Tahu masa lalunya yang sangat menyakitkan hati satu minggu sebelum hari pernikahan. Sayang, Zoya tetap tidak bisa mundur dari pernikahan tersebut walau batinnya menolak dengan keras.
"Tapi dia sudah punya anak dengan wanita lain walau tidak menikah, papa." Zoyana berucap sambil terisak.
"Apa salahnya, Aya! Masa lalu adalah masa lalu. Dan lagi, masih banyak gadis yang menikah dengan duda."
Zoya hanya ingin dimengerti apa yang saat ini hatinya sedang rasa, dan apa pula yang sedang ia takutkan. Tapi keluarganya, sama sekali tidak berpikiran yang sama. Akankah pernikahan itu bisa bertahan? Atau, pernikahan ini malahan akan hancur karena masa lalu sang suami? Yuk! Baca sampai akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 24
Mobil yang Arya kendarai akhirnya tiba ke cafe Utari. tidak terlalu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat dari restoran milik Arya. Setelah tiba, Arya turun dengan rasa enggan. Cukup berat hatinya untuk bertemu dengan Kinan. Tapi, tetap ia paksakan. Mengingat, urusan antara dirinya dengan Kinan memang harus benar-benar ia selesaikan.
"Kak Arya. Sini." Kinan berteriak dengan nada agak tinggi sambil melambaikan tangannya. Wanita ini memang tidak punya pikiran. Sedikitpun tidak mempertimbangkan pandangan orang lain tentang dirinya.
Arya melepas napas berat. Setelahnya, dia tetap melangkah mendekati Kinan.
"Sudah lama?" Arya bertanya sekedar berbasa-basi saja.
Namun, wajah bahagia Kinan semakin terlihat dengan sangat jelas. "Belum juga sih, kak. Tapi, jika itu buat nungguin kamu, walau sedetik juga udah terasa sangat lama."
"Kak Arya mau pesan apa? Biar aku pesan kan yah."
"Ah, tunggu. Apa mau jus alpokat saja? Kamu suka minum minuman itu, bukan?"
Tanpa menunggu Arya menjawab, Kinan malah langsung ingin beranjak meninggalkan Arya. Tentu saja Arya langsung mencegahnya.
"Tunggu, Kinan."
"Ya? Ada yang lain lagi yang ingin kamu pesan, kal Arya? Jika ada, katakan saja. Maka aku akan pesan kan segera."
"Gak. Gak ada yang mau aku pesan. Tidak pula ada yang ingin aku minum atau makan. Karena aku mengajak kamu bertemu bukan untuk berbicara ria dengan santai. Melainkan, aku ingin menjelaskan padamu, Kinan. Menjelaskan, dengan sejelas-jelasnya. Hubungan kita tidak akan bisa kembali seperti dulu. Status kita sudah berbeda. Baik aku maupun kamu, kita sudah menikah."
Raut bahagia Kinan langsung memudar. Tatapan penuh kesedihan langsung dia perlihatkan. Namun, itu hanya sesaat saja. Karena detik berikutnya, senyum manis kembali terkembang. Dia ingin mengabaikan apapun yang hatinya rasakan. Karena itu, sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap tersenyum. Walau sebenarnya, hati Kinan juga sedang terluka dengan hebatnya.
"Ah, kak Arya. Nanti saja bicaranya. Sekarang, biarkan aku pesan minum baut kamu dulu. Jus alpokat sama. kenyang goreng. Kamu suka itu, bukan?"
"Tidak." Arya berucap sambil menahan tangan Kinan. Hal itu reflek terjadi karena Arya yang langsung berniat untuk menahan kepergian Kinan.
Namun sayang, tepat di saat itu pula, si pemilik cafe yang tak lain adalah temannya Juan malah melihat pemandangan tersebut. Reina, si pemilik cafe yang sudah sangat dekat dengan Juan. Dia tentu saja kenal. Arya dengan baik. Karena Arya adalah adik ipar Juan. Pernikahan Arya, Reina juga datang untuk memberikan doa restu. Jadi, bagaimana mungkin Reina tidak kenal Arya.
Takut kalau Arya ada main dengan perempuan. Tidak ingin adik sahabat dekatnya dikhianati, Rein pun langsung berinisiatif untuk melapor apa yang matanya lihat pada Juan.
Jepret, satu foto langsung tertangkap kamera ponsel milik Rein. Tidak pula menunggu waktu lama lagi, Rein langsung mengirim pesan singkat itu pada Juan. Tentunya, dengan pesan singkat sebagai kata penjelasan.
*Juan. Adik iparmu sedang berkencan dengan wanita lain. Sepertinya, sangat akrab. Jangan bilang kalau dia .... "
Membulat lah mata Juan ketika membaca pesan singkat yang baru saja masuk ke ponselnya. Sontak, dia yang sedang berkendara itupun langsung mengerem dengan cepat.
"Arya." Geram Juan bukan kepalang.
*Di mana ini?" Juan pun membalas pesan singkat dari sahabatnya setelah sesaat melepaskan napas kesal.
*Tentu saja di cafe aku. Gak liat kamu latarnya?"
Tentu saja Juan tidak memperhatikan keadaan sekeliling di saat matanya menangkap sosok Arya yang sedang berpegangan tangan dengan wanita lain yang sepertinya sudah sangat akrab. Mana foto yang Rein ambil sangat mengkhawatirkan lagi. Di saat Arya sedang berpegangan tangan dengan Kinan. Sungguh momen yang pas.
"Kurang ajar kamu, Arya! Berani sekali kamu menduakan adikku. Lihat saja nanti apa yang bisa aku lakukan padamu. Pria bajingan! Biar*ab!"
Sementara itu, di cafe, Arya yang merasa kalau obrolannya dengan Kinan tidak bisa lagi ia lanjutkan di tempat umum. Jadinya, Arya berubah pikiran. Dia pun memilih mengajak Kinan untuk berpindah posisi agar bisa bicara dengan tenang.
"Tapi, kak. Di sini-- "
"Tidak. Aku ingin bicara empat mata dengan mu di tempat yang lebih nyaman, Kinan. Jadi, ayo pergi!"
"Ta-- tapi. "
"Tidak ada tapi-tapian. Ayo bergerak."
"Iya ... baiklah."
Arya pun langsung menarik tangan Kinan menuju mobil. Ya. Mungkin, di dalam mobil adalah tempat yang paling nyaman untuk bicara. Tapi, jika ada orang yang melihatnya, maka itu akan jadi bahan pikiran yang tidak baik.
Namun, tidak lagi ada tempat yang lebih nyaman buat Arya untuk bicara dengan Kinan. Dalam mobil adalah tempat terbaik agar Kinan tidak menciptakan masalah lagi untuk Arya seperti beberapa waktu yang lalu.
"Masuk, Kinan!"
"Iya ... baiklah."
Mereka pun masuk ke dalam mobil. Setelahnya, Arya langsung angkat bicara kembali.
"Kinan, aku mohon, jangan ganggu hidupku lagi. Apakah kamu bisa menerima permohonan ini?"
Sontak, mata Kinan langsung berkaca-kaca. Sungguh, permintaan itu sangat menyakitkan buat dia. Dia yang masih mencintai Arya dengan sepenuh hatinya.
"Kak Arya. Bagaimana ... bagaimana mungkin kamu berikan aku permintaan ini. Andai kau tahu, aku, aku masih sangat mencintai kamu. Aku masih sangat mengharapkan dirimu."
"Coba kamu pikirkan, kak Kita, kita punya anak sekarang. Dan, kedua orang tuaku sudah tidak lagi seperti dulu. Mereka, mereka sudah-- "
"Kinan. Sadarlah! Kita tidak lagi bisa menjalin hubungan seperti sebelumnya. Kamu dan aku sudah menikah."
"Tapi aku tidak mencintai mas Gilang, kak Arya. Orang yang aku cintai tetaplah dirimu. Masih kamu dari dulu sampai sekarang."
"Kau tahu, aku sangat hancur saat mendengar kabar pernikahan mu. Hatiku remuk. Seolah, aku tidak lagi ingin hidup, kak. Untung saja aku punya Beby yang selalu bisa membuat aku bertahan. Karena Beby itu sangat mirip dengan dirimu, kak."
Kinan kembali melanjutkan ucapannya setelah memberi jeda sesaat dari kata terakhir yang baru saja dia ucap. "Lalu, jika pernikahan yang jadi masalahnya. Aku bisa minta cerai dari mas Gilang. Mama sama papan juga tidak akan keberatan. Mereka tidak lagi berniat untuk mencegah aku yang ingin bersama dengan dirimu. Karena mereka sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Bahwa, anak mereka sama sekali tidak bahagia setelah menikah dengan lelaki yang mereka pilih."
"Sayangnya, hal itu tidak akan ada gunanya, Kinan. Karena saat ini, cinta aku untuk kamu sudah tidak ada. Aku sudah mencintai wanita lain yang sama sekali tidak bisa aku tinggalkan."
Jatuhlah Buliran bening dari pelupuk mata Kinan karena pengakuan Arya barusan. Sungguh, sungguh sangat sungguh. Hatinya hancur tak tersisa.
"Ba-- bagaimana bisa, Kak Arya? Bagaimana bisa kamu melupakan cinta mu buat aku? Lalu, menanam cinta untuk wanita lain? Bagaimana bisa?"
lanjut kak...
semngat....
sdah mampir...
semoga seru alur critanya...
semngat kak ...