Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telur dadar bantet
"Lantas apa yang harus ku lakukan ketika cinta istriku habis?" buliran bening di kelopak mata Arjuna seakan berlomba untuk membasahi pipi tuannya.
"Menurutku kau harus bangkit dan membuka hati. Di luas sana banyak para gadis yang akan menerimamu dengan senang hati." ujar Elis datar, ia sudah tidak lagi mendapati hatinya bergetar di kala tengah bersama Arjuna. Elis rasanya seperti bertemu dengan orang asing, Entahlah mungkin Elis masih menggenggam dendam sehingfa Elis tak melihat ketulusan di mata Arjuna.
"Aku tidak bisa Elis, cintaku terlanjur ku berikan seluruhnya terhadapmu. Semua wanita pandangan mataku berubah menjadi blur, hanya dirimu yang ku mau. Sungguh tak ada yang lain."
Semakin lama Arjuna berbicara Elis semakin kesal. Akhirnya Elis melanjutkan menjemur pakaian.
Setelah semuanya terjemur Elis pergi ke warung untuk membeli beras untuk makan ia dan anak-anaknya. Ia hanya memiliki uang 50 ribu lagi. Beruntung motornya masih memiliki bahan bakar sehingga Elis tak kebingungan. Untuk mengatur uang yang tak seberapa itu, lagi pula besok dirinya gajian.
Elis memberikan uang jajan kepada ketiga putrinya untuk jajan masing-masing 10 ribu sehingga ia masih memiliki uang sisa 20 ribu untuk membeli beras. Meski di sana ada Arjuna Elis enggan meminta, kecuali Arjuna berinisiatip sendiri.
Arjuna mengikuti Elis yang pergi ke warung depan untuk membeli yang ia butuhkan.
"Bu beras satu liter, telur dua dan terigu seperempat." ucap Elis kemudian ibu warung menyiapkan barang yang di minta Elis.
"Totalnya 19 ribu Neng." Elis memberikan selembaran uang berwarna hijau untuk membayar dan ibu warung mengembalikan satu buah koin bergambar angklung di koin itu.
Arjuna hendak membeli banyak beras juga kebutuhan lainnya, sialnya dompetnya tertinggal di dalam mobil yang terparkir lumayan jauh dari sana. Untuk membayar ojek dan makanan yang ia pesan saja Arjuna menggunakan dompet digitalnya.
Sayang sekali tukang warung yang sudah tua itu tidak menyediakan pembayaran selain cesh.
Arjuna kembali terdiam, besok saja ia akan membelikan istrinya banyak makanan juga kebutuhan pokok. Ini juga sudah malam, tak mungkin juga ia kembali ke tempat mobilnya berada ia juga lelah.
Elis berjalan beriringan dengan Arjuna.
"El, maaf. Tadinya aku mau beli banyak kebutuhan kamu dan anak-anak, sayangnya dompetku tertinggal dari mobil." ucap Rjuna tak enak, pria berumur 34 tahun itu bahkan menunjukan cengiran kudanya.
"Tidak masalah. Aku bisa faham kau pasti midkin setelah memisahkan diri dari mamamu." Ledek Elis.
"Enak saja. Aku masih kaya El, aku masih bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ketiga putriku dan Mamanya." ucap Arjuna bangga. "Pokoknya besok aku akan belikan banyak mekanan juga beras untuk stok di rumah."
"Tidak usah banyak omong takutnya ga jadi. Lakukan saja jika memang iya, tapi jangan hasil ngutang ya, soalnya aku ga mau ke bawa-bawa."
"El nanggung banget beli telornya cuma 2."
"Tidak usah banyak mantra, jika tak ingin ku usir." Ya sedari tadi Arjuna memohon untuk menginap di rumah Elis. Meskipun Elis menolak dengan berbagai alasan dari mulai tak ada kipas hingga banyak nyamuk tapi Arjuna tetap kukuh dan mengatakan ia bisa mengatasi semuanya.
"Omong-omong kau mau bikin apa beli terigu? Tidak usah banyak tanya lihat besok saja."
Elis memasuki kamarnya untuk tidur, kamar yang sudah di isi anak-anak lebih dulu. Sedangkan Arjuna Elis suruh tidur di sebuah kursi usang yang berada di ruangan depan.
Elis memberikan bantal tanpa selimut karna memang cuacanya gerah malam ini, tapi jika Arjuna kedinginan Elis memberikan Arjuna satu helai kain tapih. "Kipas anginnya hanya satu kau harus mengalah."Arjuna mengangguk mengiyakan.
Elis juga satu buah buku milik salah satu putrinya. Aneh sekali pikir Arjuna, apa Elis menyuruhnya belajar? Atau semacam membuat surat pernyataan seperti di novel-novel, tapi Elis tidak memberikan penanya.
"Buku ini untuk apa Elis?" Akhirnya Arjuna bertanya kepada istrinya, ia tak bisa lebih lama menebak-nebak.
"Barang kali kau gerah, juga sepertinya kau akan perlu untuk mengusir nyamuk." ujar Elis.
Dan Elis sama sekali tidak berbogong di sana memang banyak nyamuk, lalu bagaimana ketiga putrinya bisa tertidur nyenyak? Rupanya di kamar putri-putrinya Elis sudah menghidupkan obat nyamuk Elektrik.
Jam sudah menunjukan pukul satu malam, Arjuna belum bisa memejamkan matanya ia masih sibuk menepuki nyamuk.
Hingga sesaat kemudian ia mendengat pintu kamar anak-anak nya terbuka, rupanya Elis membawa obat nyamuk bakar, wanita itu pergi kedapur untuk mengambil korek api yang akan Elis gunakan untuk menyalakan obat nyamuk. Elis meletakan obat nyamuk itu di kolong meja. Tidak berhenti sampai di situ Elis mengambil botol minyak telon anti nyamuk milik Valery, msnuangkannya dan membalurkan minyak telon itu ke tangan serta kaki Arjuna.
Pria itu berpura-pura memejamkan mata, ia dengan sadar mampu merasakan tangan yang dulunya lembut kini berubah menjadi kasar dengan banyak kapalan di seluruh permukaan tangan istrinya yang tangguh. Dengan tangan ini Elis menghidupi ketiga putrinya, tanpa bantuannya. Lalu bagai mana bisa Arjuna berpaling dari wanita itu?
Elis juga membaluri wajah Arjuna dengan minyak telon it4u. Lalu setelahnya Elis kembali ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.
Bolehkah Arjuna berbesar kepala? Bolehkah Arjuna menganggap Elis masih mencintai? Ataukah Elis hanya sebatas kasihan terhadapnya?
Arjuna terlelap dalam banyaknya pertanyaan.
Hingga Elis membangunkannya untuk mengerjakan shalat subuh. Selepas mengerjakan shalat subuh Arjuna kembali kedapur.
Arjuna menanyakan untuk apa Elis merebus Air dalam panci yang lumayan besar.
"El, untuk apa kau merebus air?"
"Untuk mandi Vale, gadis manja itu tak akan mandi jika tidak menggunakan air hangat." Arjuna tergelak.
"Ya ampun kebiasaannya belum berubah."
Elis membangunkan anaknua. Juga mengurus setiap pekerjaan.
"Elis tidur paling malam tapi bangun paling pagi." gunam Arjuna.
Elis mengajak ketiga putrinya dan Arjuna untuk sarapan.
Hanya tersedia nasi putih serta telur dadar yang bentuknya aneh menurut Arjuna. Saat di sentuh tangan Arjuna telur itu terasa bantet. "Ini telur apa namanya El? Telur batu bata kah?" Seloroh Arjuna tak paham. Ini adalah kali pertama Arjuna mendapati telur dadar bantet itu.
"Hahaha ..." ketiga putri Arjuna tertawa bersama.
"Ini telur di campur terigu Papa."
Arjuna mrnyipitkan mata, ada beberapa iris bawang merah di dalam telur itu. Arjuna menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
"Apa enak?" tanya Arjuna kembali, sekarang ia mengerti gunanya terigu yang Elis beli untuk mencampur telur dadar supaya cukup untuk mereka makan bersama.
"Kata Mama selagi kita bersyukur semua akan terasa enak." ujar Rose, si sulung itu sangat pandai.
Ada rasa bangga yang tersemat di hati Arjuna, Elis sangat pintar mendidik putri-putrinya meskipun tanpa dirinya. Namun ada juga secercah penyesalan karna ia tak turut hadir dalam tumbuh kembang putrinya selama empat tahun.
"Iya Enak." Arjuna makan dengan lahap, meskipun makanan itu sederhana tapi jika kita pandai bersyukur semua akan terasa nikmat terlebih Arjuna memakannya bersama orang-orang yang ia cintai.