Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH TUJUH
Hari sudah beranjak malam, namun Jeffery masih enggan meninggalkan ku. Dia bahkan menolak semua panggilan dari managernya sebelum menonaktifkan handphone pria itu, hanya untuk ku. Aku meringis dalam hati, sebelum menatap Jeffery yang kini tengah membaca majalah entah didapat dari mana itu sedikit tidak enak.
“Jeff?”
“Ada apa Baby, kau butuh sesuatu?” dia menutup majalahnya, memusatkan semua attention pada ku yang masih dalam posisi duduk.
“Apa tidak masalah kalau kau masih di sini?”
Jeffery menatapku tak mengerti sebelum mengulurkan tangan dan mengusap kepala ku lembut penuh perasaan dengan senyum lembut yang menenangkan.
“Gak ada yang lebih penting dari kamu Baby. Jangan memikirkan itu oke, istirahatlah aku akan berada disini untuk menemanimu.”
Aku mengangguk, membiarkan Jeffery membantuku untuk kembali berbaring, menarik selimut hingga menutup setengah tubuhku tak lupa mencium kening ku sayang, sebelum duduk kembali.
“Tidurlah” aku mengangguk, dan mulai memejamkan mata.
Tapi belum ada beberapa menit aku memejamkan mata, indera pendengaran ku menangkap suara Alexa yang riang memanggil ku dari balik pintu. Aku segera membuka mata, meminta Jeffery untuk bersembunyi di dalam kamar mandi di ruangan ku, setelahnya tepat saat pintu kamar mandi tertutup Alexa datang dengan wajah khawatir. Aku mengucap syukur dalam hati.
“Ka..” ucapnya memeluk ku yang sudah dalam posisi duduk kembali.
“Kakak kenapa bisa sampe kecelakaan sih Ka?” aku hanya mengulas senyum, membiarkannya duduk di kursi yang semula Jeffery duduki.
“Namanya juga musibah De” aku berusaha sebisa mungkin agar terlihat biasa saja.
“Iya juga, makanya Ka kalo lagi jalan tuh jangan main Hp, ‘kan Kakak sendiri yang sering nasihatin aku” Aku mengangguk, sedikit tersentuh karena dia mengingat nasihat ku, dan kepeduliannya.
“Iya Kakak minta maaf. Kamu ke sini naik apa?”
“Naik Bus. Tadi sempet pulang ke rumah, tapi masa Mamah sama Papah bilang aku gak usah jenguk Kakak. Ya aku gak bisa dong. Masa Kakak aku yang paling aku sayang lagi sakit aku diem di rumah aja, aneh Mamah sama Papah tuh” Aku hanya terdiam, sesekali melihat ke arah kamar mandi memastikan Jeffery baik-baik saja disana.
“Mungkin karena udah malem De. Jadi Mamah sama Papah ngelarang kamu ke sini” dia mengangguk membenarkan.
“Iya ya. Abis gimana dong, orang dosen aku yang satu itu Ka susah banget kalo mau ketemu buat perbaikan nilai, berasa ngejar apa gitu kalo sama dia” aku menggeleng pelan.
“Makanya belajar jangan nonton mulu!”
“Mana bisa Ka. pesona Jeffery tuh pantang banget buat dilewatin! Aku gak bisa skip dia, dia tuh udah jadi candu buat aku.” aku mengulum bibir sesak sendiri saat rasa cemas juga khawatir menyerang ku, tidak aku harus tetap tenang semua akan baik-baik saja.
“Ya ya ya, terserah kamu aja” Alexa nampak senyum-senyum sendiri dia mungkin tengah membayangkan pria ku astaga aku cemburu, tapi daripada memikirkan rasa cemburu ku, aku lebih memikirkan bagaimana Jeffery didalam kamar mandi sana, pria itu pasti merasa pengap. Astaga aku harus meminta Alexa keluar. Tapi bagaimana caranya.
Aha!
“De?”
“Hu'mm? Kenapa Ka?”
“Umm Kakak mendadak pengen makan sesuatu deh” Alexa menatap ku heran.
“Makan apa Ka?”
“Kayaknya kalo makan Martabak enak kali De, kamu mau gak?” dia mengangguk semangat.
“Tapi emang ada yang jual di sekitar sini Ka?” aku mengangguk, walau ragu.
“Ada, kalo gak salah depan rumah sakit ini, di samping kanan”
“Oke deh. Aku beliin bentar” aku mengangguk, membiarkannya pergi dan mendesah lega.
“Udah pergi?”
Aku menoleh sedikit terkejut atas pertanyaan Jeffery yang menyembulkan kepalanya keluar, sebelum mengangguk dan aku lihat dia mendekat dengan gelengan pelan.