NovelToon NovelToon
My Stepbrother

My Stepbrother

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Bad Boy
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Heyydee

Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Revandra memaksaku dan aku merasa kesakitan. Terlihatlah luka yang cukup dalam dengan dar4h yang sudah mengering.

Revandra menatapku dengan tatapan tajam.

"Luka ini bisa infeksi jika tidak segera di obati! Kenapa kau malah menutupinya?" tanya Revandra.

"Aku-

"Diamlah, aku akan mengobatinya!"

Revandra mengoleskan obat di telapak tangan ku yang terluka akibat pis4u yang aku tahan tadi. Meskipun sudah berhati-hati, Naura tetap merasa kesakitan dan perih yang luar biasa. Sebenarnya Revandra tidak tega dengannya, tapi dia berusaha untuk tidak peduli.

Revandra membalut lukaku dengan perban. Dia tampak seperti seorang dokter saat tengah mengobatiku.

"Selesai, ini tidak terlalu buruk," ucap Revandra.

Dia juga memijat kakiku yang terasa sakit. Setelah di pijat olehnya, rasa sakit mulai menghilang. Setelah selesai, Revandra keluar sebentar.

"Cari mereka, lalu habisi mereka semua! Aku tidak ingin melihat mereka hidup! Mereka sudah berani menyakiti Naura," pintah Revandra geram.

"Baik tuan,"

Anak buahnya segera pergi untuk menghabisi para penjahat yang sudah berani menyakiti Naura.

Ia kembali dengan membawa minum hangat untukku.

"Minumlah," ucap Revandra.

Aku meminumnya sampai habis.

"Rev, aku mau mandi!" ucapku.

"Apakah perlu bantuan?" tanya Revandra.

"Enggak, kamu....bisa tunggu di luar aja?" tanyaku.

"Kamu malu? Aku tidak akan mengintip mu. Aku bukan pria mesvm seperti itu," ucapnya.

"Huh, susah banget buat ngusir nih orang dari kamar gue," batinku kesal.

"Kenapa? Kau tidak suka jika aku disini?" tanyanya.

"Hah enggak kok! Ya udah deh terserah kamu aja! Aku mau mandi," aku berjalan pincang menuju kamar mandi lalu menguncinya rapat-rapat.

Aku membuka semua baju dan memasukkannya ke keranjang pakaian kotor. Aku mandi dengan air hangat dari shower yang mengalir ke seluruh tubuh. Aku mandi tapi sebelah tanganku tidak aku basahi karena ada luka. Kalau di basahi, bisa-bisa rasa perih itu datang lagi.

Naura memakai sabun dengan busa yang melimpah untuk membuat tubuhnya bersih. Setelahnya ia membilasnya hingga bersih.

Setelah selesai, Naura hendak mengambil handuk. Namun ia tak sengaja menyenggol sabun hingga terjatuh ke lantai. Aku tidak sengaja menginjaknya dan akhirnya terpleset.

Bruk

Awwww

Terdengar suara teriakan dari dalam kamar mandi.

"Naura," Revandra khawatir.

Ia bergegas ke depan pintu kamar mandi sambil mengetok pintu.

"Naura apa yang terjadi padamu?" tanya Revandra.

"Aku kepleset," sahutku.

Tanpa pikir panjang Revandra langsung masuk begitu saja. Mata Revandra melotot tajam kala melihat Naura yang masih telanj4ng. Naura juga melotot karena Revandra main masuk aja.

"Ahkkkkk.....tutup mata lo!!" teriakku.

Revandra langsung menutup matanya dan berbalik badan.

"Naura, aku tidak bermaksud begitu! Aku sangat khawatir padamu jadi aku masuk begitu saja," ucap Revandra.

"Astaga, kenapa jadi gini sih? Anj1rr...gue malu banget," batinku malu.

"Rev, tolong ambilin handuk," pintaku.

Revandra meraba-raba ke sisinya dan meraih handuk lalu melemparkannya ke belakang. Aku langsung mengambilnya dan memasangnya di tubuhku.

"Setelah sekian lama, aku melihat tubvh indah nya lagi walau hanya sebentar," batin Revandra dengan senyuman miring.

Saat aku mau berdiri, kaki kananku terasa sakit lagi.

"Rev, bantu aku dong," pintahku masih terduduk di lantai kamar mandi.

Revandra membuka matanya dan berbalik ke arahku.

"Tidak bisa bangun sendiri?" tanya Revandra.

"Enggak,"

"Baiklah aku akan menolong mu," ucapnya dengan senyuman tipis.

Bukannya membantuku berdiri, dia malah menggendongku.

"Rev, aku kan nyuruh kamu buat bantuin berdiri? Kok malah di gendong sih?" tanyaku kesal.

"Diamlah, aku tidak mungkin membiarkanmu jalan dengan kaki yang masih sakit ini," ucap Revandra.

Revandra membawaku keluar dari kamar mandi.

"Udah turunin aku sekarang," ucapku.

Dia pun menurunkan diriku. Aku berjalan dengan pincang menuju ruang ganti. Setelah selesai ganti baju, ternyata Revandra masih ada di dalam kamarku.

"Kamu gak balik ke kamar? Ini udah malam loh, masa kamu mau disini terus?" tanyaku.

"Emangnya kenapa kalau aku disini terus? Kamu tidak suka? Lagian tidak ada yang melarangku untuk berlama-lama disini?"

"Hah, dia memang menyebalkan," batinku kesal.

"Kemarilah," Revandra menyuruhku untuk datang ke kasurku. Aku menurutinya dengan wajah kesal.

Aku duduk di pinggir kasur, tapi Revandra menarikku hingga aku terbaring di kasur empuk ku.

"Jika kau sudah tertidur aku akan kembali ke kamar," ucap Revandra.

"Kalau mau cepat aku pergi dari sini, maka cepatlah kau tidur," ucap Revandra.

Revandra menarik selimut hingga menutupi badanku agar aku tidak kedinginan.

"Jika kau tidak tidur maka aku akan terus berada disini," ucap Revandra.

Aku langsung memejamkan mataku. Aku pura-pura tidur tapi ternyata Revandra tau otak licikku.

"Jangan pura-pura tidur!" ucapnya.

"Huh, dia kok tau sih kalau gue pura-pura tidur? Jangan-jangan dia punya indera ketujuh?" batinku mulai berpikir yang aneh-aneh.

Aku berusaha untuk tidur agar dia segera pergi dari kamarku. Entah kenapa aku malah gak bisa tidur sama sekali. Biasanya kalau aku sudah memejamkan mata pasti aku langsung tertidur. Tapi ini malah gak bisa tidur, mungkin karena ada Revandra di sampingku.

Revandra mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang. Anehnya saat dia mengelus kepalaku rasanya sangat nyaman sekali. Pikiranku menjadi tenang dan tentram. Dia terus mengelus ku sampai aku tertidur pulas.

Setelah melihatku sudah tidur pulas, dia mencium keningku lalu pergi dari kamarku.

"Selamat malam," ucapnya padaku.

Revandra menutup rapat pintu kamarku. Revandra mendapat telpon dari anak buahnya yang sudah menangkap orang-orang yang sudah berani mencelakai Naura.

"Habisi mereka semua lalu buang mereka ke laut," pintah Revandra dengan nada yang menyeramkan.

"Tidak akan kubiarkan siapapun menyakiti Naura! Mereka akan tau akibatnya jika melakukan sesuatu pada Naura," ucap Revandra.

Revandra berjalan menuju lantai atas dengan tatapan yang dingin.

Keesokan harinya, aku bangun. Saat membuka mata, aku terkejut kala melihat Revandra yang sudah berada di dalam kamarnya. Aku bahkan sampai terduduk saking kagetnya.

"Loh, lo dari tadi malam di sini aja?" tanyaku.

"Tidak," jawabnya.

"Terus kok masih disini?" tanyaku.

"Aku hanya mengecek keadaanmu," ucap Revandra.

"Wah, segitu khawatirnya ya dia?" batinku heran.

"Apakah hari ini kamu mau masuk kuliah?" tanya Revandra.

"Iya,"

"Tapi aku lihat kau masih harus istirahat! Sebaiknya besok atau lusa saja kau pergi ke kampus," ucap Revandra.

"Enggak bisa! Nanti aku ketinggalan mata pelajaran di kampus," ucapku.

"Aku udah gak papa kok! Udah lebih baik dari yang semalam," ucapku.

"Baiklah, kalau kau memang sudah baik-baik saja itu tidak jadi masalah," ucap Revandra.

"Aku akan mengantarmu ke kampus," ucap Revandra.

"Lagi? Emangnya kamu gak sibuk?" tanyaku.

"Tidak,"

"Ya udah terserah kamu aja!" aku beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku langsung berlari menuju ruang ganti. Tak butuh waktu lama, aku pun selesai ganti baju.

"Aku udah siap, ayo kita berangkat!" ucapku.

Aku di buat salah fokus saat mataku melihat sesuatu di atas meja.

"Eh, itu kan-

Aku mendekat untuk memastikannya.

"Loh? Kok tas, dompet sama hp aku bisa ada di sini? Kemarin kan di ambil sama mereka?" tanyaku heran.

Aku mengecek semuanya dan ternyata masih utuh tidak ada yang berkurang.

"Rev, kamu....

"Anak buahku yang mengambilnya dari mereka," ucap Revandra.

"Kok bisa?" tanyaku heran.

"Jangan banyak tanya, ayo kita pergi!" Revandra keluar duluan.

Aku mengambil hp dan memasukkannya ke dalam tas ransel mungilku lalu menyusul Revandra.

Mobil pun melaju menuju kampus.

"Naura, jika anak buahku belum datang menjemput, kau jangan coba-coba untuk naik taksi atau kendaraan lain! Kau harus tetap di kampus sampai mereka datang menjemputmu," ucap Revandra.

"Ya baiklah," jawabku pasrah.

Kami pun sampai di kampus. Aku segera turun dari mobil.

1
Bunda Abi
bikin Ravendra bucin thor
Windy Hapsarini
Hmmm .. Revandra cari kesempatan dalam ketakutan /Smile/
All
bagus
Ira
bgs
Bunda Abi
semangat up Thor 🔥🔥🔥
Anonymous
ok
Ira
bgs
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!