Erik, bos besar yang mempunya kekuasaan dan kekuatan. bertemu dengan seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Alessia Carolin, gadis muda berusia 19 tahun. dia adalah gadis yang sangat luar biasa, tak sengaja bertemu dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Erik Regan. seorang pengusaha yang begitu kejam bahkan bisa dibilang bos mafia yang menguasai begitu banyak bisnis.
Sebuah pernikahan terpaksa karena hutang budi, akankah pertemuan dua orang itu mendapatkan sebuah jalinan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HADIAH
Dua Minggu kemudian
Tanpa terasa dua minggu sudah berlalu, Caroline tinggal di rumah besar bak seorang ratu diberlakukan begitu luar biasa, dengan semua fasilitas yang dia dapatkan. Sayangnya apa yang ada di pikirannya masih tetap sama, dia harus segera kabur dari tempat itu.
Seorang wanita menatap Caroline dengan tatapan mata yang begitu tidak suka, dia terus mencibir Caroline karena dia begitu beruntung mendapatkan Erik. Apalagi pria itu memperlakukannya dengan sangat baik.
"Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang, di sini kamu baru bertemu tuan Erik sudah mendapatkan semuanya. Aku mencintai dalam diam namun sulit sekali mendapatkannya." beribu ketidaksukaan salah satu pembantu yang ternyata menyukai Erik dari dulu.
Pakaian berharga mahal dengan beberapa aksesoris dan peralatan kecantikan. Caroline memandang itu semua dengan perasaan yang begitu kesal luar biasa. Bukan ini yang dia inginkan, dia hanya ingin bebas.
"Apa yang sedang kamu lakukan, nyonya?" tanya wanita bernama flora yang sudah masuk ke kamar Caroline. Dia menatap Nyonya besarnya dengan tatapan mata yang begitu tidak suka, barang branded berharga fantastis dengan beberapa aksesoris seperti jam tangan, kalung, cincin, gelang dan lain sebagainya. ditambah lagi sepatu dan high heel yang sudah berjajar di sana. Tanpa meminta Caroline langsung mendapatkan itu semuanya.
"Kok kamu yang datang, Flora? di mana Kak Vivi?" tanya Caroline saat melihat Flora yang masuk ke kamarnya.
"Vivi sedang keluar untuk memberi beberapa keperluan." jawabnya.
Flora terus memandang Caroline dari atas kepala sampai ujung kaki, hatinya begitu kesal. dia benar-benar tidak menyukai nyonya besar yang dinikahi oleh majikannya.
"Oh.. jadi dia sedang keluar ya, dia membeli apa?"
"Dia sedang membeli beberapa keperluan dapur, Nyonya. karena Vivi adalah orang kepercayaan di rumah ini, jadi dia yang mengurus bagian dapur. kepala rumah tangga memintanya untuk memeriksa apa saja yang habis di dapur." jawabnya. Dalam menjawab mungkin terlihat begitu santai, namun dalam hati Vivi benar-benar ingin menyingkirkan wanita yang ada di depannya.
"Enak banget mereka keluar dengan sangat mudahnya, lah.. aku mau keluar aja ditahan. apalagi si elios itu, dia diperintahkan untuk membuntutiku ke mana saja. Dia kira aku ini anak kecil apa terus dibuntuti." beribu cibiran terus dikeluarkan oleh Caroline. Dia sangat kesal karena Elios diperintahkan untuk selalu mengikutinya ke mana saja.
"Seharusnya Anda sangat senang, nyonya. karena tuan besar sangat mencintai nyonya, andaikata tuan besar hanya bermain-main dengan nyonya.. pastinya nyonya tidak akan mendapatkan semua ini." jawab Flora yang kemudian menata barang yang berserakan di tempat Caroline.
Beberapa kata yang dikeluarkan oleh Flora membuat Caroline sedikit penasaran dengan apa yang dia maksudkan. Kata-katanya penuh penekanan, penuh sindiran bahkan bisa dibilang ada rasa iri yang sangat besar.
"Ya mungkin saja, Tuan besarmu itu kan bucin banget. Bahkan dia tidak membiarkan aku keluar sama sekali, dia memaksaku menikah dengannya secara tiba-tiba bahkan dia mengurungku seperti burung di dalam sangkar emas." jawab Caroline yang malah memanas-manasi Flora.
"Lalu, Kenapa anda tidak bersyukur sama sekali, nyonya. Seharusnya Anda bersyukur karena tuan mencintai nyonya, coba tuan tidak mencintainya, ya mungkin tuan akan menjadikan nyonya hanya sebagai barang pajangan saja."
"Ini perempuan menjengkelkan saja ya, dia mengatakan hal itu di depan wajahku. Baiklah kalau begitu kelihatannya di sini aku banyak musuh. Kalau aku sedikit bermain boleh kan?" guman Caroline dalam hati.
Setelah mendapat jawaban dari Flora, Erik yang berada di luar kamar Erik nampak dia tersenyum. Isterinya sudah cantik di pagi hari dengan riasan yang tidak terlalu mencolok.
"Kamu sudah bangun?" tanya Erik.
Suara yang begitu berat itu membuat Caroline menoleh, dia menatap Erik sudah berdiri di depan pintu kamarnya. dia tidak masuk terlebih dahulu karena pria itu masih mempunyai tata krama walaupun Caroline adalah istrinya.
"Kamu kira aku ini wanita pemalas? tentu saja aku ini adalah gadis yang tahu waktu. sudah siang kok belum bangun." jawab Caroline yang kemudian berdiri.
"Hari ini aku akan mengajakmu ke perusahaan." Erik mendekati Caroline sembari memberikan sesuatu yang dia inginkan beberapa hari ini.
"Benarkah?" tanya Caroline.
Sebuah cincin dikeluarkan dari saku Erik, dia membuka kotak merah itu. Cincin yang tidak terlalu mewah namun harganya masih tetap luar biasa.
"Maaf karena aku baru memberikanmu cincin pernikahan." ucap Erik yang kemudian memakaikan cincin di jari istrinya.
"Wow..., ini pasti cincin berharga mahal." dua bola matanya membulat sempurna ketika jarinya sudah melingkar cincin berlian.
"Walaupun cincin ini tidak terlalu mewah tapi aku yakin kamu suka dengan cincin ini." Erik terus menggenggam tangan istrinya.
"Yaelah..., tentu saja suka ini cincin. Kalau dijual pasti harganya mahal." guman Caroline dalam hati yang terus melihat cincin yang ada di jarinya. dua bola matanya langsung bersinar seperti matahari yang terbit di siang hari.
Flora menatap Caroline yang terlihat begitu bahagia, Siapa yang tidak akan bahagia mendapatkan cincin yang berharga mahal itu.
"Lihat saja, aku pasti akan mendapatkan semua yang kamu dapatkan hari ini. Aku akan membuat Tuan Erik jatuh ke pelukank." dalam hati Flora terus mencerca, mengumpat bahkan dia bersumpah untuk mendapatkan Erik. Rasa iri bahkan sakit hati itu telat begitu luar biasa.
"Apa kamu mau ikut denganku?" tanya Erik.
Mendapat cincin berlian mahal itu membuat Caroline sedikit lupa keinginannya untuk kabur. "Oh ya, boleh tidak aku meminta sesuatu padamu?" dengan penuh harap Caroline ingin meminta sesuatu. Dengan penuh harap pula dia ingin Erik mengabulkan permintaannya.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Erik.
"Sebenarnya aku ingin pulang, aku ingin pulang untuk mengambil sesuatu." jawab Caroline dengan penuh harap. Kedua bola matanya menatap Erik dengan penuh harap.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengantarkanmu terlebih dahulu sebelum ke perusahaan." jawab Erik.
Mendengar jawaban dari suaminya membuat Caroline tersenyum begitu bahagia, dia langsung memeluk Erik yang membuat pria itu sedikit terkejut.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita berangkat." salah satu tangannya menarik tangan sang suami. Betapa bahagianya Caroline mendapatkan kebebasan hari ini, entah apa yang ada di pikiran Gadis itu mungkin dia ingin mengambil ponselnya untuk mencari tahu mengenai saudarinya atau sesuatu.
"Hemm..," senyum Erik.
Beberapa jam dibutuhkan untuk kembali ke rumah Caroline, dia terus tersenyum di sepanjang jalan menuju rumahnya. Erik menatap istrinya dengan bahagia setelah dia mengiyakan permintaannya.
"Akhirnya..," senyum bahagia Caroline .
Pintu di buka dengan kasar, Caroline langsung masuk ke rumahnya. Dia berlari sangat kencang ketika dia sudah masuk ke rumahnya.
"Caroline!" seru salah satu pembantu yang ada di rumah Benito.
"Bibi!" seru Caroline yang kemudian memeluk pembantu tua yang melihatnya.
"Bibi..., aku sangat merindukanmu!!" raut wajah bahagia di tunjukkan oleh Caroline saat menemui wanita tua itu.
***Bersambung**