Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Takdir Dan Pilihan
Rania menatap tangannya yang kini telah terisi dengan cincin yang indah, ia tidak menyangka kalau ia akan segera menikah dengan laki-laki yang tidak ia sangka.
" Mentang-mentang udah dilamar, cincinnya di lihatin terus!" Ucap Siska yang baru saja masuk kedalam kamar Rania. Hari ini ia akan menginap disini karena waktu yang semakin malam sejak kepergian Bagaskara dan keluarganya setelah lamaran tadi.
Rania menoleh cepat, wajahnya langsung memerah karena tertangkap basah tengah memperhatikan cincin di jarinya.
"Gue cuma... masih nggak percaya aja, Siska," gumam Rania pelan sambil tersenyum kaku. Dan Siska yang mendengar itu pun tersenyum.
Siska langsung merebahkan diri di kasur Sahabatnya, lalu menatap Rania yang saat ini sedang duduk di kursi meja rias. R
"Siapa yang nyangka ya? Dulu kita cuma ngomongin soal kerjaan, Nathan, dan drama hidupmu... sekarang malah dilamar sama bos besar." Ucap Siska yang mengingat perjalanan mereka dulu, lebih tepatnya perjalanan hidup sahabatnya itu.
Rania yang mendengar itu pun tertawa kecil, meskipun matanya masih menyiratkan kegugupan. "Iya... hidupku berasa kayak sinetron, Sis." Ucapnya yang juga tidak menyangka akan seperti ini.
Siska mendengus. "Lebih kayak drama Korea. Bedanya, pemeran utamanya kamu, dan ceritanya... unpredictable banget." Ucapnya lagi dengan semangat.
Rania hanya bisa tersenyum, lalu kembali menunduk, memainkan cincin di jarinya dengan hati-hati.
"Menurut kamu... Mas Bagas orangnya gimana?" tanya Rania ragu, seolah butuh meyakinkan dirinya sendiri kalau ini yang terbaik untuknya.
Siska yang mendengar pertanyaan Rania pun menghela napas, lalu menatap sahabatnya itu dalam-dalam. "Jujur ya... dia keliatan tegas, dewasa, dan bertanggung jawab. Tipe yang kalau udah berkomitmen, pasti dijaga. Tapi... ya, Lo juga harus siap. Dia bukan tipe yang main-main. Hidup Lo bakal berubah total, Nia." Ucap Siska mengeluarkan apa yang ada didalam pikirannya.
Rania yang mendengar itu pun mengangguk pelan. "Gue tahu... tapi gue juga takut. Takut nggak bisa bikin dia bahagia, dan tertekan dengan pernikahan ini." Ucapnya lagi pada sahabatnya itu.
Siska yang mendengar itu pun langsung bangkit dari tidurnya dan menatap Rania yang berada didepannya itu. "Hei... Lo tuh baik, kuat, dan tulus. Gue yakin, kalau Pak Bagas benar-benar membuka hati, dia yang bakal bersyukur punya Lo dan nggak akan menyesal." Ucap Siska yang tidak ingin sahabatanya itu memandang rendah dirinya.
Rania tersenyum pada Siska, merasa sedikit lebih tenang. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tetap bertanya-tanya... akankah ia benar-benar menemukan cinta dalam pernikahan yang diawali dengan tanggung jawab ini?
" Udah, ayo kita tidur! Kasihan keponakan gue kalau ibunya banyak pikiran kayak gini!" Ucap Siska sambil bangkit dari kasur dan menarik tangan Rania agar segera bangun dari duduknya.
Dan Rania yang mendengar itu pun tersenyum, ia melangkah pelan kearah kasur dan merebahkan dirinya. Sesekali ia akan mengelus perutnya yang sudah menunjukan kalau disana benar terdapat kehidupan, meskipun masih sangat kecil itu.
' Sehat-sehat didalam perut Mama ya sayang, Mama janji akan jadi ibu yang baik untuk kamu' ucap Rania didalam hatinya sambil qaaqterus mengelus perutnya dengan sayang. Tak lama kantuk pun datang, Rania langsung memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat kelelahan itu.
***
Keesokan paginya , Rania keluar dari dalam kamarnya pada pukul lima pagi. Seperti biasa ia akan mengerjakan pekerjaan rumah sebelum berangkat bekerja, seperti kali ini ia menyapu seluruh area rumah dan pekarangan yang kotor akibat acara lamaran semalam.
Sebelum itu ia bertemu dengan ibunya dan kakak iparnya yang tengah memasak untuk mereka makan nanti, awalnya ia tidak boleh membersihkan rumah. Namun, karena Rania yang tidak betah berdiam diri tidak memperdulikannya dan tetap melakukan apa yang ia mau.
" Calon pengantin semangat banget sih bersih-bersihnya !" Ucap Bu Ningrum yang tidak lain adalah tetangganya, memang kabar pernikahan Rania sudah tersebar keseluruhan kampung.
Bagaimana tidak, kehadiran tiga mobil mewah yang terparkir di pekarangan rumahnya sudah pasti akan mendapat pertanyaan dari banyak orang. Dan belum lagi pas Bagaskara dan rombongannya pulang, mereka jadi tontonan warga yang terlalu kepo dengan apa yang terjadi di sini.
Rania yang sedang menyapu langsung menoleh, lalu tersenyum sopan pada Bu Ningrum.
"Namanya juga udah kebiasaan, Bu... lagi pula, kan yang kotor rumah saya sendiri," jawabnya pelan, berusaha tetap rendah hati meski hatinya sedikit canggung dengan perhatian warga.
Bu Ningrum berjalan mendekat, menepuk pelan bahu Rania. "Ibu senang banget, Nia. Kamu tuh anak baik, kerja keras, sekarang akhirnya ketemu jodoh yang insyaallah bisa membahagiakan kamu. Jangan lupa banyak-banyak bersyukur, ya."
Rania yang mendengar itu pun mengangguk pelan. "Iya, Bu... makasih doanya."
Setelah Bu Ningrum berlalu, Rania kembali menyapu pelan sambil menatap ke arah depan. Dalam hati, ia merasa sedikit tertekan dengan segala perhatian yang datang bertubi-tubi karena lamaran ini.
Semua orang melihatnya sebagai perempuan beruntung yang akan menikah dengan pria mapan dan terhormat. Tapi mereka tidak tahu alasan pernikahan ini dilangsungkan, apalagi jika mereka sudah melihat siapa yang akan menjadi suaminya nantu.
"Niaaa!" panggil Siska dari teras rumah sambil menguap lebar. "Lo pagi-pagi udah rajin banget! Gue aja masih ngantuk."
Rania menoleh, tertawa kecil. "Biasa, Sis. Kalau nggak gerak, ada yang berbeda! Tumben lo udah bangun, bisanya masih bergulungkan selimut." Ucapnya pada sahabatnya itu.
" Masa si rumah orang gue malas-malasan sih, nggak enak lah Rania!" Ucap Siska sambil menghampiri Rania , lalu membantu menggulung tikar bekas acara tadi malam yang masih terhampar.
"Tapi keponakan gue nggak apa-apa kan?" tanyanya pelan takut ada tetangga yang mendengar pertanyaannya.
" Nggak apa-apa kok! Dia kan kuat kayak Ibunya!" Ucap Rania sambil mengelus perutnya dengan sayang, dan Siska yang mendengar itu pun tersenyum lega.
Tak lama halaman rumahnya pun bersih, Rania dan Siska tersenyum begitu melihat halaman yang tadinya kotor kini sudah kembali bersih.
" Tante Nia dan Tante Siska di suruh makan sama nenek !" Ucap Kenan yang datang dari dalam rumah , Rania dan Siska yang mendengar itu pun bangkit dari duduknya dan masuk kedalam rumah mengikuti Kenan yang lebih dulu masuk kedalam rumah.
"Asik makan!" ucap Siska sambil mengelus perutnya yang sudah keroncongan itu. Dan Rania yang mendengar itu hanya bisa tertawa.
.
.
Bersambung...
Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍