Istri Bisu Milik Sang CEO

Lama Leon menunggu Moira menumpahkan semua tangisnya, sekarang gadis malang itu sudah jauh lebih tenang. Walaupun hanya hanya tersisa sesenggukannya saja, tapi sudah lebih jauh lebih baik dari sebelumnya. Moira mengusap wajahnya untuk menghapus sisa air mata, ia melihat kearah Leon yang masih saja memperhatikan dirinya.

"Ah iya, aku lupa.." Leon menyerahkan piring yang terdapat ayam goreng serta berbagai sayur di atasnya. Semua tersaji dengan sangat rapih dan terlihat enak. "Makanlah, habiskan semuanya." Ucap Leon membantu tangan Moira memegang sendok.

Tangan Moira meremas erat pinggiran piring tersebut, ia tidak tahu harus berekspresi apa sekarang. "Kenapa kau tidak mengatakan kepada Mentari jika tidak suka dengan makanan mentah, setidaknya pelayan akan membuat makanan lain untukmu nanti." Leon bertanya karna sudah sangat penasaran dengan diamnya Moira akan sesuatu hal yang tidak ia sukai.

Moira menggelengkan kepala saja sebagai jawaban, sebenarnya bukannya jawaban yang sangat ingin Leon harapkan.

"Hem, yaudah habiskan semua makanan itu. Malam ini juga kita akan pulang, Mansion ini tidak baik untuk tinggal kebih lama lagi." Leon mencoba mengalihkan rasa penasarannya.

Pandangan mata tajam Leon terus tertuju pada Moira yang sedang makan, sangat lahap mungkin memang karena lapar. Leon juga merasa puas karena Moira suka dengan hasil masakan sederhananya.

"Ayam gorengnya enak tidak?" Tanya Leon disaat sisa makanan Moira tinggal sedikit saja.

Sebagai jawaban Moira memberikan dua jempol dengan posisi kepala mengangguk mantap. Ia sangat suka dengan masakan Leon, sangat pas dengan lidahnya.

"Bagus kalau kau suka, hem.. lain kali aku akan sering memasak untukmu." Apa yang dikatakan Leon membuat Moira yang tengah minum hampir saja tersedak.

Karna untuk apa Leon memiliki sikap seperti itu, memasak bukanlah tugas seorang suami bagi Moira. Langsung tangan Moira meraih tangan Leon, ia seperti menuliskan sesuatu ditangan pria itu.

"Apa yang kau tulis, aku tidak mengerti."

Moira memukul jidatnya karena bertindak ceroboh, dan semua tingkahnya itu terus diperhatikan oleh Leon. Sampai pria tampan berusia 28 tahun itu tersenyum tipis karna Moira selalu saja bertindak lucu. Tangan Moira mengambil ponselnya, terlihat sibuk mengetik sesuatu.

"Tidak perlu memasak untukku, karna tugas memasak adalah seorang istri."

"Kalau aku ingin memasak untukmu,bagaimana?"

Moira terlihat berpikir serius akan apa yang Leon tanyakan, lebih tepatnya ia masih bingung. "Kau santai saja, duduk manis dan tetap dengarkan apa yang aku katakan. Soal memasak itu urusanku, agar aku tahu makanan apa saja yang disukai olehmu." Perjelas Leon sampai Moira hampir melotot sempurna mendengarnya.

Tangan Moira sampai bergetar untuk mengetik di layar ponselnya, sikap baik serta manis dari Leon membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Tidak perlu, Aku tidak mau merepotkan dirimu. Biarkan saja pelayan yang memasak untukku, rasanya begitu lebih pantas."

Kedua alis Leon sampai mengkerut membaca apa yang Moira katakan, ia menghela napas panjang sembari tangan bersedekap didada. Menatap serius Moira yang sama juga menatapnya tapi penuh dengan tanda tanya.

"Baiklah.." Leon mengalah saja, kalau keinginan itu yang membuat Moira merasa aman lalu kenapa tidak dituruti.

"Cepat siap-siap, aku menunggu didepan pintu kamar, lima belas menit lagi kita kembali ke rumah." Ucap Leon, ia bangkit sembari merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena duduk sedari tadi.

Mata Moira terus tertuju pada Leon yang sudah melangkah pergi keluar kamar. Disaat pintu tertutup maka Moira langsung menghela napas lega, spontan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Astaga.. sebenarnya apa yang terjadi pada pria itu? mengapa bisa bersikap baik? bahkan memasak untukku?" Moira terus bertanya sendiri pada piring kosong yang ia pegang.

Kalau Moira mencoba mengingat hal apa yang telah membuat Leon menjadi baik, Moira tidak menemukan penyebabnya. Karna Moira selalu memperlakukan Leon sesuai aturan yang telah mereka sepakati bersama.

"Aku akan melindungi dirimu, jika semua itu hanya untuk Moira Yaston.. maka aku tidak segan-segan untuk tetap melakukan perlindungan padanya."

Perkataan Leon beberapa jam yang lalu membuat Moira menjadi sakit kepala sendiri. Ia memijat kepalanya yang terasa sakit, tetap yakin pasti Leon lagi ber mood baik hal itu yang membuatnya bisa berkata hal-hal yang tidak tidak.

~

Sementara Leon tengah menuju balkon untuk menerima panggilan dari David, ntah apa yang membuat orang kepercayaannya itu menelpon malam-malam begini.

"Dimalam begini dia mengajak videocall? apa dikira dia... aku ini kekasihnya?" Leon sebal sendiri dengan kelakuan David ini.

"Apa?!" Pertama kali yang Leon lihat adalah David yang tengah rebahan, pria tersebut tertawa saja melihat ekspresi Leon yang terlihat kesal. "Kau sudah bosan hidup, ha?!"

Leon ingin mematikan panggilan tersebut tapi David ingin mengatakan sesuatu hingga niat itu Leon urungkan.

"Permintaan Tuan tentang Nona Moira harus bekerja di Perusahaan kita besok.. sudah beres."

"Kau serius?"

"Serius, Tuan. Percaya padaku, besok Nona Moira akan datang ke Perusahaan kita. Secara sukarela bukan terpaksa!"

"Kalau sempat tidak, gajimu aku potong 20%!" Leon mematikan sepihak panggilan tersebut, ia melirik kearah kamar Moira. Terlihat gadis cantik itu sudah keluar dari sana, sepertinya tidak menyadari jika Leon berada di Balkon.

Moira terkejut karena tidak ada Leon yang katanya akan menunggu di depan pintu kamar. Moira merasa jika mungkin Leon menunggu di ruang tengah, ia mencoba mencari disana. Tapi, disaat melewati bawah tangga malah tangannya ditarik oleh Mentari.

"Anak sial!" Maki Mentari, ia terus menarik tangan Moira untuk menuju bawah tangga. Moira hanya pasrah saja, mencoba memberontak juga merupaka tindakan yang sia-sia menurutnya. "Bagaimana bisa Leon se peduli itu padamu, ha?! apa yang kau berikan padanya, katakan!" Mentari terus menuntut jawaban.

Sampai Moira merasakan sakit karena pegangan erat tangan Mentari, ia mencoba untuk tetap tenang dan jangan sampai menangis.

"Apa kau memang masih bisu?!" Tanya Mentari lebih berteriak, ia ingin menampar Moira agar bicara tapi tangannya segera di tepis oleh seseorang.