menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21. hari pertama menjadi pengasuh
Karina nampak berpikir, dimana lagi mendapat gaji 10 juta perbulan disaat sekarang sedang susah sekali mencari pekerjaan.
"Baiklah, saya terima pekerjaannya," kata Karina dengan nada yang tegas. "Tapi saya memiliki satu syarat, saya tidak bisa menginap, jadi setiap hari saya harus pulang ke rumah."
"Tidak masalah, asalkan kamu mengurus Aldo dengan benar. Kamu harus sampai rumah setiap pagi sebelum jam setengah tujuh pagi, dan kamu bisa pulang ke rumah pukul 4 sore. Bagaimana, setuju? Kalau kamu setuju, Mama nanti akan mengirimkan alamat rumah lewat pesan," ucap Andrew kemudian mengulurkan tangannya.
Karina menerima uluran tangan Andrew, lalu berkata, "Baiklah, saya setuju."
"Oke, mulai besok kamu bisa mulai bekerja," kata Andrew, Karina menganggukkan kepala menandakan kesepakatan.
"Mama, apakah setiap hari kita bisa bertemu?" tanya Aldo dengan polos, kedua matanya berbinar cerah.
Karina beralih menatap Aldo dengan senyum hangat, kemudian duduk jongkok di depannya, mata mereka bertemu dalam pandangan yang penuh kasih sayang.
"Apa Aldo benar-benar menginginkan itu?" tanya karina.
"Iya, aku ingin bisa bertemu Mama setiap hari."
Karina mengelus-elus pucuk kepala Aldo dengan lembut, membuat Aldo merasa nyaman. "Baiklah, mulai besok, kita akan bertemu setiap hari, ya," kata Karina dengan senyum hangat. "Tante harap nanti Aldo tidak akan bosan jika bertemu dengan Tante setiap hari," tambahnya sambil memandang Aldo dengan penuh kasih sayang.
"Mana mungkin aku bosan ketemu Mama," kata Aldo dengan mata bersinar. "Yang ada aku tidak ingin berpisah dengan Mama," tambahnya dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.
Karina pun langsung merengkuh tubuh mungil Aldo ke dalam pelukannya.
****
"Darimana saja, kamu?" tanya Rudi dengan penasaran begitu melihat Karina masuk ke dalam rumah, matanya memandang Karina dengan rasa ingin tahu.
"Bukan urusanmu, Mas!" jawab Karina dengan nada ketus.
Rudi berdiri menghampiri Karina. "Tentu saja itu menjadi urusanku, karena kamu itu istriku."
Karina tersenyum tipis. "Hahaha... Aku kira kamu sudah tidak menganggap aku itu istrimu, Mas."
"Kalau suami bertanya, jawab saja! Tidak usah mengalihkan pembicaraan lain."
"Aku cari kerja," jawab Karina.
"Ngapain kamu cari kerja? Kamu pikir, aku tidak bisa mencari nafkah," ucap Rudi merasa kesal.
"Lah, bukannya memang kamu tidak bisa memberikan aku nafkah yang layak, Mas. Untuk urusan dapur saja pelit, bagaimana untuk urusan pribadiku. Kamu itu suami dzolim, mas."
"Apa kamu bilang?" Rudi mengangkat sebelah tangannya, matanya memandang Karina dengan kemarahan yang mulai memuncak.
"Kamu mau tampar aku, Mas? Silakan, tampar aku sepuasnya," kata Karina dengan nada yang tetap tenang dan tanpa rasa takut, matanya menatap Rudi dengan tegar.
"Ada apa ini?" tanya Bu Marni dengan nada khawatir, datang dari arah dapur karena mendengar keributan yang terjadi di ruang tamu.
"Rudi, apa yang terjadi?" tanya Bu Marni sekali lagi.
Tak ingin mendengarkan pembicaraan antara suami dan mertuanya, Karina memilih untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
Malam harinya, semua orang sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam.
"Nih..." ucap Rudi sambil menyodorkan selembar uang kertas 100 ribuan.
"Buat apa?" tanya karina penasaran.
"Besok masaklah ikan beneran, bukan ikan cue!" titah Rudi.
"Oke, kalau ada uang pasti akan aku masakin. Oh ya, aku mau ngomong, Mas. Mulai besok aku sudah bekerja sebagai seorang pengasuh."
"Yasudah kalau itu memang menjadi keputusanmu, aku akan mengijinkan kamu untuk bekerja," jawab Rudi.
"Tapi sebelum pergi bekerja, semua pekerjaan rumah harus sudah beres," sahut Bu Marni.
Karina memutar bola matanya malas, dasar memangnya Karina itu pembantu di rumah ini.
Setelah menyelesaikan makan malamnya, semua orang sudah kembali ke kamarnya masing-masing, kecuali Karina. Tentu saja Karina masih harus membereskan bekas makan malam.
****
"Karina, kamu sudah tidur?" tanya Rudi lembut, yang saat ini sedang berbaring di tempat tidur dengan posisi setengah duduk dan memandang ke arah Karina.
"Ada yang ingin aku bicarakan," imbuhnya.
"Kalau mau bicara, bicara saja! Aku akan mendengarkan," jawab Karina dengan nada yang santai, masih berbaring dalam posisi tidur dan memunggungi Rudi, tanpa menoleh ke arahnya.
"Ekhemm... Aku dan Lisa akan menikah Minggu depan," kata Rudi dengan nada yang sedikit gugup.
"Oh ya? Selamat ya, Mas, kalau begitu," jawab Karina dengan nada yang datar dan tidak terlalu antusias.
"Aku harap kamu dan Lisa bisa sama-sama akur," tambah Rudi, berharap Karina bisa menerima kabar tersebut dengan baik.
"Aku rasa, belum pernah ada istri sah bisa akur dengan pelakor yang akan menjadi adik madunya," ucap Karina sinis.
"Sudahlah, Mas, kamu mau menikah kapan pun dengan siapa pun termasuk pelakor itu, aku tidak peduli," kata Karina dengan nada yang datar dan sedikit lelah. "Aku mau tidur, besok aku sudah harus mulai bekerja sebagai pengasuh."
Rudi menarik napasnya dalam-dalam, seperti akan merasakan kesulitan yang akan datang. Ia hanya bisa menatap punggung istrinya yang masih terbaring, sadar bahwa Karina pasti akan sulit menerima pernikahannya dengan Lisa. Memang, tidak ada wanita yang mau menjadi madu, dan Rudi tahu bahwa keputusannya akan membawa konsekuensi yang tidak mudah nantinya.
Keesokan harinya, Karina bangun lebih pagi dari biasanya. Biasanya kalau bangun tidur, Karina akan langsung belanja sayuran. Tapi tidak untuk kali ini, karena jam Baru menunjukkan pukul setengah 4 pagi sudah pasti tukang sayur belum datang.
Setelah memulai hari, Karina memutuskan untuk melakukan pekerjaan lain terlebih dahulu, yaitu mencuci baju. Setelah selesai mencuci, ia melanjutkan dengan menyapu dan mengepel lantai, membersihkan rumah dengan telaten.
Tepat pukul setengah 5 pagi, Karina sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya. Sekarang, ia hanya perlu membeli sayur dan memasak untuk menyelesaikan persiapan hari ini.
Hari ini terasa cukup merepotkan bagi Karina, karena suaminya meminta untuk memasak ikan. Untuk memenuhi permintaan tersebut, Karina memilih ikan gurame sebagai pilihan yang tepat. Ia akan mengolahnya menjadi dua hidangan, yaitu ikan gurame goreng dan gurame asam manis.
Akhirnya, semua masakan sudah tertata rapi di meja makan. Dengan perasaan lega, Karina bergegas menuju kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap-siap. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai pengasuh, dan ia tidak ingin terlambat.
****
"Permisi pak, apa benar ini rumah nya pak Andrew dan Bu Lusi?" Karina bertanya kepada satpam dengan nada yang sopan.
Satpam tersebut memperhatikan Karina dari atas sampai bawah dengan mata yang sedikit curiga. "Maaf, ada perlu apa pagi-pagi begini?"
"Saya pengasuhnya Aldo. Pak Andrew dan Bu Lusi meminta saya untuk mulai bekerja hari ini."
"Baik, saya harus konfirmasi terlebih dahulu dengan Pak Andrew sebelum membukakan gerbang," kata satpam sambil mengangkat telepon untuk menghubungi Pak Andrew.
Tak lama kemudian, setelah menelpon, satpam tersebut membukakan gerbang dan menyambut Karina dengan ramah. "Silakan masuk, Pak Andrew dan Bu Lusi sudah menunggu Anda di dalam," katanya dengan senyum.
Karina menganggukkan kepala. "Terimakasih banyak, pak."
Bersambung...