Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jurang Pemisah.
Cukup lama Yuanchi Juan berdiam diri di dalam mobil nya, hingga dilihat nya Ridho datang dengan memboncengi seorang anak remaja yang mirip dengan Syafiq dan Hafizah, barulah dia pergi dari tempat itu.
Setiba nya di apartemen mewah nya, di hempaskan nya tubuh nya diatas sofa ruang tamu.
Rasa lelah baru terasakan oleh tubuh nya, namun yang sangat terasa sekali adalah kelelahan hati nya.
Tiba tiba dia merasa kesepian hidup di Dunia ini, padahal sebelum nya, hari hari seperti biasa ni sudah sangat sering dia lewati sendirian.
Hanya karena tadi apartemen nya kedatangan sepasang anak remaja kembar yang menyenangkan itu, kini dia merasa sepi yang menusuk relung kalbu nya.
Selama ini dia tidak perduli dengan keadaan nya, meskipun sendirian, dia tidak pernah merasa sesepi ini.
Ditatap nya tadi tempat sepasang anak remaja itu numpang untuk sholat ashar berdua.
Rasa ingin tahu nya, membuat wanita cantik jelita ini mengutak atik handphone nya, mencari tahu dari Mbah Google, apa itu Islam.
"Islam adalah agama monoisme yang bertuhankan hanya satu tuhan, yaitu Allah tuhan yang menciptakan Alam semesta beserta isi nya ini dari ketiadaan menjadi ada, dan mengimani Muhammad sebagai Nabi dan Rasul utusan nya yang terakhir" ujar si Mbah Google menjawab pertanyaan dari Yuanchi Juan.
Namun penasaran di hati Yuanchi Juan tidak juga terpuaskan, ibarat orang yang kehausan di tengah terik panas, setetes air mata cukup untuk memuaskan dahaga nya.
Kini wanita cantik jelita itu seperti orang linglung di apartemen mewahnya sendiri, membuka pintu belakang, berdiri di balkon menatap kearah ribuan bangunan yang kini mulai menyalakan lampu lampu mereka, lalu masuk kembali kedalam, berjalan kearah ruang tamu, lalu duduk di sofa beberapa saat, keluar lagi arah ke balkon menatap lembayung senja yang mulai pudar.
Sore ini, hati nya tiba tiba terasa begitu hampa, sepi dalam kesendirian nya yang mencekam.
Rasa rindu dengan canda tawa sepasang anak kembar itu serasa mencabik cabik dada nya.
Biasa nya dia acuh dan masa bodoh dengan kesendirian nya, nonton TV, atau nonton Drakor lewat handphone sudah bisa meredakan kejenuhan nya.
Tetapi sekarang, itu semua tidak lagi bisa mengalihkan perhatian nya pada sepasang anak kembar itu, rasa kesepian yang benar benar mencabik cabik perasaan nya.
Dahulu sewaktu dia putus dengan Steve, hati nya tidak sesepi ini, kini dia merasa benar benar kesepian, seolah olah di Dunia ini hanya dia sendirian lah penghuni nya.
Dengan menebalkan wajah nya, diambil nya handphone nya, di pencet nya nomor Ridho yang di berikan oleh Hafizah tadi sore.
"Halo ada apa lagi?" terdengar suara pemuda itu dengan nada datar yang begitu dingin.
Rindu dengan ocehan dari sepasang anak kembar itu, dikuatkan nya hati nya dengan kebekuan pemuda kutub Utara itu.
"Hafizah ada bang?" tanya Yuanchi Juan berusaha selembut mungkin.
"Ada apa dengan Fizah?" tanya Ridho masih dengan nada dingin dan kaku.
"Ya Tuhan!, kuatkan hati ku menghadapi pangeran kutub Utara ini!" ucap hati Yuanchi Juan.
"Hanya mau bicara bicara saja bang!" jawab Yuanchi Juan gugup.
Di kantor dia terkenal dengan istilah Ratu horor, tetapi kini, dengan pangeran kutub Utara ini, dia mati kutu.
"Dia akan menghubungi mu nanti!" jawab Ridho masih dengan nada kaku nya.
Yuanchi Juan mengakhiri panggilan telepon nya, dan menunggu panggilan telepon dari dara cantik itu dengan harap harap cemas.
Akhirnya setelah penantian beberapa saat, telepon nya pun berbunyi juga, panggilan dari nomor baru.
"Halo!" Yuanchi Juan menyapa terlebih dahulu.
"Halo Tante, ada apa ya?" tanya Hafizah dengan nada ramah namun agak kaku.
"Tidak apa apa, Tante hanya ingin ngobrol dengan Fizah saja, Tante kangen suara Fizah, Fizah marah sama tante?" tanya Yuanchi Juan.
"Tidak!, tidak ada hak Fizah untuk marah sama tante, Fizah justru minta maaf, Fizah salah melibatkan Tante dengan hidup Fizah, tidak apa apa Tante, Fizah akan tetap berjalan diatas takdir diri Fizah dan saudara saudara Fizah, maaf bila sudah mengganggu hidup Tante" ucap Hafizah.
"Fizah tidak salah sayang, hanya saja Tante belum siap, jurang yang memisahkan hidup kita terlampau besar, Tante merasa tidak mampu menghadapi nya!" jawab Yuanchi Juan sedih.
"Fizah tau Tante, tidak apa apa, maafkan Fizah ya Tante, ini sudah takdir hidup Fizah, udah dulu ya Tante, Fizah mau mempersiapkan makanan untuk makan malam kami!" dara cantik itu mengakhiri pembicaraan nya.
Yuanchi Juan menangkap ada segaris luka di nada kata kata dara cantik itu.
Sepanjang malam, Yuanchi Juan tidak bisa tidur, bayangan Hafizah yang memohon dia menikah dengan papah nya terus terngiang di telinga nya.
Pukul empat pagi, barulah mata nya bisa terpejam, dan akibat nya, dia terlambat masuk kantor, hingga Daniar menelpon nya, baru dia terbangun.
"Halo non, ada apa pagi pagi menelpon ku?" tanya Yuanchi Juan dengan mata yang masih terasa kelat.
"Haah!, pagi pagi kau bilang?, ini sudah pukul delapan non, coba kau lihat jam mu sekarang!" dengus Daniar tidak senang.
"Haah?, pukul delapan?, ya ampun, aku terlambat!" ucap Yuanchi Juan buru buru bangkit dan pergi ke kamar mandi.
Pagi ini Ridho harus pulang pergi mengantarkan si kembar ke sekolah, setelah itu mengantarkan Firdaus ke pondok pesantren, barulah dia pergi ke Bengkel untuk bekerja.
Ridho sudah mewanti wanti kepada semua anak anak nya, agar tidak menceritakan hal apapun tentang kehidupan mereka yang sebenar nya kepada siapa pun juga, karena itu bersangkutan dengan keselamatan mereka sendiri.
Di bengkel tempat nya bekerja, Bu Kaila tidak lagi berambisi mengejar cinta Ridho, pasal nya pria itu seperti sudah tidak memiliki sisa sisa cinta lagi, dingin sedingin salju di kutub utara.
Saat Ridho keluar, pergi ketempat kerja nya, dua orang pria bertubuh tinggi besar datang kearah rumah kontrakan Ridho, menanyakan kontrakan kosong.
Yang empunya rumah kontrakan itu mengatakan jika kontrakan nya sudah tidak ada yang kosong lagi.
Lalu kedua pria itu menanyakan, siapa yang mengontrak di kontrakan paling ujung.
Pemilik rumah kontrakan itu menjawab itu tempat Ridho dan ketiga putra nya mengontrak.
Sat kedua orang pria itu kembali bertanya, sejak kapan Ridho Mengontrak di tempat itu.
Arena merasa tidak nyaman dengan pertanyaan kedua pria itu, ibu pemilik kontrakan itu menjawab asal saja.
"Ah sudah lama sekali mas, tepat nya saya lupa" jawab ibu pemilik kontrakan itu.
Kedua pria itupun keluar dari tempat itu tanpa banyak tanya lagi.
"Jack!, apa orang seperti itu yang mendapat warisan satu miliar dolar, hidup saja di rumah kontrakan?" tanya salah seorang pria paro baya itu pada teman nya.
"Kita hanya disuruh meneliti, dia mendapat warisan apa tidak, itu saja Joe!" jawab seorang Pria paro baya yang bernama Jack.
"Kalau dia memiliki harta warisan itu?" tanya Joe.
"Ya kita paksa dia menyerahkan nya, apapun cara nya!" jawab Jack.
"Kalau ternyata dia tidak memiliki nya?" ....
"Ya kita pulang, buat apa susah susah berurusan dengan orang yang tidak tahu sangkut pautnya, lagi pula agen rahasia negeri ini sangat kuat, bisa bisa kita pulang tinggal nama" jawab Jack.
Motor kedua nya menghilang di kepadatan lalu lintas pagi itu.
Di ruangan nya, Yuanchi Juan bekerja seperti tidak fokus hari ini, bawaan nya kepingin marah saja. Hal itu karena konsentrasi nya terpusat pada sepasang anak remaja kembar Hafizah dan Syafiq saja.
Beberapa karyawan yang berbuat salah, harus menerima dampratan nya.
Karena tidak fokus kerja, saat pukul tiga sore, Yuanchi Juan mendatangi gang dimana sekolah tempat Hafizah dan Syafiq menuntut ilmu berada.
Cukup lama wanita cantik itu berdiam diri didalam mobil nya, menatap kearah muara gang, berharap sepasang anak remaja itu muncul, namun hingga motor butut milik Ridho masuk kedalam gang itu, dia tidak melihat anak kembar itu muncul.
Rupanya hari ini kedua anak remaja kembar ini di jemput oleh papah nya ke sekolah, meskipun dengan bolak balik menaiki motor butut nya.
Saat Ridho kembali meluncur keluar setelah selesai menjemput kedua anak kembar nya, Yuanchi Juan segera bergegas masuk kedalam gang tempat kontrakan Ridho berada.
Yuanchi Juan mengetuk pintu kontrakan beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari dalam, padahal dia yakin jika sepasang anak kembar itu sudah pulang.
"Hafizah!, Syafiq!, ini Tante nak!" teriak Yuanchi Juan, barulah terdengar langkah kaki didalam rumah kontrakan itu.
"Hafizah membuka pintu, namun bukan nya mempersilahkan masuk, hanya kepala nya saja yang keluar dari balik pintu.
"Ada apa Tante kesini?, pulanglah Tante, jangan libatkan hidup Tante dengan masalah kami!" ucap dara itu dengan ramah, namun penuh penekanan kata kata disana.
"Tante tidak bermaksud mengganggu kalian, Tante hanya kangen sama kalian, itu saja, boleh kita ngobrol sebentar sayang?" bujuk Yuanchi Juan pada Hafizah.
Meskipun ada rasa enggan di hati Hafizah, tetapi kedua orang tua nya mendidik mereka untuk memulia kan tamu nya, sehingga meskipun dengan rasa malas, akhirnya dia keluar juga menemui Yuanchi Juan.
"Duduklah tante!, maaf seadanya, maklum kami orang miskin!" kembali kata kata Hafizah terasa seperti air cuka yang menyirami luka dihati Yuanchi Juan.
Yuanchi Juan menatap wajah Hafizah dalam dalam, disapu nya pipi kemerahan dara cantik itu dengan jari nya, "kau salah menilai ucapan ku sayang, apakah kau kira aku gila harta?, gila kedudukan?, atau gila jabatan?" tidak nak!, kau terlalu naif menilai ku seperti itu" ucap nya sedih.
"Maafkan Fizah ya Tante, tetapi kenyataan nya, kami memang orang miskin kan Tante, sekali lagi maafkan kata kata Fizah kemarin Tante, anggap saja itu hanya candaan anak kecil saja" ujar Hafizah membenarkan posisi duduk nya.
"Bukan masalah harta nak!, bukan itu, rintangan diantara kita sangat besar, keyakinan kita yang berbeda nak, kau pasti tidak mau mengikuti keyakinan Tante kan?" ujar Yuanchi Juan balas bertanya.
Hafizah tercekat mendengar kata kata wanita cantik yang baik hati ini, dia baru menyadari nya sekarang, jika keyakinan mereka sangat berbeda.
...****************...