Alisa, harusnya kita tidak bertemu lagi. Sudah seharusnya kau senang dengan hidupmu sekarang. Sudah seharusnya pula aku menikmati apa saja yang telah kuperjuangkan sendiri. Namun, takdir berkata lain. Aku juga tidak mengerti apa mau Tuhan kembali mempertemukan aku denganmu. Tiba-tiba saja, seolah semua sudah menjadi jalan dari Tuhan. Kau datang ke kota tempat aku melarikan diri dua tahun lalu. Katamu,
ini hanya urusan pekerjaan. Setelah kau tamat, kau tidak betah bekerja di kotamu. Menurutmu, orang-orang di kotamu masih belum bisa terbuka dengan perubahan. Dan seperti dahulu, kau benci akan prinsip itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorius Tono Handoyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terimakasih tidak pergi meski aku terlambat menyadari Part 2
"Aku boleh meminta satu hal kepadamu?" Dia. menatapku
"Memangnya aku pernah melarangmu?" aku menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Kalau begitu, aku ingin kamu benar-benar menghapus semua foto-fotomu bersama mantan kekasihmu di media sosialmu."
"Hadi... bukankah kita pernah membahas ini?"
"Tapi kamu tidak mengabulkan permintaanku."
"Permintaan kamu tidak penting!" aku emosi, kesal.
"Bagiku itu penting. Malam itu dia pergi dan meninggalkanku. "Ini kesekian kalinya aku meminta kepadamu. Tapi kamu tidak mau memenuhinya. Aku tidak memaksamu melupakan apa pun, aku hanya. ingin kamu menghapus foto-foto itu di media sosial milikmu. Itu penting untuk hubungan kita. Untuk orang-orang yang mengenal kita nanti. Sebelum pergi la sempat meluapkan apa yang ia pendam. "Kalau memang foto-foto itu penting bagimu, kau harusnya dengan mudah menghapusnya. Aku tidak akan memaksamu lagi. Ucapnya.
Itu pertama kalinya dia marah dan langsung pergi dari sisiku. Sebelumnya dia bahkan tidak pernah mau menolak apa saja yang aku inginkan.
Hubungan kami tetap berjalan. Hingga beberapa bulan setelah itu dia melamarku. Dia lelaki serius yang ingin bersamaku. Sewaktu memintaku menjadi istrinya, dia tidak lagi membahas media sosial dan foto-foto yang belum juga kuhapus
Kupikir dia sudah bosan, dan aku masih tidak berniat menghapus foto-foto itu.
Hingga suatu malam aku melihatnya tidak fokus bekerja. Dari belakang aku melihat dia membuka facebook. Melihat perempuan yang telah menjadi istrinya di media sosial yang dia miliki. Tetapi masih memasang foto lelaki lain dari masa lalunya. Ada perasaan yang tiba-tiba memukulku. Betapa aku tidak pernah mengabulkan permintaan dia selama ini. Lelaki yang mendampingiku sepenuh hatinya.
Mengapa aku masih saja mempertahankan sesuatu yang sebenarnya memang tidak penting lagi bagiku.
Awalnya aku berpikir, tidak ada yang salah dengan foto itu, yang penting hatiku kepadanya. Namun, kenyataannya lain. Dengan adanya foto di media sosial itu, suamiku masih bisa kembali menatap masa lalu Perempuan yang kini mengandung anaknya, tetapi masih betah membiarkan foto lelaki di masa lalu ada di media sosial miliknya.
Beberapa hari setelah Hadi melamarku. Aku sempat menceritakan hal ini kepada sahabatku. Hari itu, aku mengatakan Hadi ingin menikahiku. Juga membahas semua foto yang dimintanya untuk dihapus.
"Lalu, kamu sudah menghapusnya?"
"Belum, Ra. Masih kubiarkan saja. Kupikir nggak perlu juga dihapus. Apa pentingnya coba?"
"Kalau dia ingin dihapus, berarti memang ada yang penting baginya kenapa foto itu harus dihapus."
"Tapi, kan sayang. Kenangan itu nggak harus dibuang gitu saja, kan?" aku membela diri.
"Halen, mungkin bagimu foto-foto itu tidak ada artinya. Karena memang kau menganggap semuanya sudah berlalu, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Tapi, bagi Hadi itu penting. Len. Ara menggenggam bahuku.
"Selama foto itu ada di media sosialmu. Artinya, selama itu pula kau belum bisa menempatkan Hadi menjadi orang satu-satunya dalam hidupmu."
"Bukan gitu juga kali, Ra. Jangan berlebihan!"
"Aku tidak berlebihan, kau tahu kenapa dia memintamu menghapus foto Hakim?
Karena Hakim mantanmu. Artinya, dia tidak ingin nanti anak kalian bertanya tentang hal-hal yang pernah kau lalui selain dengannya."
"Kan hanya foto. Aku tetap saja membela diri.
"Iya, hanya foto, tapi itu di media sosial. Kalau kamu tidak menghapusnya, dia tetap akan ada di sana. Sampai kapan pun." Ara menarik napas. "Halen, cukup kamu saja yang menyimpan kenangan itu di kepalamu, kalau memang tidak bisa kau lupakan. Jangan hukum dia dengan terus menyaksikan apa saja yang kau lalui di masa lalu. Dia tidak seharusnya menerima itu. Dia sudah menerimamu dengan segala keadaanmu. Tolong juga hargai dia dengan menghapus foto- fotomu bersama mantanmu itu."
"Ya sudahlah, nanti kuhapus. Ucapku agar Ara berhenti menceramahiku
"Ingat satu hal. Meminta menghapus foto, tidak sama dengan meminta kamu melupakan masa lalumu. Dia hanya ingin kamu menghargai apa yang kalian jalani hari ini dan ke depan. Lagian, itu kan media sosial, semua orang bisa lihat. Harusnya kamu paham maksud Hadi."
"lyaaaa.... nggak usah cerewet, ah!"
"Kamu dibilangin malah ngeledek, ih!"
Ingatan itu kembali ke kepalaku. Betapa selama ini Hadi masih saja sabar denganku. Bahkan seandainya dia ingin pergi sebelum menikahiku, dia bisa saja meninggalkanku. Tetapi kenapa dia tidak melakukannya? Aku menatapmu yang terus menghadap komputer. Lalu diam-diam kembali ke tempat tidur.
"Sayang, bangun." Ucapnya. Aku menyapu mataku. Sudah pagi.
"Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Ayo cuci muka
Aku terdiam, menatap matanya. Tatapan itu masih saja seperti saat pertama kali dia mengatakan dia mencintaiku.
"Aku mencintaimu." Ucapku sepenuh hati.
Dia tersenyum, lalu mengecup lembut keningku. "Ayo bangun, kita sarapan. Bayi kita harus jadi anak yang sehat. Hari ini aku ada pekerjaan di luar yang harus aku selesaikan."
Setelah dia berangkat bekerja, aku membuka laptop dan membuka semua media sosial milikku. Aku tidak seharusnya membuat dia merasa tidak kujadikan seseorang paling penting dalam hidupku. Aku menghapus semua foto-foto yang ada di media sosialku. Foto-foto yang dulu pernah diminta Hadi untuk aku membersihkannya. Cukup yang tersimpan hanya fotoku dan dia, juga foto-foto dengan anak- anak kami nanti. Tidak ada gunanya menyimpan foto mantan kekasih di media sosial ini.
Aku sudah punya hidup yang baru. Harusnya sejak aku memilih Hadi sebagai seseorang yang kupercayai menjaga hatiku, aku sudah menghapus semua foto bersama Hakim di masa lalu. Sebab, Hadi juga melakukan itu, bahkan sebelum bersamaku dia sudah menghapus semua foto bersama mantannya. Perempuan-perempuan yang sejujurnya membuatku cemburu. Tetapi aku lupa pada perasaan yang membuat Hadi cemburu.