Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Adam atau Melda sedang menunggu dokter keluar dari ruangan pemeriksaan. Melda tidak bisa tenang, saat cucu nya kini berada di dalam ruangan tersebut. Bahkan berulang kali Melda mengutuk anak nya karena melakukan hal yang begitu egois di depan Malvin.
Ceklek !
Pintu ruangan terbuka, Adam baik Melda, segera menghampiri sang dokter.
"Bagaimana cucu saya dok?"
"Tuan muda, baik - baik saja, mungkin hanya tekanan batin saja, sehingga membuat Tuan muda syok, dan akhirnya Tuan muda jatuh pingsan"
"Apa boleh kami melihat nya?" tanya Melda.
"Seperti nya Tuan muda, ingin bertemu dengan wanita yang bernama Mommy Najwa, sejak pemeriksaan berlangsung hanya nama itu yang di sebut oleh pasien" ungkap sang dokter. Adam dan Melda saling pandang satu sama lain.
"Mommy Najwa adalah Mommy nya, akan menyuruh Mommy nya untuk datang kesini"
"Mama!"
Melda langsung menatap tajam Adam, saat terlihat ekspresi Adam yang ingin menolak memanggil Najwa ke rumah sakit.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu"
"Terimakasih dok"
"Sama-sama" dokter pun berlalu, dari hadapan mereka berdua.
"Adam, segera beritahu Najwa kalau Malvin di rumah sakit, Mama yakin dia tidak akan menolak untuk datang"
"Kenapa enggak Mama saja?"
"Najwa istri mu, dan Najwa pergi karena kamu, jadi kamu lah, yang menghubungi nya, membujuk nya untuk datang ke rumah sakit, jangan egois, anak mu dalam bahaya Adam. Jangan sampai kamu ku buat Kau menyusul istri pertama mu" tegas Melda, yang sudah kesal melihat sikap Adam yang begitu egois.
Akhirnya setelah Melda masuk, Adam menghubungi Najwa, panggilan itu lama sekali terhubung, Adam sudah mencoba menelpon Najwa berkali-kali. Namun, Najwa tidak mengangkat nya.
"Apa wanita itu, segitu benci nya sama aku!" gumam Adam, yang memperhatikan layar ponsel nya, karena jenuh menunggu akhirnya Adam mengirim pesan untuk Najwa.
Setelah pesan terkirim, lalu Adam berdiri dari tempat duduk nya, dan berjalan ke arah ruangan Malvin.
Ceklek !
Pintu terbuka, terlihat Melda yang duduk di samping ranjang Malvin, melihat cucu nya yang belum membuka mata.
"Bagaimana keadaan Malvin Ma?"
Adam mendekat, Melda menoleh, menatap tajam ke arah Adam.
"Kau yang membuat Cucu ku begini, apa kau pantas bertanya ?" tatapan Melda begitu marah, sehingga Adam tidak berani membantah.
"Ma, aku tahu, aku salah, apa salah nya aku ingin tahu keadaan nya, dia juga anak ku!" tegas Adam, Melda bangkit dari tempat duduk nya.
"Dia bukan anak mu, dia cucu ku. Kau tidak pernah peduli pada kesehatan nya, kau sudah membuat Malvin, sering masuk ke rumah sakit. Kalau begini terus, Mama akan kembali ke Paris bersama dengan Malvin, dan membawa Najwa bersama!" ancam Melda, Adam terdiam, lalu melirik wajah pucat anak nya.
"Malvin...!" lirih Adam, dan mendekat ke arah ranjang Malvin, menggenggam tangan Malvin.
"Maafin Daddy, Malvin" ucap Adam, yang duduk di samping ranjang Malvin. Melda pun hanya bisa pasrah, melihat Adam yang sedang meminta maaf kepada Malvin.
"Sudah kah, kamu menghubungi Najwa?"
"Sudah" singkat Adam, lalu bangkit dari tempat duduk nya, dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Aku akan menunggu Najwa diluar" alasan Adam, untuk menghindari berbagai macam pertanyaan dari sang ibu.
Di luar ruangan Malvin, Adam duduk di kursi tunggu. Bukan niat untuk menunggu Najwa, hanya saja Adam sedang memikirkan kesehatan Malvin.
Adam ingin berubah, tapi dia tidak tahu harus memulai nya dari mana, karena dia sendiri sudah lama tidak berpikir untuk mencari rekan hidup nya setelah Humaira meninggal.
Tap.. Tap ..Tap.. Tap...
Mendengar suara seseorang yang berlari ke arah nya, Adam menoleh, dan melihat Najwa berlari ke arah tempat dimana Adam duduk. Berarti Najwa sudah membaca pesan dari Adam. Namun, raut wajah Adam berubah, saat dia melihat seseorang yang datang bersama dengan Najwa, yaitu Alvaro. Terlihat pakaian Najwa atau pun Alvaro sedikit basah, seperti baru saja menerobos hujan.
"Dimana Malvin?" tanya Najwa, begitu tiba di depan Adam, yang masih terpaku.
"Malvin ada di dalam " jawab Adam, tapi netra nya masih fokus melihat ke arah orang yang semakin la semakin mendekat ke arah nya.
Najwa masuk ke dalam ruangan Malvin, sementara Adam masih di luar ruangan menunggu Alvaro.
"Kenapa Tuan muda bisa bersama dengan Najwa?" tanya Adam, begitu Alvaro tiba di depan Adam. Alvaro tersenyum, namun sebalik nya Adam malah menaikan satu alis nya, memperlihatkan rasa tak suka nya kepada Alvaro.
"Begini Tuan Adam...."
Flashback!
Najwa yang baru saja selesai sholat, langsung menghampiri ponsel yang sejak tadi berdering. Lalu, melihat panggilan itu, berasal dari Adam. Di saat Najwa ingin menghubungi Adam kembali, Najwa lebih dulu melihat pesan yang di kirim oleh Adam, sehingga membuat Najwa terkejut.
Setelah memakai kembali cadar nya, Najwa segera keluar kamar, dan mengambil kunci mobil di meja tamu.
Tanpa memeriksa kondisi mobil, Najwa pergi meninggalkan rumah. Saat ini Romi belum kembali dari code shop nya. Di sepanjang jalan Najwa cemas memikirkan kondisi dan kesehatan Malvin.
Lalu mobil yang di kendarai Najwa berhenti di jalan, yang cukup sepi, cuaca cukup mendung, dan sesekali terdengar suara petir yang menyambar, sehingga gerimis pun melanda kota tersebut.
"Kenapa mobil nya berhenti?" gumam Najwa, yang berusaha untuk menyalakan kembali mobil yang tiba - tiba mati. Namun, usaha Najwa belum juga membuahkan hasil, akhirnya tanpa pilihan lain, Najwa keluar dari mobil nya, saat mengetahui kalau mobil nya habis bahan bakar.
Setelah mengambil tas, lalu Najwa mengunci pintu mobil nya. Jalanan cukup sepi, bahkan tidak ada satu pun taxi yang lewat. Najwa berusaha menghubungi Romi, namun panggilan Najwa tidak terhubung, di saat dia ingin menghubungi Adam, ponsel Najwa mati, baterai nya habis.
Tit...Tit...
Suara klakson mobil mengejutkan Najwa, wanita ini sudah was-was, jika itu adalah orang jahat. Najwa segera masuk ke dalam mobil, pikir nya duduk di dalam mobil lebih aman, dari pada berdiri di luar mobil.
Tit... Suara klakson itu mendekat, dan karena gerimis, akhirnya mobil tersebut berhenti, tepat di samping mobil Najwa. Orang yang berada di dalam mobil menurunkan kaca sedikit, dan Najwa melihat orang tersebut, sehingga membuat nya sedikit lega.
Najwa ikut menurunkan kaca mobil, disaat pria itu ingin berbicara dengan nya.
"Kenapa berhenti disini? apa anda butuh bantuan?" tanya pria itu dengan sopan.
"Eemm, mobil saya kehabisan bahan bakar, karena jarang terpakai, saya lupa memeriksa nya" jawab Najwa, yang sedikit ragu.
"Kenapa anda akan pergi, biarkan saya memberi tumpangan"
"Emmm, terimakasih Tuan muda Alvaro, tapi saya takut merepotkan Anda"
"Tidak masalah, ini jalanan sepi, apapun bisa saja terjadi" tukas Alvaro. Akhirnya Najwa memilih pindah ke mobil Alvaro, dan duduk di jok belakang. Meskipun sempat membuat Alvaro tersenyum saat mengetahui kalau diri nya seperti seorang sopir. Alvaro mengerti akan keadaan Najwa.
"Bisa kah, anda memberitahu saya kemana anda akan pergi?" akhirnya Najwa menceritakan semua nya kepada Alvaro, kenapa dia sampai di tempat tersebut.
Dan tiba lah di rumah sakit yang mereka tuju, tanpa mengucapkan kata terimakasih, Najwa buru - buru keluar dari mobil Alvaro, karena begitu cemas dengan keadaan Malvin.
Flashback selesai !
"Jadi, begitu lah cerita nya Tuan Adam, jika saya membiarkan Nyonya Xavier berada di tempat itu, siapapun bisa datang untuk melakukan perbuatan jahat, atau baik terhadap nya, karena kita tidak pernah tahu isi hati manusia yang sesungguh nya" sindir Alvaro, Adam terdiam dan mengepalkan tangan nya.
"Terimakasih sudah menolong Istri saya!" tekan Adam, Alvaro tersenyum dapat membaca raut wajah Adam yang cemburu, meskipun pria itu tidak mengatakan nya.
"Kalau begitu, saya permisi dulu, dan saya doakan semoga Tuan muda, secepat nya kembali sehat"
Adam hanya mengangguk, lalu Alvaro berbalik dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Setelah kepergian Alvaro, lima menit kemudian Najwa kembali keluar.
Ceklek !
Adam menoleh, saat pintu kamar terbuka, dan melihat Najwa yang keluar.
"Loh, dimana Tuan Alvaro, saya belum mengucapkan terimaksih karena sudah menolong saya" ujar Najwa, Adam menaikan satu alis nya.
"Sudah ku wakilkan, kamu tidak perlu cemas!" ketus Adam, lalu segera masuk kembali ke dalam ruangan Malvin, yang membuat Najwa bingung dengan jawaban Adam.
...****...
Ke esokan pagi nya....
Najwa sedang menyuapi Malvin, bahkan dia tidak tidur semalaman untuk menunggu Malvin siuman. Hari ini Najwa terlihat begitu lelah, karena tidak beristirahat dengan cukup tadi malam.
Bahkan baju yang ia kenakan masih baju semalam. Melda membiarkan Najwa dan Adam menjaga Malvin, sehingga pagi ini belum terlihat batang hidung Melda di dalam ruangan inap Malvin.
"Achiich. Alhamdulillah"
"Ada apa? apa Mommy sakit?" tanya Malvin, yang begitu peka dengan keadaan di samping nya.
"Tidak sayang, semalam Mommy sedikit mendapati gerimis saat datang kesini, Mommy baik-baik saja, kamu habis 'kan bubur nya ya, setelah itu minum obat" Najwa lanjut menyuapi Malvin, anak itu makan dengan begitu lahap.
Setelah Malvin selesai makan, tiba - tiba pintu ruangan tersebut terbuka. Dan menampilkan sosok yang gagah dan juga sangat tampan. Penampilan Adam hari ini terlihat sangat berbeda, hanya mengenakan sweater dan juga celana jeans, Adam terlihat lebih muda seperti umur 25th.
"Daddy disini? Daddy tidak ke kantor?" tanya Malvin, saat melihat Adam yang datang, dengan paperbag di tangan nya.
Bayangan satu jam yang lalu sebelum Adam tiba di rumah sakit....
"Sudah mau pergi ke kantor? kamu lupa ? saat ini Malvin di rumah sakit, mungkin karena menunggu Malvin siuman Najwa tidak tidur. Pergi lah untuk melihat mereka, dan bawa baju ganti sekalian untuk Najwa, aku tahu semalam dia mendapati gerimis saat datang. Jangan biar 'kan dia sakit setelah ini!" tegas Melda, saat menemui Adam yang baru saja turun dari kamar nya.
Tanpa membantah, Adam kembali ke kamar, dan berganti pakaian formal dengan baju santai, lalu menghubungi Alvin untuk menghandle semua urusan nya. Dan kembali turun menemui Melda yang sedang duduk di ruang tamu, melihat Adam yang ingin pergi ke rumah sakit, barulah Melda merasa tenang.
Adam melangkah masuk, tanpa menggubris pertanyaan Malvin, karena anak nya tidak pernah tahu, jika Adam di paksa untuk berada di tempat itu.
"Aku membawa mu baju ganti, pergi lah untuk membersihkan diri dan menggantikan baju lain" ucap Adam, memberikan paperbag yang ia bawa untuk Najwa, wanita ini segera mengambil nya, dan pergi untuk menggantikan baju nya di kamar mandi.
Najwa segera berjalan ke arah kamar mandi, dan tidak menunggu lama lagi, dia sendiri merasa gerah sejak tadi.
Ceklek !
Pintu ruangan terbuka, Alvaro datang untuk mengunjungi Malvin, serta membawakan buket bunga dan juga keranjang buah untuk Malvin, bahkan ada satu paperbag di tangan Alvaro yang ia bawa juga untuk Malvin.
"Selamat pagi, Tuan muda" sapa Alvaro, Malvin tersenyum, yang memang sudah mengenali Alvaro.
"Pagi, Tuan muda Alvaro" sapa balik Malvin dengan formal.
Alvaro meletakkan semua hadiah yang ia bawa, lalu duduk di samping ranjang Malvin, mereka berdua berbicara begitu akrab, sehingga membuat Adam jenuh.
Pintu kamar mandi terbuka, Najwa keluar. Adam dan Alvaro sama - sama menoleh ke arah sumber suara, dan membuat Najwa terkejut saat melihat dia pria yang saat ini menatap nya. Satu tatapan dingin, satu lagi tatapan penuh senyum, yang begitu tulus.
Najwa segera berjalan untuk menyimpan paperbag berisi baju kotor, meletakan nya di atas meja sofa.
"Apa Tuan Alvaro mau minum? saya akan mengambil beberapa minuman kaleng di kulkas" ujar Najwa, yang menghormati tamu.
"Tidak usah, repot - repot, saya tidak makanan makanan di luar rumah" tukas Alvaro dengan sopan. Najwa hanya mengangguk pelan.
'Apa -apaan ini, aku datang lebih dulu, kenapa dia tidak menanyakan hal yang sama, bahkan dia tidak bertanya apa aku sarapan pagi ini atau tidak?' batin Adam, yang melihat dingin ke arah Najwa.
'Apa yang terjadi, kenapa aura di kamar ini tiba-tiba begitu dingin' batin Alvaro, yang memegang tekuk nya.
Suasana menjadi canggung beberapa menit kemudian, Najwa hanya berdiri di kaki Malvin, memperhatikan Malvin yang sedang sibuk berbicara dengan Alvaro.
Sementara Adam duduk di sofa di sebelah kiri Najwa, Dan Alvaro duduk di samping kiri Malvin, sehingga Adam begitu jelas melihat Alvaro yang begitu dekat dengan Malvin.
"Hati - hati!"
"Hati- ha..." ucapan Alvaro menggantung, saat Adam, lebih dulu memegang ke dua bahu Najwa, saat wanita ini akan terjatuh.
"Aku tidak apa-apa. Terimakasih Abang..." lirih Najwa, lalu semua nya terlihat gelap dan Najwa tidak sadar 'kan diri.
"Apa yang terjadi? kenapa tiba-tiba pingsan" tanya Alvaro, memperlihatkan ekspresi cemas nya. Namun, itu membuat Adam tidak suka.
"Biasa, wanita hamil akan rentan jatuh pingsan" jawab Adam ketus, Alvaro terkejut dan membulatkan mata nya.
Entah apa yang membuat Adam ingin mengatakan kebohongan itu di depan Alvaro. Tapi, setelah itu Adam tersenyum melihat ekspresi Alvaro yang terkejut.
Adam mengangkat tubuh Najwa, dan membaringkan nya di ranjang kosong, yang ada di sebelah Malvin.
Alvaro melirik jam sekilas, lalu berpamitan kepada Adam dan Malvin. Setelah Alvaro pergi, Adam menekan bel untuk memanggil dokter, dan tak lama sang dokter tiba untuk memeriksa Najwa.