NovelToon NovelToon
Sang Pemilik Kekuatan Bulan Bintang

Sang Pemilik Kekuatan Bulan Bintang

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Wanita
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Gibela26 Siyoon93

Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keseruan Di Kampung Halaman Gibela

DI VILLA MAWAR

Hari sudah semakin larut Gibela dan teman-temannya sudah tertidur pulas begitupun BBS. Namun tepat dini hari Siyoon terbangun saat mencoba tidur kembali dia tidak bisa karena terus teringat pada seseorang yang tidak lain ada Gibela. Siyoon memilih turun ke ruang latihan mencoba mencari kesibukan memalingkan apa yang ada dipikirannya. Siyoon melangkah mendekati sebuah piano, sembari bermain piano dia mengingat kejadian penculikan di wisata yang saat ini akan di jadikan tempat konser. Sangat sulit bagi BBS agar bisa konser di tempat itu butuh waktu yang cukup lama agar perusahaan menyetujuinya, bagaimana tidak perusahaan hampir saja kehilangan aset Negara dan penghasil uangnya karena penculikan yang terjadi dua bulan lalu.

“Ada apa Yoon ? gak bisa tidur ?” tanya Nijie menghampirinya.

“Maaf gara-gara aku bermain piano Hyung jadi terbangun,” jawabnya.

“Aku terbangun karena ingin buang air kecil lalu tidak sengaja mendengar suara piano jadi aku datang untuk melihat siapa yang memainkan piano di malam-malam begini.”

“Tidak ingin cerita ?” tambahnya.

“Tadi saat aku berkeliling bersama Gino tidak sengaja menabrak seseorang. Warna bola mata gadis itu serta sorotan matanya persis seperti gadis penyelamat kita,” jelasnya mengingat kejadian tadi.

“Apa kamu bisa mengingat wajahnya dengan jelas ? ”

“Aku gak yakin Hyung saat itu dia memakai masker dan kacamata. Meski begitu aku rasa seperti sebelumnya pernah bertemu dengannya.

“Kita pasti bertemu dengannya lagi, itu kan tujuan kita kemari jadi jangan khawatir. Saat itu tiba kamu jangan lepaskan dia !” Nijie menepuk pundak Siyoon.

“Hah maksudnya Hyung ?”

“Aku tau kamu menyukainya lebih dari kita berenam,” berdiri sambil tersenyum.

“Ayoo kita pergi tidur ! besok harus latihan full agar penampilan nanti maksimal,” tambahnya.

“Baiklah.”

Gibela dan teman-temannya sepakat menggunakan hari sebelum konser untuk pergi bekunjung kerumah orang tuannya Gibela yang berada di Cisalak. Setelah berbincang cukup lama mereka membuat kesepakatan bersama untuk menginap disana selama 3 hari lalu setelah itu kembali ke vila beristirahat untuk hari konser nanti. Rumah orang tua Gibela berada dipelosok daerah, dari Cisalak harus masuk kedalam lagi melewati jalur hutan serta jalan yang rusak. Perjalanan yang panjang dan tak mudah membuat mereka sangat lelah tapi rasa lelahnya terbayar tuntas dengan permandangan indah setibanya disana. Orang tua Gibela menunggu di luar sedari pagi menyambut kedatangan anak serta teman-temannya.

“Tante Om apa kabar ?” Clara menyapa lebih dulu.

“Alhamdulilah baik, bagaimana denganmu ?”

“Baik juga, uuhh rindu sekali sudah lama gak kesini,” memeluk mamahnya Gibela.

Yeni pun tidak mau ketinggalan ikut menyapa lalu memeluknya juga.

“Om ini memang tidak pernah berubah selalu terlihat lebih muda,” canda Boy setelah menjabat tangannya.

“Ahkk kamu ini bisa aja,” balasnya sembari tersenyum.

“Mah, Pak …” Gibela memeluk keduanya.

“Om Tante oleh-oleh Jakarta …” Rayhan memberikan sekantong kue balok rasa coklat.

“Kenapa repot-repot, kalian datang kesini saja sudah membuat kami senang,” jawab mamahnya Gibela.

“Tidak repot ko malah kami juga senang,” ucap Clara.

“Ayoo ayoo masuk !” ajak Ayahnya Gibela.

Ketika masuk ke dalam rumah, terdapat ruang tamu dengan empat kursi dan satu meja serta terdapat sebuah lemari hias, di tembok nya tergantung beberapa lukisan dan foto keluarga Gibela, Ayah, Mamah dan Kakak perempuannya. Gibela duduk di tengah-tengah Ayah dan Mamahnya sedangkan Rayhan, Boy, Yeni dan Clara duduk di sofa panjang yang saling berhadapan dengan sofa yang diduduki Gibela dan kedua orangtuanya.

“Tante udah siapin ini buat Yeni,” menyodorkan piring makanannya.

“Waahh bugis,” Yeni dengan gembira langsung mengambil semuanya.

“Heyy jangan serakah harus berbagi,” Boy hendak mengambil 1 bungkus bugis.

“Gak, tante kan bilang ini untukku wlee,” menjulurkan lidahnya meledek Boy.

“Huh dasar pelit,” Boy berbalik membelakangi Yeni.

“Sudah jangan rebut masih ada banyak,” mengambil 2 piring penuh bugis.

“Lihatkan bukan hanya kamu yang disayang mereka,” merekapun memakan semua camilan yang tersedia di meja sembari mengobrol.

Gibela dan teman-temannya menikmati hari-hari selama di rumah orang tua Gibela, bahkan mereka pergi kekebun untuk membantu namun nyatanya mereka malah mengacaw satu petak berantakan ulah Boy dan Rayhan. Selain itu mereka memancing di kolam ikan dekat saung kebun sembari ngaliwet.

“Heyy kalian berdua apa perlu senior ini turun tangan ?” teriak Gibela dari saung, Boy dan Rayhan sudah memancing sejak pagi namun sampai sekarangp belum mendapatkan apapun.

“Haha kayanya ikannya gak mau makan umpan kalian deh,” ledek Yeni.

“Ikannya pilih-pilih makan umpannya, kalau ganteng pasti cepet dimakan,” tambah Clara.

“Ayoo lah ikan apa kamu gak kasian padaku yang di ledek para gadis itu,” rengek Boy.

Dan benar saja setelah Boy berbicara pancingan miliknya mulai bergoyang pertanda umpannya dimakan.

“Booyy cepet tarik pancingannya sebelum ikannya kabur !” dengan replek Rayhan yang melihatnya memberitahukan Boy.

“Wahhh ikannya pasti besar nih,” dengan bangga Boy mengucapkannya.

Tapi sayangnya setelah ditarik ternyata yang memakan umpannya adalah ikan kecil ukuran 2 jari orang dewasa seketika diapun kecewa.

“Hahaaa ikannya besar sekali,” Clara tertawa puas melihatnya.

“Tidak apa meski kecil tetap ikan,” Rayhan menahan tawa.

Akhirnya semua orangpun tertawa melihatnya, ekspresi Boy sangat sedih karena mendapatkan ikan tidak sesuai ekspetasinya.

“Sini biar Om bantu,” Ayah Gibela datang menghampirinya.

“Tidak Om biar aku yang melakukannya,” yang tadinya murung seketika menjadi semangat kembali.

“Aku pasti bisa, akan aku bungkam omongan mereka,” gumam Boy dalam hati.

“Wah wah dia kembali semangat, apa kali ini akan dapat ?”

“Aku gak yakin deh Yen,” ucap Clara menahan tawa.

“Anak-anak ini tidak mudah menyerah walaupun hasilnya akan tetap sama.”

“Itulah anak muda jaman sekarang,” balas Mamahnya Gibela.

“Apa kita tidak akan mendapatkan ikan

satupun untuk dimakan ?” tanya Rayhan sedikit menyerah.

“Jangan pesimis Ray, kita pasti bisa mendapatkannya,” jawab Boy penuh semangat.

Sayangnya setelah sekian menit mereka menunggu tidak ada satupun diantara pancingan mereka yang umpannya dimakan.

“Aku menyerah huuhuuuu …” teriak Boy seakan menangis.

“Sini biar aku yang melakukannya !” Gibela turun tangan ke kolam mengambil pancingan Boy.

“Emang kamu bisa Gi ?”

“Kamu lihat saja nanti,” mengedipkan matanya. Gibela merancik kembali umpan ikannya lalu memasangkan ke kail setelah itu melemparkannya ke tengah kolah dekat pancuran air.

“Boy menurutmu apa Gibela akan mendapatkan ikannya ?” bisik Rayhan.

“Aku gak yakin sih tapi dari yang aku lihat gak deh,” balasnya berbisik kembali.

Tidak perlu menunggu lebih lama umpannya dimakan dan Gibela mendapatkan 1 ikan nila berwarna hitam ukuran besar, Boy tertampar keras melihatnya sampai-sampai mulutnya mangap tidak percaya.

“Wihh hebat sekali kamu Gi,” Clara bertepuk tangan.

“Pastinya kan dia anak sini,” ucapan Yeni bangga.

“Yah masa kita kalah sama cewek sih,” ucap Rayhan menepuk jidatnya.

“Ko bisa ? bagaimana caranya ?”

“Kuncinya cuman satu,” jawab Gibela yang masih pokus memperhatikan pancingan.

“Apa ?”

“Harus cantik biar ikannya mau makan umpannya,” Gibela tertawa kecil.

“Berarti nanti kita harus dandan jadi cewek dulu Ray !”

“Hemnn benar,” mengangguk sambil melihat Gibela yang terus dapat ikan.

“Hah ?” mereka saling menatap terkejut.

“Hahaa mereka percaya dengan kata-katamu Gi.”

“Sudahlah nanti aku ajarin, sekarang bantu aku membawa ikannya !”

“Tapi Gi …”

“Jangan tapi tapi nanti jam makan siang terlewat !”

“Baiklah,” membawa ikan yang ditangkap Gibela di ember hitam.

“Kalian bisa memotongnya kan ?” tanya Gibela.

“Cuma potong ikan aja kan ?”

“Hemnn.”

“Okey gampang,” dengan PD Boy mengatakannya.

“Ahhhh ikannya loncat, aist tanganku tergores durinya,” mengecup jari tangannya yang berdarah.

“Sini biar aku saja,” Rayhan meminta Boy bergeser, sebelum mengambil ikannya dia memakai sarung tangan dulu.

“Kenapa kamu gak bilang ada sarung tangan sih ?”

“Kamu kan gak nanya.”

“Setidaknya kamu bisa memberitahuku kan,” muka Boy cemberut.

“Tolong ambilkan wadahnya !” walaupun masih cemberut kesal Boy tetap mengambil wadahnya dari saung.

“Apa tidak apa-apa jika mereka melakukannya ?” Yeni menyaksikan dari kejauhan.

“Jangan khawatir Rayhan bisa mengurusnya,” jawab Gibela sambil menggoreng kerupuk.

“Kalian suka lalapan ?” tanya Ayahnya Gibela.

“Lalapan apa Om ?”

“Ini,” menunjukannya.

“Ehh ini apa ? aku baru melihatnya,” tanya Clara.

“Ini namanya Caliwandra,” jawab Ayahnya Gibela.

“Yang diambil untuk di jadikan lalapan adalah pucuknya, selain itu buahnya juga bisa dimakan dan rasanya manis,” sambung mamahnya Gibela.

“Benarkah ?”

“Pasti disana tidak ada yah ?”

“Iya.”

“Ini simpan dimana ?” tanya Boy yang datang membawa sewadah ikan mentah yang sudah di potong Rayhan.

“Bawa sini aku akan menggorengnya,” jawab Yeni.

“Ehh iya bagaimana dengan lukanya ?” tambahnya lagi.

“Oh itu tidak apa-apa hanya luka kecil,” jawabnya menyembunyikan tangan kebelakang.

“Hemnn ..”

Awalnya di antara mereka berlima hanya Gibela dan Clara yang tidak memiliki pasangan tapi kini bertambah menjadi 4 orang. Yeni baru saja putus dari pacarnya alasan mereka putus karena Yeni tidak memiliki banyak waktu untuk cowoknya hingga berakhir cowoknya mencari wanita lain sedangkan Boy putus karena ketahuan sering chatingan dengan cewek lain.

“Ummm aromanya harum sekali,” ucap Clara ketika Gibela membuka tutup nasi liwetnya.

“Ikannya datang,” Yeni membawa 2 piring ikan goreng yang tadi didapatkan Gibela.

“Ayoo kita makan dulu,” ajak Ayah Gibela sambil membawa daun pisang muda.

“Disini aja yah,” Gibela menggeser piring lauk nasinya.

“Sebentar,” cegah Clara lalu mengeluarkan ponselnya.

“Kita foto dulu. Selanjutnya selfi ….”

tambahnya bersiap menekan tombol.

“Satu dua tiga …. ‘cekrek’ selesai.”

“Sudah boleh ?”

“Tentu ayoo dimakan.”

Mereka semua menikmati makanannya, rasanya sangat enak mengalahkan masakan bintang lima yang ada di hotel. Kebersamaan dan kehangatan menambah bumbu kelezatan dalam setiap masakan ditambah udara sejuk alam membuat rasanya semakin nikmat.

“Ehhk Gi tunggu !” Yeni membawa banyak piring kotor hendak turun melewati tangga tanah dari saung ke selokan untuk mencuci piringnya.

“Hati-hati Yen !” Gibela sudah sampai lebih dulu ke pancuran di bawah saung sebelah kiri.

“Sini aku bantu !” Boy mengambil sebagian piring kotor yang dibawanya.

“Makasih.”

“Hemnn,” meraih tangannya membantu menuruni tangga.

“Jadi serasa menonton flm romansa yang dramatis,” komentar Rayhan yang duduk memperhatikan.

“Mending dari pada kamu yang hanya diam tidak ikut membantu,” sela Clara.

“Pelan-pelan Yen !” Gibela mengambil sisa piring yang dibawanya.

“Padahal aku juga orang kampung tapi kenapa serasa sulit sekali berjalan di parit,” gerutunya.

“Emang kapan terakhir kali kamu ikut ke kebun ?”

“Hehe 2 tahun yang lalu.”

“Hah kirain 1 bulan yang lalu,” Boy geleng-geleng kepala.

“Aku yang menggosoknya,” Gibela mulai menggosok satu persatu piringnya.

“Aku yang mencucinya,” Boy pindah posisi ke depan pancuran.

“Berarti aku yang menyimpannya kewadah.”

“Aww perih sekali,” Boy lupa kalau jari tangannya tadi terkena duri.

“Ada Apa ?” Yeni berbalik melihatnya.

“Bukan apa-apa cuman …” memegang jarinya yang terluka.

“Sorry aku lupa kalau tanganmu terluka seharusnya tadi gak usah bantu, lukanya akan perih ketika kena air,” berjalan mendekat.

“Tadi gak terasa tapi kenapa sekarang ?”

“Itu karena lukanya masih baru jadi rasa sakitnya tidak terasa,” menyimpan bawaannya di tanah.

“Sini aku bantu obatin,” meraih jarinya yang terluka.

“Ehh jangan pake kekuatanmu nanti ketahuan !” pintanya pelan.

“Lah terus ?”

“Pake daun harendong aja Yen,” teriak Gibela dari jauh.

“Ahk iya bener.”

“Hah apa itu ?”

“Emnn mana yah ? ini dia …” mengambilnya yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Tahan yah mungkin ini akan sedikit perih,” mengosok daunnya dengan kedua tangannya.

“Ehh apa itu aman digunakan ?”

“Aman dan terpercaya,” meraih tangannya lalu meneteskan air dari daun itu.

“Awww …”

“Maaf apa sakit ?”

“Sedikit.”

“Emnn seharusnya ditempel tapi pake apa yah balutannya ?” berpikir keras.

“Tidak usah begini saja cukup.”

“Oh iya pake ini aja,” melepaskan pita hijau yang ada di topinya.

“Tunggu sampai mengering lukanya pasti akan cepat sembuh,” tambahnya lagi.

“Terima Kasih Yen.”

“Tidak masalah.”

Gibela yang sedang membereskan piringpun tersenyum mendengarkan obrolan Yeni dan Boy. Sedangkan Clara dan Rayhan sibuk mengobrol dengan kedua orangtuanya Gibela. Hari sudah semakin sore tapi mereka masih asik bergurau canda di saung bersama. Saung adalah sebuah kata dari bahasa Sunda yang artinya gubuk kecil, biasanya kata saung digunakan untuk menyebutkan sebuah gubuk kecil yang ada di luar rumah seperti sawah, ladang, kebun atau tempat yang terpisah dari bangunan rumah umumnya.

“Seru banget, jadi malas pulang …” ucap Yeni setibanya di rumah.

“Ya udah jangan pulang, kamu disini saja nemenin om sama tante.”

“Hehe iya Om pengennya gituh tapi tanggung jawabku sudah menunggu disana.”

“Kalau begitu kalian harus sering-sering main kesini !” sela mamahnya Gibela.

“Tentunya.”

“Kalian mandilah dulu tante mau beli lauk nasi ke warung !”

“Siap …” jawab mereka berlima.

“Yah mau dibuatin kopi ?” tanya Gibela.

“Tidah usah, kamu mandi saja dulu !”

“Baiklah aku naik dulu.”

“Giii, mandi bareng yuk ?”

“Boleh bentar ngambil anduk dulu.”

“Huuh menyenangkan sekali,” ucap Boy duduk di teras bersama Rayhan.

“Kalau kesini gak pernah gagal.”

“Benar, dari sekian banyaknya kejadian dan permasalahan yang kita lewati akhirnya sampai di titik ini juga,” Rayhanpun membalasnya dengan senyuman.

“Kalian berdua mau mandi tidak ?” teriak Clara dari balik pintu kamar.

“Sebentar lagi ..”

“Tapi yang aku gak suka disini tuh airnya dingin kaya dari kulkas,” ucap Boy.

“Jangan banyak alasan ayo mandi,” menarik tangannya Boy.

“Ehh tunggu …” hendak menahannya namun gagal.

Rumah Gibela sangat sederhana hanya terbagi menjadi 5 ruangan yaitu 2 kamar tidur (1 kamar Gibela dan 1 kamar orangtuanya), 1 ruang tengah, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Yeni dan Clara tidur bersama Gibela sedangkan Boy dan Rayhan di ruang tengah.

“Rumahmu memang tidak luas Gi tapi aku suka dengan susasan hangatnya,” ucap Rayhan.

“Hangat dari mananya ? dingin begini kamu sebut hangat,” sela Boy di balut selimut tebal berwarna hijau.

“Maksudnya itu suasana hangat rumah bersama keluarga, ngerti gak ?”

“Ohh kirain.”

“Apinya sudah menyala, hangatkan badan kalian disini !” ajak Ayah Gibela.

Halaman samping rumahnya cukup luas, sehingga Boy dan Rayhan dapat memasang 2 tenda disana. Malam ini adalah malam terakhir mereka menginap jadi khusus malam ini mereka mengadakan acara bakar-bakar.

“Ini lebih baik,” menggosok-gosokan tangannya menghadap api.

“Kalian payah masa kalah sama cewek sih,” ejek Yeni yang sedang memegang tumpukan sate ayam dan sapi.

“Kalian kan asli daerah sini tentunya sudah terbiasa dengan udara ekstrimnya.”

“Huuh alasan.”

“Heyy kou yah …” melepaskan selimutnya lalu pergi memukul Yeni.

“Jangan bertengkar nanti saling cinta,” ucap Gibela dingin.

“Tidak akan,” dengan kompak mereka berdua menjawab.

“Satenya siap,” Mamah Gibela menyodorkan 2 piring penuh sate.

“Ini dia bumbu marangginya,” Clara berjalan sambil menari membawanya.

“Uhh sepertinya lezat,” Yeni mengambil 1 tusuk sate dan mencobanya.

“Emnnn ….”

“Bagaimana ?” tanya Clara penasaran.

“Yamiiii sekaliiiii …”

“Syukurlah saat membuatnya aku takut rasanya kurang enak.”

“Ini asli buatanmu ?” tanya Boy.

“Iya doongs.”

“Sulit dipercaya, tapi lumayan.”

“Hihi sebenarnya buatan Gibela aku hanya membantu mengaduknya,” suara pelan Clara. Gibela hanya tersenyum mendengarkannya.

“Ah puas sekali, rasanya mantap belum lagi ikan panggang buatan Om ini sangat luar biasa,” Boy mengangkat kedua jempol tangannya.

“Haha tentunya Omkan gini-gini juga seorang chef.”

“Benarkah ? aku baru tau kalau ternyata Ayahnya Gibela seorang chef yang hebat,” sahut Rayhan.

“Kamu kemana aja sih ?” sambung Yeni.

“Aku juga baru tau loh.”

“Gi ko kamu gak pernah cerita sih,” tambah Clara.

“Hemn ….” meliriknya sambil memegang sate sapi.

“Hahaaaaa mirip mirip bangeet,” Clara tertawa melihat muka Gibela semua orangpun ikut tertawa melihatnya, bagaimana tidak mukanya yang tadinya bersih seketika berubah menjadi hitam oleh kecap.

“Yang bener kalau makan tuh sini Mamah bantu lap,” membantu mengelap pipinya dengan tisyu.

“Makan paling banyak paling terakhir pula,” ledek Yeni.

“Oh iya kah ? bukannya kamu yang paling banyak ?” tanpa disadari Gibela memindahkan tusuk satenya bekasnya ke tumpukan tusuk sate milik Yeni.

“Sungguh pitnah itu lebih kejam dari pembunuhan,” Clara menahan tawa.

“Hah ko bisa tadi kan yang paling banyak punya kamu kenapa sekarang jadi punyaku ?” Yeni bingung karena sebelumnya dia melihat tusuk sate paling banyak adalah milik Gibela.

“Sudah jangan ngelak lagi Yen, buktinya ada di depan mata loh,” jawab Rayhan yang sama-sama menahan tawa.

Tanpa menjawabnya lagi Yeni menggaruk-geruk kepalanya kebingungan memikirkannya.

“Hahahaaa …”Boypun tidak kuasa menahan tawanya.

“Mencurigakan ?” menyipitkan kedua matanya melihat kearah Gibela yang sibuk membersihkan mulutnya.

Gibela memalingkan wajahnya seakan tidak melihat Yeni.

“Pasti kalian kan ?” berbalik melihat teman-temannya.

“Ehh Om saya bantu bawakan,” Rayhan menghindari Yeni dengan membawakan piring bekas sate tadi.

“Iya Tante aku segera datang,” Clara pura-pura dipanggil lalu bangkit pergi masuk ke rumah.

“Aku gak tau apa-apa,” ucap Boy mengangkat kedua jarinya.

“Ehh tunggu aku !” Gibela berlari mengikutinya.

“Kalian jahat uuaaaahhhh …” menangis sejadi-jadinya.

“Sudah sudah jangan di permasalahkan ayo kita bereskan ini sudah semakin larut malam, nanti tentangga pada bangun mendengar tangisanmu disangkanya apa lagi,” Boy berusaha membujuk Yeni.

“Baiklah, tapi kamu percaya padaku kan ?” matanya berkaca-kaca.

“Iya iya aku percaya.”

“Baiklah.”

Setelah membereskan semuanya kedua orang tua Gibela tidur di kamarnya sedangkan mereka berlima tidur di tenda. Gibela, Yeni dan Clara tidur ditenda yang sama sedangkan Boy dan Rayhan di tenda satunya lagi. Disaat semuanya sudah tertidur Gibela terbangun lalu keluar sambil memakai selimut, dia duduk di depan api unggun yang dibuat Ayahnya setelah bakar-bakar tadi.

“Sedang apa Gi ?” Rayhan datang dari dalam rumah.

“Ehh Rey aku kira kamu sudah tidur.”

“Aku memang sudah tidur, tiba-tiba ingin buang air kecil jadi aku bangun pergi kekamar mandi.”

“Tidak bisa tidur yah ?” tambahnya.

“Hemn.”

“Sungguh luar biasa saat pagi di suguhi permandangan indah berwarna hijau dihiasi warna-warni bunga dan di malam hari permandangan malam di penuhi bintang-bintang.”

“Iya, meski bedanya terang dan gelap tapi sama-sama di suguhi keindahan dunia,” sembari memegang tanda kekuatannya,

seketika mata Rayhan meliriknya.

“Ray ?”

“Iya.”

“Aku takut tidak bisa melakukannya,”

mengusap-ngusap tanda kekuatanya sambil sedikit menundukan kepalanya.

“Apa yang kamu takutkan ? kekuatanmu atau orang-orang jahat itu ? “

“Semuanya, aku takut tidak bisa melindungi kalian.”

“Hey ada apa dengan dirimu ? kemana Gibela yang selama ini kuat dan paling percaya diri ?”

“Mungkin sedang tidur,” menatap langit sambil tersenyum.

“Kami percaya padamu Gi.”

“Aku senang bisa bersama kalian, terima kasih selalu mendukungku.”

“Percayalah kami akan selalu berada disampingmu.”

“Ternyata ada baiknya juga aku masuk ke dunia baru ini jika tidak mungkin aku tidak bisa bertemu kalian.”

“Takdir ini memang sulit di tebak.”

“Tapi takdir bisa berubah jika kita terus berusaha dan berdoa selagi Tuhan menghendaki pasti akan terjadi,” tambahnya.

“Hemnn sulit untuk percaya tapi lebih sulit membaca pemikiran manusia,” mereka berduapun tersenyum.

“Mau makan sesuatu ??”

“Boleh.”

“Tadi saat dipasar aku membeli beberapa jagung untuk di bakar, jaga-jaga kalau gak bisa tidur,” ucap Rayhan mengambil jagung yang dia simpan di dalam keresek warna hitam.

“Mau minuman hangat ?”

“Sepertinya aku harus lebih sering melakukannya.”

“Eh maksudnya ?”

“Bukan apa-apa.”

Rayhan adalah tipe cowok yang sulit di tebak kadang cuek, terkadang perhatian dan terkadang ceria. Berbeda dengan Boy yang terang-terangan memperlihatkan perhatiannya ke cewek-cewek bukan karena suka tapi caper untuk melancarkan aksi modusnya. Keesokan paginya mereka membereskan barang-barang bawaannya untuk kembali ke Vila.

1
siti Hasanah
berarti ada sesi 2 donk.... semoga.. sehat selalu thor.. d tunggu seson 2 nya jarang" ada cerita yg seperti ini.../Smile//Smile//Slight/
Chimer02609: Terima kasih, jadi makin semangat /Kiss/
total 1 replies
siti Hasanah
berasa nonton filem layar lebar
siti Hasanah
berasa d negeri dongeng /Bye-Bye//Bye-Bye//Angry/
siti Hasanah
kyak nya si reyhan suka tu
siti Hasanah
waaah.. suka sekali
siti Hasanah
seru kyaknya
Cevineine
Lanjuttt😁
Chimer02609: siap Kak 🤗
total 1 replies
Shreya Das
Dari semua karya yang pernah dibaca, ini nomor satu!
Chimer02609: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Tiểu long nữ
Yang bilang cuma buat anak-anak aja baca cerita, pasti belum nemu karya-karya kayak ini.
Chimer02609: betul /Ok/
total 1 replies
art_zahi
Ngakak ampe terbahak-bahak. 🤣
Chimer02609: Seseru itu kah Kak 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!