Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Jam sudah menunjukkan jam istirahat. Ayu berhutang penjelasan kepada Desi, mereka akan membicarakan hal itu sembari makan siang di Kantin. Setelah sampai di Kantin mereka memesan makanan. Di sana Atu menceritakan bagaimana hal itu bisa terjadi hingga dia batal menikah.Desi terlihat syok.
"Apa? Dasar laki-laki mokondo. Udah enak sama kamu malah main serong sama kakak kamu. Pengen aku bejet-bejet tuh orang." Ucap Desi ikut kesal.
"Hm, ya begitulah. Padahal aku udah sengaja gak undang kalian semua karna nanti akan diadakan acara resepsinya disini. Eh ternyata takdir berkata lain. Tapi, aku bersyukur, Des. Ternyata dia gak sebaik saat bersamaku. Aku jadi gak merasa menyesal sama sekali." Ucap Ayu.
"Bagus, jangan sampai kamu menyesali laki-laki tak tahu diri seperti dia. Oh, ya. Denger-denger CEO kita sudah kembali dari Luar Negeri dan akan menetap disini. Dan kamu tau gak, katanya CEO kita ini masih muda. Dan gantengnya gak ada obat, macam Oppa Oppa gitu." Ucap Desi antusias membicarakan CEO nya.
"Ih, biarin." Ucap Ayu singkat.
"Ah kamu mah gak asik." Jawab Desi.
Tak lama pesanan mereka pun datang dan mereka makan dalam hening. Mereka menikmati pesanan mereka.
Setelah selesai makan, mereka menuju ke musholah Kantor untuk shalat dzuhur.
Singkat waktu sore pun tiba. Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB dan itu tandanya jam pulang bagi karyawan. Ayu dan Desi berjalan bersama menuju parkiran. Mereka berpisah disana. Ketika Ayu akan menuju mobilnya. Tiba-tiba dia dikagetkan dengan kedatangan David.
"Hallo, Nona. Apakah Anda melupakan sesuatu?" Ucap David.
"Astaghfirullah, kamu mengagetkan saya. Sepertinya kamu ini suka sekali mengagetkan orang ya?" Ucap Ayu kaget.
"Ah, enggak juga, Nona. Jadi, bagaimana, bisakah Anda membantuku sekarang juga?" Tanya David.
"Em, gak bisa besok ya, hehe. Ya udah deh, jadi aku harus bantu gimana nih?" Ucap Ayu menanyakan perihal apa yang harus dia lakukan untuk membantu David.
"Boleh kita masuk mobilmu terlebih dahulu? Ini sedikit privasi." Ucap David.
Ayu pun mengangguk dan mereka masuk kedalam mobil Ayu. Di dalam David menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Ayu selama bertemu dengan mamanya. Ayu pun menyetujui dan menyanggupinya. Akhirnya mereka kini menuju ke kediaman David dimana mama David berada menggunakan mobil Ayu, karena David tak membawa mobil.
"Huh, Ayu, baru kenal sudah main bantu-bantu orang gak jelas." Gerutu Ayu.
"Haa, apa, Anda bilang apa, Nona?" Tanya David.
"Ah, enggak, kamu salah dengar." Jawab Ayu.
"Dasar cowok aneh, untung ganteng." Batin Ayu.
Mereka pun saling diam. Tak ada obrolan apapun selama di perjalanan. Ayu pun hanya melihat kearah luar jendela sementara David sibuk mengemudi. Hingga mobil sampai di depan gerbang sebuah Mansion. Ayu melototkan matanya. Ayu begitu kagum dengan apa yang berada di seberang gerbang tersebut.
"Wah, benar-benar seorang Milyarder." Batin Ayu.
"Gak perlu sampai begitu juga kali, Nona. Awas nanti bola mata Nona keluar loh kalau Nona melotot begitu." Ucap David.
Seketika Ayu pun tersadar dari rasa kagumnya. Mobil pun masuk dan berhenti di halaman depan. David mengajak Ayu turun dan masuk ke dalam Mansion.
David membawa Ayu naik ke lantai dua untuk menemui mamanya. Ayu tak henti-hentinya merasa kagum. David memberikan kode kepada Ayu supaya dia menggandeng lengan David layaknya pasangan. Entah kenapa Ayu merasa begitu gugup. Sampai di depan pintu sebuah kamar.
"Anda siap, Nona?" Tanya David.
Hhahhh,,,
Nana membuang nafas.
"Ayo kita lakukan." Ucap Ayu yakin.
David pun memegang gagang pintu dan membuka pintu tersebut. Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Terlihat seoarang wanita sedang terbaring di atas kasur besar. Wajah wanita itu terlihat pucat. David menuntun Nana untuk mendekati mamanya.
"Ma, lihatlah David membawa siapa? Ini calon istri David, Ma." Ucap David pelan.
Wanita itu lalu membuka matanya dan menoleh lemah kearah David.
"Kamu sudah kembali, Nak? Mana calon mantu mama, mama mau melihat dan mengenalnya." Ucap Hani sedikit lemah.
Lalu David menoleh ke arah Ayu. Ayu memperhatikan Hani.
"Assalamu'alaikum, Ma. Mama gimana kondisinya? Apa Mama sudah makan?" Sapa Ayu dengan lembut.
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah. Alhamdulillah kondisi mama sedikit membaik ketika melihat kalian. Mama belum makan, Nak. Mama gak selera untuk makan. Oh iya, siapa namamu, sayang?" Ucap Hani.
"Namaku Ayudisa, Ma. Mama bisa memanggilku Ayu."
"Ayu? Nama yang ayu seperti orangnya"
"Mama gak boleh sampai gak makan, bagaimana kalau Ayu buatin bubur? Apa Mama mau?" Ucap Ayu menawari Hani bubur.
"Kamu mau membuatkan Mama bubur? Boleh sayang." Ucap Hani terlihat sumringah.
David yang melihat interaksi diantara kedua wanita tersebut tersenyum.
Lalu Ayu meminta ijin ke dapur untuk memasak bubur. Yang jelas ditemani oleh David.
Di dapur Ayu lagi-lagi merasa kagum dengan interiornya dan alat-alat masak pun lengkap, dia sedikit terbengong. Tapi dia langsung tersadar ketika David menyonggol lengannya. Lalu Ayu pun menyiapkan bahan untuk membuat bubur. Pas aja bahannya semua ada dan komplit. Ayu terlihat begitu cekatan.
Sementara David lebih memilih duduk manis di kursi ruang makan. David menghubungi sekretaris sekaligus asistennya.
[Hallo]
....
[Cari data tentang perempuan yang aku kirim setelah ini secepatnya]
....
[Baiklah]
Lalu David memutus sambungan telepon dan mengirim pesan kepada asistennya tersebut.
Bubur pun matang. Ayu langsung menuangkan bubur itu ke dalam mangkuk.
"Udah matang nih. Yuk naik." Ucap Ayu mengajak David yang sedang duduk manis di kursi ruang makan menunggu Ayu memasak. Sebelumnya Ayu juga sudah membereskan dan mencuci alat yang dia pakai untuk memasak.
Lalu David mengekori Ayu dari belakang. Ayu pun masuk ke dalam kamar Hani dan mendudukkan Hani agar makannya lebih mudah.
"Ayu suapin ya, Ma." Ucap Ayu.
Hani pun mengangguk. Ayu menyuapkan setengah sendok ke dalam mulut Hani. Hani yang tadinya begitu malas untuk makan pun sekarang terlihat menikmati bubur masakan Ayu.
"Ini enak sekali, kamu pintar sekali memasaknya. Lain kali Mama masakin lagi ya." Ucap Hani.
Hani pun begitu lahap memakan bubur buatan Ayu.
David tak pernah melihat mamanya sesumringah ini. Dia berpikir apakah Ayu wanita yang dipilih Tuhan untuk menjadi pasangannya? Mamanya baru pertama kali bertemu dengan Ayu tapi, sudah begitu akrab. Hani juga sudah tak terlihat pucat seperti sebelumnya.
"Yup, habis. Mama pinter deh." Ucap Ayu.
"Ini karena masakan kamu enak, sayang. Nih, Mama sekarang jadi terlihat begitu sehat." Jawab Hani.
Mereka berdua pun akhirnya mengobrol bercanda dan tertawa, terlihat begitu asik sekali.
"Ehem, sepertinya disini aku gak dianggap sama sekali." Ucap David.
Lalu kedua wanita tersebut menengok keberadaan David.
"Aduh sayang, maafkan Mama. Mama begitu senang sekali terutama pada Ayu. Mama harap kamu dan Ayu segera menentukan tanggal pernikahan kalian." Ucap Hani.
Degh.
Jantung Ayu sejenak berhenti.
"Apa, menikah?" Batin Ayu.
"Gimana sayang? Kamu mau kan kalau secepatnya kalian menikah?" Tanya Hani pada Ayu.
Ayu menengok kearah David. Namun, David seolah abai.
"I-iya, Ma. Ayu setuju." Jawab Ayu terpaksa menjawab asal.
"Ini tak masuk kedalam rencana. Lalu bagaimana aku akan menikah?" Batin Ayu.
"Sayang, lakukan yang terbaik, segera persiapkan semuanya. Lusa kita akan melamar Ayu, agar secepatnya kalian menikah. Jangan buat keluarga calon mantu Mama kecewa." UcapHani.
"Siap kanjeng Mami." Ucap David santai.
Ayu seketika merasa lemas. Dia hanya bisa pasrah.
"Apa secepat ini? Ya Allah, jika memang ini jalan yang telah Engkau gariskan, hamba siap." Batin Ayu.