udah nusuk aku dari belakang!" teriak Sarah, wajahnya memerah menahan amarah.

"Kamu jahat!" desis Sarah, suaranya bergetar.

"Maafin aku, Sar," bisik Clara, suaranya teredam.

***

Mereka adalah segalanya satu sama lain—persahabatan telah terjalin erat sejak memasuki bangku kuliah. Namun, badai masalah mulai menghampiri, mengguncang fondasi hubungan yang tampak tak tergoyahkan itu. Ketika pengkhianatan dan rasa bersalah melibatkan keduanya, mampukah Clara dan Sarah mempertahankan ikatan yang pernah begitu kuat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2. Sahabatku Tersayang

Clara dan Sarah tertawa lepas, mata mereka tertuju pada layar televisi mini di kamar Sarah, larut dalam cerita film yang mereka tonton.

"Hahaha, Sar, lihat deh kok tukang sayurnya ganjen banget sih, hahaha." Clara terbahak sambil menunjuk ke layar televisi. Ia begitu terhanyut dengan filmnya, sampai-sampai tanpa sadar menepuk-nepuk bahu Sarah untuk meluapkan kesenangannya.

Sarah ikut tertawa, tetapi juga lega melihat Clara sudah kembali ceria. "Iya, lucu banget, absurd!" ujarnya.

Di sekeliling mereka, aroma popcorn buatan sendiri memenuhi ruangan. Mereka larut dalam cerita di layar, hingga tanpa terasa, kredit tittle mulai bergulir. Clara menarik napas panjang, sebuah desahan lega. Dengan perlahan, ia merebahkan tubuhnya di kasur Sarah, memandang langit-langit kamar yang remang-remang.

Senyum manis terukir di wajahnya. "Makasih ya Sar, karena kamu pikiranku udah membaik sekarang," katanya, penuh syukur.

Sarah ikut berbaring di samping Clara, memiringkan tubuhnya, senyumnya ikut merekah. "Sama-sama. kita kan sahabat, aku akan selalu ada setiap kamu butuhin aku," katanya lembut.

Suara Sarah langsung membuat bulu kuduk Clara merinding—suara yang selalu membuatnya tenang. Clara membalas tatapan Sarah, senyumnya ikut mengembang.

"Aku ada sesuatu buat kamu," kata Clara tiba-tiba.

Sarah mengerutkan keningnya. "Sesuatu apa?" tanyanya penasaran.

Seulas senyum jahil bermain di bibir Clara, matanya berkilat nakal. "Kamu tutup mata dulu gih," pintanya lirih. Sarah menurut, menutup matanya rapat-rapat. Senyum Clara melebar. Perlahan, tangannya mengelus lembut rambut dan pipi Sarah, geli menggelitik kulit Sarah.

"Ra, geli tahu, jangan usap-usap pipiku deh!" protes Sarah, sambil tertawa geli.

Tapi Clara tidak mendengar. Jari-jarinya lembut membelai pipi Sarah, mendekat, dan sebuah kecupan singkat mendarat di sana. Sarah tersentak kaget, pipinya memerah, matanya membulat sempurna menatap Clara yang hanya menatapnya santai.

"Kamu cium pipi aku? Ih, takut aku sama kamu," kata Sarah, tangan kanannya refleks menyentuh pipinya yang baru saja dicium Clara. Bibirnya sedikit tertarik membentuk senyum tipis, keningnya sedikit berkerut, tatapannya campuran antara terkejut dan geli. Entahlah, rasanya aneh.

Clara mengerutkan kening. "Kok takut? aku kan bukan singa, ngapain kamu takut sama aku?" tanyanya heran.

Sarah tertawa kecil, geli sendiri mendengar pertanyaan Clara. "Kamu cium aku kayak gitu bikin aku takut, Ra. Aku takut kamu..." Ia menggantung kalimatnya, takut kata-katanya melukai Clara.

Clara paham apa yang Sarah bicarakan. Ia tersenyum tipis. "Lesbay kan? Santai aja, aku masih normal kok. Lagian, aku udah mulai suka sama seseorang," ucapnya tanpa beban.

Senyum itu masih terpatri di wajahnya, belum menyadari kata-katanya yang kelepasan. Namun, Sarah langsung tersentak. Tatapannya berubah tajam, menusuk, penuh intimidasi.

"Kamu suka sama siapa, Ra? Jawab aku!" desak Sarah.

Clara terhenyak. Diam sebentar, lalu... cengengesan. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dengan tangan kirinya. "Hehe, anak beda jurusan di kampus Sar. Anaknya ganteng, dia kebetulan anak BEM juga," jawabnya santai.

Sarah mengerutkan keningnya, matanya menyipit tajam menatap Clara. "Anak BEM? Ra, kamu tahu nggak sih, anak BEM itu banyak yang playboy?" tanyanya, suaranya sedikit meninggi, penuh kekhawatiran.

Clara terkekeh, "Ah, lebay Sar, masa sih? Lagian kan aku udah punya kamu. Kamu kan sahabatku, aku nggak bakal ngelakuin hal bodoh yang bikin kamu sedih," jawabnya santai, tangannya terulur mengelus lembut lengan Sarah.

"Nggak Ra, bukan itu maksudku. Aku takut kamu terlalu cepat percaya sama orang. Kamu harus hati-hati, jangan sampai kamu terluka," kata Sarah, suaranya lembut, tapi tatapannya tetap tajam.

"Kamu masih inget kan kejadian sama mantanmu waktu itu? Aku nggak mau kamu ngalamin hal yang sama lagi," lanjutnya, nada suaranya sedikit bergetar.

Clara terdiam sejenak, matanya menatap Sarah dalam-dalam. Ia mengerti apa yang dimaksud Sarah. "Iya Sar, aku ngerti. Tapi aku nggak mau kamu terlalu khawatir. Aku bisa jaga diri kok," katanya, berusaha meyakinkan Sarah.

Sarah menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Aku tahu kamu bisa jaga diri Ra, tapi aku tetap khawatir. Kamu kan terlalu baik, kamu akrab sama semua orang. Aku takut kamu dimanfaatin," katanya, suaranya terdengar lirih.

"Kamu harus lebih selektif dalam memilih pasangan. Jangan terlalu mudah percaya sama omongan manis dan muka mereka yang ganteng. Jangan buru-buru jatuh cinta," pesan Sarah, suaranya lembut, tapi penuh makna.

Clara mengangguk pelan, ia tidak bisa membantah apa yang dikatakan Sarah. Ia tahu Sarah hanya ingin yang terbaik untuknya. "Iya Sar, aku janji. Aku akan lebih berhati-hati," katanya, matanya menatap Sarah penuh rasa syukur.

Sarah tersenyum mendengar janji Clara. "Bagus, Ra. Aku cuma pengen kamu bahagia dan nggak sakit hati. Ingat ya, kenali dulu orangnya sebelum kamu jatuh cinta," ujarnya, nada suaranya penuh perhatian.

Clara mengangguk, merasa hangat dengan perhatian sahabatnya. "Aku tahu kamu selalu ada buatku, Sar. Itu yang bikin aku tenang," jawabnya, senyumnya merekah.

"Dan inget ya, kalau ada yang bikin kamu ragu atau nggak nyaman, kasih tahu aku aja. Kita bisa selesaikan bareng-bareng," tambah Sarah sambil merangkul Clara dengan lembut.

"Tenang aja, Sar. Aku nggak bakal lupa," Clara menjawab dengan semangat. "Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, aku pasti akan cerita ke kamu."

"Jadi, siapa nama anak BEM itu?" tanya Sarah, mencoba mengalihkan suasana menjadi lebih ringan.

Clara sedikit mengernyit, berpikir sejenak. "Namanya Antonio. Dia asik dan banyak ngobrol, tapi ya itu, kita baru kenalan. Belum sampai ke yang serius-serius gitu," katanya dengan nada santai.

Sarah mengangguk, tetap waspada. "Oke, tapi jangan buru-buru ya. Luangkan waktu buat kenalan lebih jauh sama dia," ujarnya sambil tersenyum.

"Ih, Sar, kamu udah kayak ibu-ibu komplek deh! Kita baru kenal, Bestie. Lagian, kamu juga harusnya mulai cari pacar, biar nggak jomblo terus!" Clara menggoda, mencubit lembut pipi Sarah.

Sarah tertawa, meski sedikit malu. "Aku? Ah, males ah. Mending fokus ke diri sendiri dulu. Lagian, belum nemu yang pas juga sih," jawabnya, menyelipkan senyuman.

Clara menepuk-nepuk lengan Sarah. "Udah ah, jangan ngomongin yang serius-serius. Mending kita lanjut nonton drakor aja yuk!"

Sarah langsung setuju. "Asiiiik! Bentar lagi kan ada episode baru 'The Glory'!"

Mereka larut dalam dunia drakor hingga kredit title muncul di layar. Keheningan menyelimuti kamar Sarah sejenak, hanya diiringi suara kipas angin yang berputar pelan. Clara, yang tadinya tergelak-gelak, kini tampak termenung, matanya masih tertuju pada layar televisi yang kini gelap.

Sarah menyikut pelan lengan Clara. "Mikirin Antonio, ya?" tanyanya, nada suaranya lembut, namun sedikit menggoda.

Clara tersentak, pipinya memerah. "Apaan sih, Sar! Nggak kok," bantahnya, namun senyum tipis terukir di bibirnya.

Sarah tertawa kecil. "Jangan bohong, deh. Kelihatan banget dari matamu yang berkaca-kaca itu."

Clara menghela napas. "Ya, sedikit. Dia emang asik anaknya, tapi aku juga masih ragu."

"Aku ngerti kok, Ra," kata Sarah, suaranya penuh pengertian. "Makanya, aku cuma mau kamu hati-hati. Jangan sampai terjebak rayuan gombal anak BEM yang terkenal playboy itu."

Clara terkekeh. "Lebay banget sih kamu! Aku nggak sebodoh itu, kali."

"Ya, tapi lebih baik mencegah daripada mengobati, kan?" sahut Sarah, sambil menaikkan sebelah alisnya. "Lagian, kamu itu baik banget, Ra. Aku nggak mau kamu dimanfaatin."

Clara terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Sarah. Ia tahu sahabatnya itu hanya ingin yang terbaik untuknya. "Iya, Sar, aku ngerti. Makasih ya, udah selalu jagain aku."

"Sama-sama, sahabatku tersayang," jawab Sarah, sambil memeluk Clara erat. "Sekarang, lupakan Antonio sebentar. Gimana kalau kita lanjut ngobrol sambil minum coklat panas?"

Clara langsung semangat. "Asiiiik! Cokelat panas, aku mau, Sar! Makasih ya!"

Sarah segera bangkit dari kasurnya dan menuju dapur, sambil melirik Clara yang masih tersenyum. "Aku bikinin bentar di dapur, ya! kamu tunggu sini aja, jangan kemana-mana!" teriaknya sambil beranjak.

Clara menatap ke arah layar televisi yang sudah gelap, senyumnya tak kunjung pudar. Ia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Sarah yang selalu peduli dan siap mendengarkan. Suasana nyaman di antara mereka membuatnya merasa aman untuk berbagi tentang apa pun.

Tak lama kemudian, Sarah kembali dengan dua cangkir coklat panas yang mengepul. "Tada! Ini dia, coklat panas ala rumahan, tapi rasanya Italia banget!" katanya dengan semangat, meletakkan cangkir di samping Clara.

Clara menerima cangkirnya dengan senyuman lebar. "Wah, ini yang aku tunggu-tunggu! Thank you, Sar!" ucapnya, lalu menyeruput coklat panasnya yang hangat.

"Enak, kan?" tanya Sarah, ikut menyeruput coklatnya. "Selalu jadi penghangat hati di malam yang dingin."

Clara mengangguk, menutup matanya sejenak menikmati rasa coklat yang lembut. "Bener banget! Coklat ini bikin perasaan yang awalnya badmood jadi ceria."

Bersambung ...

1
Yokai-nya Rena
Nyess banget jadi Clara
◍•Grace Caroline•◍: Eh dah rilis ternyata 😍 makasih dah mampir kakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!