Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Kehadiran Buah Hati
Widuri bangkit dari duduknya. Ia terus menempelkan tangan di perutnya. Memberikan bahasa tubuh kasih sayang kepada buah hatinya di dalam sana. Sementara Satia sedang mengobrol-ngobrol dengan Uwa Mando. Mereka membahas banyak topik, dati kebun milik Satia yang terbengkalai hingga keadaan Arum yang tak pernah pulang dari perantauan.
"Jadi Widuri bukan penyakit parah kan, Mando?" tanya Satia berulang kali.
"Bukan, Uwa. Dia hanya sakit perut lambat haid, bancici'kan namanya kalau bahasa daerah kita." Jawab Mando.
Ia berusaha mengelabui dengan alasan yang masuk logika Satia. Memang terkadang siklus datang bulan setiap perempuan tak menentu. Hal itu jadi kewajaran bagi orang-orang yang paham.
"Kalau begitu kami pulang dulu, kalau Widuri sakit lagi, saya akan bawa kemari ya Mando," kata Satia.
Mando mengangguk. Dia mendekati Widuri setelah Satia lebih dulu masuk ke mobil Pak Orin.
"Widuri, ingat kata Uwa. Jangan terlalu kaget kalau sakitnya datang, dan perlu ingat, anakmu sepertinya ingin bertemu ayahnya," bisik Uwa Mando.
"Iya, Uwa."
"Lalu, ramuan mujo itu nutrisi anak mu, rasa sakitnya sedikit akan hilang karena anak mu suka makan itu. Daun mujo kesukaan bangsa jin," jelas Uwa Mando lagi.
"Iya, Uwa. Terima kasih."
Setelah memberikan sedikit wejangan, Uwa Mando melepas Widuri masuk ke mobil. Widuri tak melepaskan tangannya yang menempel di perut. Sesekali usapan kasih sayang ia layangkan.
'Sayang, kita pulang ke rumah nenek ya, disana jangan nakal lagi, sebentar lagi ayah akan datang kok,' ucapnya dalam hati.
***
Di Alam Jin ..
Areta sedang bersantai di taman belakang. Kailash yang bosan di rumah mulai gelisah. Ia mondar-mandir di depan kakaknya yang sedang menikmati minuman yang berwarna biru.
"Kau membuatku pusing, Kailash!" Areta menegur.
"Kak, kok perasaanku gelisah ya, ingat terus Widuri," kata Kailash.
"Bukankah setiap hari kamu memang gelisah? rindu itu namanya, dasar budak cinta!" Areta sengaja mengerjai adiknya. Ia berencana memberi kejutan kepada Kailash.
Pria itu berdecak kesal. Sudah dua hari dia membujuk kakaknya untuk melihat kondisi Widuri, tetapi Areta berkata ia sedang malas ke alam manusia. Kailash yang khawatir ke istrinya bahkan tak bisa makan dan tidur.
"Apa sih, minggir dari sini! Kepala kakak pusing loh liat kamu mondar-mandir!"
Rasanya Kailash ingin menjambak kakaknya jika Areta sedang mode cerewet. Namun, Kailash bukan pria yang tega berlaku kasar. Ia pun memendam kekesalannya lalu menarik kursi untuk duduk.
"Kak, tolong dong Kakak menemui Widuri. Lihat keadaan dia," pintanya.
Areta meneguk minumannya hingga tandas. Dia bersandar di kursi santai sambil menikmati pemandangan air terjun.
"Dari dulu kamu menyusahkan terus. Aku sudah mengawasi adik ipar dua bulan. Aku lelah berkeliaran di dunia manusia."
Kailash mengerang kesal. Sikap dewasanya di uji oleh tingkah kakaknya yang terus menguji kesabaran. Pantas saja, Areta buru-buru ingin punya rumah sendiri karena Kaluna sering memarahinya. Areta seringkali bersikap mengesalkan tetapi kepribadiannya tetap peduli.
"Kakak, tolong, lihat keadaan istriku. Aku sungguh khawatir. Kapan juga aku bisa kembali menembus lorong dimensi?"
Areta melepas kacamatanya. Dia menepuk keras pundak adiknya.
"Kau menyuruhku! Tidak boleh kau memerintah ku, aku lebih tua darimu! Kau pikir aku tidak menyayangi adik ipar? aku sayang sama Widuri, kau ini menyuruhku terus, kenapa bukan kau saja yang kesana? hah?!"
Kailash mengerutkan alis. Dia berdiri dari tempat duduknya. Menatap curiga ke Areta.
"Kenapa kakak menyuruhku kesana? Kakak tenagaku ma--"
Belum sempat Kailash melengkapi kalimatnya, Areta melemparkan daun mujo kepada adiknya.
"Minumlah, tenaga mu sudah pulih dari kemarin. Ini daun aku ambil dari Widuri, pergi cepat, aku bosan melihatmu di rumahku," cecar Areta lalu kembali bersandar di kursi santainya.
Kailash menggenggam daun mujo itu dengan erat. Aroma daun itu menguar, menggugah selera Kailash. Tanpa membuang waktu lama, Kailash melahap hanis daun mujo itu tanpa sisa. Kailash menghilang begitu saja setelah melahap daun mujo pemberian kakaknya.
"Dasar adik bandel!"
***
Widuri tertidur lelap setelah minum ramuan daun mujo. Rasa keram diperutnya berkurang. Widuri mulai nyaman berbaring ke samping. Saat itu Kailash baru tiba di kamar istrinya. Matanya berkaca-kaca karena terharu bisa melihat Widuri kembali dengan keadaan sehat.
"Sayang, aku sangat merindukanmu .." Ucapnya.
Seperti biasa suaranya tak dapat di dengar oleh Widuri.
"Sayang, aku kembali," ucapnya lagi. Kailash lebih mendekat ke Widuri.
Dia duduk di tepi ranjang, tepat di samping kepala Widuri. Dia memandangi istrinya, meluapkan kerinduan yang tertahan selama dua bulan ini.
"Widuri .." Lirihnya.
Namun, Kailash merasa tertarik dengan aroma wangi yang sebelum ia tak pernah ia cium. Ia mendekatkan penciumannya ke tubuh istrinya. Aroma itu berasal dari perut Widuri yang di penglihatan Kailash sedang bergerak-gerak.
"Apakah, apakah Widuri hamil?"
Kailash memejamkan mata, menempelkan tangannya di atas perut Widuri. Air matanya menetes ketika melihat ada bayi-bayi yang sedang menghuni rahim istrinya. Widuri sedang mengandung buah cintanya.
"Widuri sayang, kamu hamil!" Kailash berseru saking senangnya.
Para mahluk gaib lain yang tengah melintas di luar rumah mampir mengintip keadaan Kailash dan Widuri.
Kailash mencium berkali-kali perut istrinya. Tangisnya tumpah menghirup aroma tubuh anak-anaknya yang tumbuh sehat di dalam sana. Namun, Kailash terganggu dengan shara bising di sekitarnya. Kailash tercengang sebab para makhluk sebangsanya turut hadir di dalam kamar Widuri.
"Kalian mau apa? pergi dari sini!" Kailash mengusir mereka.
Wajah-wajah yang tadinya ikut senang berubah jadi kesal.
"Dasar jin sombong!" Umpat salah satu dari makhluk gaib itu.
Para makhluk sebangsanya itu pergi dari rumah Satia. Kailash kembali berfokus pada Widuri dan bayi-bayinya. Karena merasa bersalah, Kailash bergegas masuk ke dalam mimpi Widuri, karena hanya di dalam mimpi, dia bisa memeluk istrinya tanpa batas dimensi.
"Sayang!" Seru Kailash seraya berlari kecil menghampiri Widuri yang duduk membelakang di pinggir danau.
Mendengar seruan suaminya, Widuri menoleh dengan perasaan haru. Dia merentangkan kedua tangan menyambut pelukan suaminya.
"Kailash ..Suamiku," ucapnya setelah bisa kembali memeluk tubuh kekar suaminya.
"Aku sangat merindukanmu, Sayang .."
Namun, pelukan itu tak terasa nyaman, ada yang mengganjal di bawah sana. Widuri dan Kailash menunduk ke bawah. Rupanya, perut Widuri sudah membesar, seperti sudah mengandung bayi kembar dengan usia kehamilan sembilan bulan.
"Kenapa perutku membesar? padahal aku masih hamil muda," tanya Widuri yang heran.
Kailash tersenyum lalu mengusap lembut perut istrinya.
"Itu karena perbedaan waktu alam jin, Sayang. Anak kita akan tinggal bersamaku, makanya dia bereaksi ketika di alamnya."
Widuri terhenyak. Jawaban Kailash malah mengundang kesedihan dihatinya.
"Tinggal bersamamu? jadi ..." Widuri pun tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dadanya mulai sesak lagi.
Kailash yang paham langsung menenangkan istrinya.
"Sayang, gen Jin lebih kental dari pada manusia. Aku Ayahnya, mereka mengikuti ku, tapi bukan berarti kamu tidak berarti apa-apa. Kamu tetap Ibunya, Ibu mereka."
Widuri ambigu. Dia menitikkan air mata. Bagaimana bisa ia menerima kenyataan itu? sedangkan menjalani pernikahan dengan Kailash terasa sakit, sebab hanya di alam mimpi keduanya bisa bertemu.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?