Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 33
Semakin hari hubungan Kenzo dan Aira semakin hangat, terlihat sekali jika Kenzo berubah menjadi pria yang sangat posesif terhadap apapun yang ada pada Aira. Terbukti sudah hampir dua bulan pernikahannya, Kenzo kerap sekali membawa Aira kemana pun ia pergi. Seakan-akan engan berpisah sedetik pun dari sisi Aira.
"Hari ini, ikut ke kantor lagi ya sayang." Aira menghela nafas beratnya tatkala suaminya itu mengajak dirinya untuk ikut.
"Hah, bisakah hari ini tidak ikut hubby. Tidak enak di lihat sama yang lainnya, nanti apa kata karyawan disana. Lagi pula, sepertinya badanku sedang tidak enak, mungkin masuk angin." Aira terasa berat untuk ikut.
"Kamu sakit? Mana yang sakit sayang, atau kita ke dokter saja. Tapi apa gunanya Louis ya, ah dia pria. Tidak ada pria manapun yang boleh melihat dan menyentuh bidadarinya seorang Kenzo, tanpa terkecuali." Kenzo menatap Aira sangat dalam, lalu mencium puncak kepala istrinya dengan penuh kelembutan.
"Mmppp hoek! Hoek!" Aira membekap mulutnya tatkala merasakan gejolak dari dalam perutnya yang ingin segera dikeluarkan.
Kenzo yang kaget saat itu dan membuatnya terdiam disaat Aira berjalan dengan cepat seperti berlari kecil menuju kamar mandi, lalu Kenzo tersadar lalu segera mengejar Aira.
"Sayang, ada apa?" Dengan paniknya, Kenzo menghampiri Aira yang sudah duduk lemas didepan closet.
"Tidak, jangan mendekat hubby. Ini kotor, hoek!" Aira kembali mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya, akan tetapi yang keluar hanyalah air saja.
Seakan menulikan pendengarannya, Kenzo tetap menghampiri Aira dan membantu memijat perlahan tengkuk lehernya. Setelah merasa baikan, Kenzo mengendong Aira dan menurunkannya di atas tempat tidur.
"Kita ke rumah sakit saja ya, biar bisa di diperiksa." Khawatir Kenzo, memastikan keadaan Aira.
"Tidak apa-apa, hubby. Ini mungkin hanya masuk angin biasa, dengan istirahat sebentar nanti pasti baikan. Kamu sih hubby, tidak ada jeda nya untuk aku beristirahat." Dengan memejamkan kedua matanya, Aira berusaha menetralkan rasa pusing dan mual yang menyerangnya.
"Tapi sayang, takutnya nanti ada sesuatu. Kita ke rumah sakit saja ya." Kenzo masih berusaha membujuk Aira agar mau diperiksa.
"Hubby, untuk kali ini. Tolong kabulkan ya, kumohon. Biarkan aku beristirahat." Aira sudah tidak bertenaga untuk berdebat dengan suaminya yang selalu mempunyai cara agar dirinya menuruti permintaannya.
Perdebatan yang cukup panjang dan juga alot, yang dimana akhirnya Kenzo harus mengalah. Walaupun sangat berat untuk meninggalkan Aira dan pergi bekerja, namun Aira menyakinkan Kenzo jika dirinya akan baik-baik saja setelah beristirahat yang cukup.
"Baiklah, hubungi aku setiap waktu sayang." Kenzo maish merasa khawatir.
"Bagaimana aku bisa beristirahat hubby, jika harus menghubungimu setiap waktu." Aira benar-benar sudah tidak bertenaga.
"Aku akan menugaskan Rose untuk berjaga disisimu, jangan menolak lagi. Hanya itu yang aku pinta, karena melalui dia aku akan mengecek keadaanmu sayang. Beristirahatlah." Dalam keadaan seperti itu, Aira masih menarik punggung tangan kanan suaminya dan menciumnya.
Hal sekecil itu selalu membuat Kenzo bangga terhadap istrinya, walaupun terkadang Aira sering ingin melakukan tugas rumah yang dimana sudah dikerjakan oleh para maid. Dan kini, dengan beratnya Kenzo meninggalkan Aira untuk berangkat bekerja.
"Paman, perhatikan dan tolong jaga istriku. Aku khawatir dengan keadaannya." Pinta Kenzo pada Fred.
"Ada apa dengan nyonya? Apa perlu Louis ke..."
"Tidak! Aira meminta istirahat saja dikamar paman, aku ke perusahaan sebentar. Tolong jaga Aira." Pamit Kenzo yang sudah diburu dengan waktu.
Setelah Kenzo pergi, Aira yang tidak benar-benar istirahat. Perutnya berbunyi meminta untuk segera di isi, namun tenaga yang ia miliki sangat begitu lemah. Dengan perlahan ia berjalan menuju anak tangga, lalu terlihat oleh Rose yang memang berada di lantai tersebut.
"Nyonya? Aduh aduh, kenapa keluar dari kamar. Kalau nyonya perlu apa-apa, bisa panggil saya atau teman yang lain. Ayo nyonya, lebih baik beristirahat dikamar saja. Nanti tuan bisa marah kalau tahu nyonya seperti ini, mari saya bantu." Rose melihat wajah pucat Aira menjadi takut.
"Rose, aku jenuh dikamar. Aku masih kuat untuk berjalan, lebih nyaman jika makan ditempatnya. Bisa bantu aku kesana? Kumohon." Dengan memasang wajah sendunya, akhirnya Rose tidak tega pada Aira.
"Baiklah nyonya, tapi kalau ada apa-apa. Tolong segera katakan pada saya atau paman Fred dan lainnya ya, kami takut tuan marah." Rose kali ini sedikit tegas akan sikap Aira.
"Hoek! Ah iya Rose, maaf jika merepotkanmu."Aira merasa mual kembali.
"Ayo nyonya, hati-hati. Nanti kami siapkan sup enak untuk penghilang mual, kalau masih mual juga. Biar nanti saya telfon tuan untuk bawa nyonya ke rumah sakit." Dengan perlahan mereka menuruni anak tangga.
"Jangan Rose, setelah makan nanti. Bisa kamu kerokin saya ya, saya biasa seperti itu dirumah." Ujar Aira.
"Kerok? Apa tuh nyonya, saya baru dengar." Kening Rose berkerut.
"Nanti saja saya jelaskan, makan dulu ya."
"Ah iya iya, sampai lupa saya. Hati-hati nyonya."
Setibanya mereka pada anak tangga terakhir, tiba-tiba saja terdengar keributan dari arah pintu utama.
"Ada apa Rose?" Aira merasa suara itu terdengar sangat keras.
"Aduh, saya tidak tahu nyonya. Lebih baik, nyonya makan dulu ya. Nanti biar saya yang lihat disana ada apa, mari." Rose menghantarkan Aira ke ruang makan, dimana menu yang akan Aira santap telah tersedia.
.
.
.
.
"Kalian kenapa sih, sudah tahu kan siapa saya. Saya adalah nyonya dimansion ini, apa kalian ingin saya laporkan pada Kenzo agar kalian semuanya dipecat! Menyingkir." Sofia yang datang ke mansion Kenzo tanpa diketahui oleh pemilik mansion dan saat akan memasuki gerbang utama, ia mendapatkan halangan.
"Maaf nona, kami tidak mengenal anda. Nyonya dimansion ini hanya satu, dan dia sedang berada didalam. Jadi anda, silahkan pergi dari sini." Ujar penjaga yang menghalangi laju mobil yang Sofia kendarai.
"Dia itu penipu, nyonya kalian itu saya. Awas!" Sofia masih bersikeras untuk masuk.
Penjagaan terus terjadi, namun hal tersebut tidak membuat Sofia mundur. Ia dengan beraninya menekan gas mobil dengan begitu kuat, hingga laju mobil itu membubarkan para penjaga yang menghalanginya. Senyuman kemenangan pun terukir jelas diwajahnya, lalu ia turun dari mobil dan memasuki pintu utama setelah melewati penjaga yang menghalanginya.
"Buka pintunya." Perintah Sofia pada pria yang berjaga disana.