Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perbedaan Kekuatan
"Entahlah, lagipula jika aku tahu, aku juga tak akan memberitahumu."
"Nak Wang, kau! Jawab pertanyaanku! Jika tidak, kau akan kujadikan tumbal untuk Naga Hitam!"
"Hah? Apa yang kau bicarakan? Dari awal, kau sudah menjadikanku tumbal Naga Hitam, bukan?"
"Kau! Tan’er, buat dia mengakui bagaimana dia bisa mendapatkan teknik ajaran iblis!"
"Baik!"
Qing Tan melirik ke arah luar lalu kembali menatapku. Kurasa itu isyarat untuk bertarung di luar.
Kami keluar berurutan, Qing Tan yang melangkah lebih dulu kini berdiri di tengah kota, menungguku. Setelah beberapa saat, aku menyusulnya.
"Nona Qing... kali ini aku tak akan berbelas kasih seperti sebelumnya."
"Cih! Sudah lemah, sombong pula. Majulah!"
Aku melesat, mengayunkan sabitku. Namun, seranganku tertahan oleh pedangnya.
Kami berdua mundur secara bersamaan, menumpukkan energi pada kecepatan. Serangan demi serangan saling bertemu, menghasilkan gelombang energi yang memancar ke segala arah. Suara ledakan akibat benturan kami menggema di udara, memecah kesunyian malam.
Namun, kelengahanku membuatku terkena serangan di punggung. Tubuhku terlempar jauh, menabrak salah satu rumah warga.
"Ka-kau! Siapa kau? Kenapa kau menabrak rumah kami?!"
"Ayah... orang ini terlihat sangat mengerikan..." ucap seorang anak kecil yang bersembunyi di belakang ayahnya.
"Ugh... kalian, jika tidak ingin mati, sebaiknya menjauh."
Setelah mendengar itu, ayah dan anak itu segera melarikan diri dariku.
Beberapa menit kemudian, Qing Tan berhasil menemukanku. Ia berdiri tak jauh dariku sambil terkekeh.
"Hahaha! Hanya dengan satu serangan kau sudah terlempar sejauh ini. Fu fu, aku memang sangat kuat. Hahahaha!"
"Oh, begitu?" jawabku datar.
"Ada apa denganmu? Kau berubah begitu dingin. Sebelumnya kau hanya bisa menatapku dengan tatapan mesum, dan sekarang kau sudah menghancurkan segel serta menerobos ke Ranah Kaisar Qi. Sebenarnya, apa yang kau lakukan?!"
"Kau pikir aku akan memberitahumu?"
"Huh... kalau begitu, akan kubuat kau memberitahuku!"
"Majulah!"
Qing Tan turun dengan kecepatan yang menakutkan, mengibaskan pedangnya.
"Langkah Bayangan!"
Aku berhasil menghindarinya, tapi hanya sesaat. Ia kembali menyerang, mencoba menusukkan pedangnya ke arahku.
Aku menegakkan sabitku, menahan serangannya. Namun, tiba-tiba ia mengeluarkan teknik "Cahaya Pedang Naga!"
Cahaya itu begitu menyilaukan, mengganggu penglihatanku. Saat aku kehilangan fokus, tiba-tiba ada tangan yang mencengkeram perutku.
"Gawat!"
Tangannya meledakkan Qi yang terkumpul, membuatku terlempar sekali lagi. Kali ini, tubuhku menghantam salah satu bangunan kota.
"Ugh..."
"Bagaimana? Sudah menyerah?"
"Menyerah? Heh... kau belum layak membuatku menyerah."
"Kau!"
"Teknik Naga Hitam! Segel Pemecah Tulang!!"
Aku tak bisa menghindar. Tekniknya menekanku, membuat tulang-tulangku hampir remuk.
"Arghhh!"
"Ayolah... jika kau menyerah, kau tak akan merasakan semua ini."
"Menyerah kepada jalang sepertimu? Heh, tidak mungkin... Aku hanya akan menyerah kepadanya."
"Aku tidak tahu siapa yang kau bicarakan, tapi... kau akan mati, dan semua itu tak akan berguna jika kau mati."
"Gelombang Iblis! Pembelah Langit!!!"
Klang!
Segel yang mengurungku hancur seketika. Meski tubuhku terluka, aku masih mampu bertarung.
"Huh... huh... huh..."
"Hei, Nona Qing... lain kali jika ingin menggunakan segel, gunakanlah segel yang lebih kuat. Yang ini terlalu lemah, bahkan dipecahkan dengan satu serangan."
"Cih! Berlagak sombong! Awas saja kau!"
Wajahnya tampak kesal. Ia melepaskan pedangnya, memberi isyarat bahwa ia ingin bertarung dengan tangan kosong.
Tinju pertamanya mendarat di wajahku. Namun, aku menahannya dan melancarkan serangan balik.
Duk!
Duk!
"Kau! Berani-beraninya memukul wajah cantikku!"
"Hah? Apa salahnya memukul wajah jalang?"
"Kau!!!"
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi