Lanjutan If I Met You First...
- Jessica adalah seorang sarjana sejarah dan harus bekerja di museum New York di bulan Desember dimana semua orang antusias dengan natal. Kedatangan Nick yang seorang pemilik restauran halal untuk menumpang di museum karena lebatnya salju, membuat keduanya menghabiskan malam itu sambil melihat-lihat museum. Hingga Jessica harus mencari artifak yang hilang dan Nick membantunya. Lama-lama keduanya pun jatuh cinta.
- Joy bekerja sebagai konsultan finance ketika hendak ke Washington DC, terjebak dengan salju dan terpaksa tinggal di kota kecil bernama Crystal Valley. Disana joy bertemu dengan Ben, seorang pemilik rumah sakit kecil dan juga toko roti di kota itu. Joy yang tidak bisa kemana-mana, mau tidak mau membantu Ben membuat cookies untuk Natal. Ben pun semakin tertarik dengan Joy tapi saat gadis itu harus kembali ke Washington DC, Ben bisa melihat bahwa dirinya tidak pantas dengan gadis kota yang kaya raya seperti Joy.
7th generation of klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ben Berusaha Mendekati Joy
Washington DC
Ben dan Joy sedang menikmati acara minum teh di balkon apartemen gadis itu setelah Rylee harus pergi ke Quantico dengan banyak wejangan. Gadis itu menikmati turun salju di Washington yang tidak sederas saat dirinya berada di Crystal Valley.
"Ben, kamu pulang ke Crystal Valley kapan?" tanya Joy sambil menoleh ke Ben.
"Aku ... Habis tahun baru, Joy. Bukan apa-apa, pasti penuhnya dan aku masih ingin disini." Ben menyesap tehnya.
"Bagaimana dengan toko roti? Rumah sakit ?"
"Tetap aku periksa kok Joy, jangan khawatir," senyum Ben.
"Oh, okelah kalau begitu," balas Joy.
Keduanya pun terdiam lagi sambil menikmati pemandangan dari balkon hingga Joy merasa kedinginan karena saljunya makin lebat turunnya.
"Kita masuk ke dalam, Joy. Aku tidak mau kamu kena pilek." Ben mengajak Joy masuk yang dijawab anggukan gadis itu.
Ben pun menutup pintu kaca balkon setelah mereka masuk dan Joy memeriksa pemanas apartemen yang dirasanya kurang hangat. Setelah dirasa nyaman, Joy pun duduk di sofa.
"Kamu nggak pulang ke apartemen Dipta?" tanya Joy.
"Kamu ngusir?" Ben menatap Joy tidak percaya.
"Yaaa ... Gimana ya soalnya kan kamu nggak boleh tinggal disini dong," jawab Joy.
Ben memajukan bibirnya. "Serius tidak boleh?"
"Serius Ben .... " Suara ponsel Joy terdengar membuat gadis itu mengambilnya dan tersenyum melihat siapa yang menelpon. "Assalamualaikum Jess ..."
"Wa'alaikumsalam ... Joy ! Nick dibawa mas Jordan ! Aku bingung kenapa mas Jordan bawa Nick pergi !" seru Jessica.
"Hah? Nick dibawa kemana?" tanya Joy.
"Nggak tahu ! Mbak Addie hanya bilang Nick diajak pergi sama mas Jordan."
"Tunggu, bukankah Nick mantan tentara Jess. Mungkin diajak ke Poughkeepsie. Mas Jordan kan pengen tahu kemampuan Nick."
Ben hanya mendengarkan percakapan Joy dengan saudara kembarnya. Nick? Mantan tentara? Diajak pergi oleh kakak laki-laki Joy ? Duh, apa aku juga akan diajak bicara dengan Jordan? Baru ketemu Rylee dan Naradipta saja sudah bikin aku shock.
"Oh iya ya. Duh, semoga nggak dibikin pusing sama mas Jordan. Aku takut kalau diajak aneh-aneh sama mas Jordan."
"Jess, palingan ya, mas Jordan pengen tahu seberapa ahlinya Nick jadi sniper. Jadi kalau keluarga kita butuh sniperz setidaknya sudah ada stok," gelak Joy membuat Ben mendelik.
Yang benar saja ! Masa stok sniper ? Ben tampak shock. Sudah ada agen FBI, dokter forensik dan sekarang sniper ?
"Sudah Jess, kamu tenang saja. Macam kamu tidak tahu kebiasaan para kakak lelaki kita seperti apa?" senyum Joy.
"Iya kali Joy. Aku hanya tidak mau Nick jadi ilfill sama mas Jordan."
"Jess, apa kamu suka dengan Nick ?" tebak Joy.
"Aku ... Tidak tahu .... Nick baik, Joy, tapi aku tidak tahu apa dia juga suka sama aku ..." jawab Jessica.
Joy tersenyum. "Kalau Nick memang suka sama kamu, pasti ada jalannya nanti, Jess."
"Terus bagaimana dengan Ben? Kata Dipta, dia masih nempel kamu ke Washington," kekeh Jessica membuat Joy menoleh ke arah Ben yang duduk manis sambil mendengarkan percakapan dua gadis bersaudara kembar itu karena Jessica melakukan panggilan video.
"Bocahnya disini. Sapa Jessica, Ben."
"Hai Jess. Maaf ya aku masih disini bersama saudara kembar kamu," sapa Ben.
"Kamu tidak pulang ke Crystal Valley?" tanya Jessica. "Ternyata muka kamu tuh begitu ya ?"
Ben cemberut. "Kenapa dengan muka aku ?"
"Sesuai dengan bayangan aku. Chubby gimana gitu, khas tukang buat roti," goda Jessica membuat Joy terbahak.
"Ya ampun Joy, muka aku dibilang macam roti," adu Ben manyun.
"Tapi kamu memang mirip roti sih Ben." Joy tertawa melihat ekspresi Ben.
Jessica cekikikan melihat interaksi antara Ben dan Joy. "Sepertinya Ben suka sama kamu Joy."
"Hanya perasaan kamu saja, Jess," ucap Joy. "Aku sendiri sama dengan kamu, tidak yakin apakah Ben mirip Nick. Tidak jelas," jawab Joy.
Jessica hanya mengangguk tapi feelingnya mengatakan bahwa Ben ada perasaan ke Joy namun dia masih ragu-ragu dengan dirinya sendiri.
"Oke lah. Biar aku nanti hubungi Nick lagi. Ben, jangan tidur di apartemen Joy. Assalamualaikum," pamit Jessica.
"Wa'alaikumsalam." Joy meletakkan ponselnya diatas meja. "Kamu mau pulang jam berapa? Soalnya aku tidak mau kamu kebingungan mencari Uber di cuaca seperti ini."
Ben hendak membuka mulutnya ketika suara bel pintu apartemen Joy berbunyi. Gadis itu berdiri dan melihat Naradipta berdiri di depan. Joy lalu membuka pintu apartemennya dan melihat salju menempel di jaket dokter forensik itu.
"Masuk Dipta ... Kok kamu kesini ?" tanya Joy.
"Salju nya makin parah, Joy. Nyokap sudah bawain makanan buat kita makan malam dan aku bakalan nginap disini ... Lho Ben belum pulang ?" Mata hitam Naradipta melihat Ben masih berada di ruang tengah.
"Aku disini dulu ya. Saljunya deras, Dipta."
Naradipta hanya tersenyum smirk. "Dasar ! Itu akal-akalan kamu kan Ben supaya tetap disini dengan Joy ?"
Ben tersenyum manis. "Ketahuan ya?"
"Iyalah ! Kelihatan kok !" balas Naradipta judes.
***
Manhattan New York, apartemen Jessica
Jessica bergegas ke pintu apartemen saat Nick terlihat di layar monitor cctv. Gadis itu merasa lega melihat Nick tidak terlihat tertekan dan membukakan pintunya, lalu memberikan senyumannya ke pria itu.
"Hai. Kamu diajak mas Jordan ke Poughkeepsie?" tanya Jessica tanpa basa basi.
"Iya. Boleh aku masuk?" tanya Nick. "Aku bawakan pizza dan coke."
Jessica bisa mencium harum pizza favorit keluarga Pratomo. "Half and half?"
"Iya. Aku tahu kamu suka pizza ini. Sepertinya favorit keluarga Pratomo ya?" senyum Nick sambil masuk ke dalam apartemen Jessica.
"Iya. Itu favorit keluarga kami. Apalagi yang tinggal di luar New York, kalau kemari pasti wajib pesan itu. So, bagaimana pergi bersama dengan mas Jordan?" Jessica menutup pintu apartemen dan berjalan ke ruang tengah.
"Kamu tahu, aku tidak menyangka bahwa keluarga kamu begitu gila dengan menyimpan banyak koleksi senjata dan jujur, aku sangat ngiler melihat koleksi keluarga kamu," jawab Nick.
"Begitulah. Terus kamu disuruh apa sama Mas Jordan?"
"Dites apakah aku masih sanggup menjadi sniper atau tidak," jawab Nick.
Jessica tertawa kecil. "Selamat datang di Poughkeepsie."
***
yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂
tinggal Ben nih yang belum dites....
harusnya yang ngetes om eagle ato fesya ya
warisan budaya Indonesia yang sarat makna dan filosofi hanya senjata
monggo persiapkan dan tunjukan kemampuan tembak menembak nya....