Saat Istriku Tak Bodoh Lagi

Saat Istriku Tak Bodoh Lagi

Awal

"Telan makanan itu!!! Ayo, telan!"

Dengan membabi-buta, seorang wanita paruh baya terus memasukkan makanan basi ke dalam mulut seorang wanita yang terduduk di lantai.

"Uhuk!!! Makanannya sudah basi, Bu!" kata perempuan itu dengan air mata yang terus keluar dari sepasang matanya.

"Memangnya, kenapa kalau basi?" tantang sang ibu mertua. "Toh, ini masih makanan, kan?" lanjutnya.

"Itu memang makanan. Tapi, itu sudah tak layak konsumsi. Ibu mau meracuni aku?"

Perempuan paruh baya dengan konde di kepala itu terlihat tersenyum sinis.

"Kamu itu gembel, Kalila!" Ia menoyor kepala perempuan muda bernama Kalila tersebut. "Wajar kalau makan makanan basi seperti ini. Ngerti, kamu?"

"Aku menantu Ibu," ujar Kalila penuh penekanan.

"Kamu itu menantu yang tidak berguna! Harusnya, kamu lebih sadar diri, Kalila! Kamu itu perempuan miskin yang tidak jelas asal-usulnya. Huh!" Perempuan tua itu mendengus kasar. "Kasihan sekali putraku! Masa' seorang pemilik toko meubel terkenal, istrinya malah kayak gini, sih? Apa yang harus dibanggakan dari perempuan sial seperti kamu, Kalila?"

Ditariknya rambut Kalila dengan kasar. Dan, perempuan muda itu hanya terlihat pasrah.

Ia tak melawan meski sebenarnya sangat mampu. Ia ikhlas diperlakukan semena-mena oleh sang Ibu mertua demi menunaikan janji pada sang suami.

"Tolong, apapun yang Ibu lakukan terhadap kamu, jangan melawan ya, Sayang! Ibu itu sudah tua. Wajar, kalau beliau terkadang emosinya meledak-ledak. Jadi, sebagai anak, kita harus sabar dan pasrah. Kalau kita melawan, nanti yang ada... Ibu malah semakin mengamuk. Ya?"

"Asal Mas janji untuk selalu setia sama aku, maka aku pun janji akan selalu patuh sama perintah Mas. Aku nggak akan melawan Ibu sedikit pun."

"Ya, Mas janji! Mas akan selalu setia sama kamu. Kamu juga janji, ya! Jangan melawan sama Ibu?"

Kala itu, Kalila hanya mengangguk patuh. Demi cintanya pada sang suami, ia ikhlas diperlakukan jahat oleh Ibu mertua sendiri.

Bahkan, tak hanya sang Ibu mertua. Kakak iparnya juga turut melakukan hal yang sama. Dan, lagi-lagi, Kalila hanya diam dan pasrah karena Firman sang suami benar-benar berhasil membuat dirinya jadi tunduk sepenuhnya.

"Kenapa malah ngelamun? Makan makanan basi itu, sekarang!" bentak sang ibu mertua yang langsung membuyarkan lamunan Kalila.

Dengan tangan bergetar, Kalila meraup makanan yang sudah berceceran diatas lantai. Ia menyuapnya ke dalam mulut sambil menitikkan air mata.

Detik itu juga, sang Ibu mertua langsung tertawa terbahak-bahak. Dia puas melihat menantunya yang kini tak ubahnya bagai seekor hewan berkaki empat dimatanya.

"Habiskan! Jangan sampai ada sisa!" kata sang Ibu mertua lagi dengan mata melotot.

Kalila hanya menangis tanpa suara sambil terus memaksa makanan itu untuk masuk ke dalam lambungnya.

Hingga akhirnya, Kalila tak tahan lagi. Gegas, dia berdiri lalu berlari menuju ke kamar mandi.

Hoek!!

Semua makanan tak layak konsumsi itu kembali keluar dari mulutnya.

"Heh! Dasar menantu tak bersyukur! Sudah diberi makanan malah dimuntahkan! Memang nggak tahu diri kamu, ya!"

Dari arah belakang, sang Ibu mertua tiba-tiba datang dan mendorong tubuh Kalila.

Sontak saja, perempuan itu jatuh ke depan dengan kepala yang seketika membentur bak penampungan air didalam kamar mandi pembantu tersebut.

Buk!

Kalila merasa pusing. Segala sesuatu disekelilingnya seperti berputar-putar. Dalam sekejap, semua tiba-tiba mendadak jadi gelap.

*

"Kalila, Sayang! Kamu sudah sadar?"

Samar-samar, Kalila mendengar suara sang suami disekitarnya. Dibukanya mata dengan perlahan lalu berusaha mengingat-ingat tentang kejadian yang telah menimpanya beberapa saat yang lalu.

"Kamu kenapa bisa jatuh dikamar mandi, sih?" tanya Firman lagi.

Pria dengan kulit hitam manis itu mengusap lembut kepala sang istri.

"A-aku..."

"Istrimu memang bebal, Firman! Padahal, Ibu sudah bilang, kalau kamar mandi pembantu tidak usah dibersihkan. Tapi, tetap saja dia ngeyel! Dia malah tetap ke sana dan akhirnya malah berakhir seperti ini. Bikin repot semua orang!" potong sang ibu mertua dengan sewot.

Kalila yang masih sangat lemah berusaha untuk menyangkal. Sayangnya, dia tak punya sedikitpun tenaga untuk melakukan hal itu.

Sedari pagi, dia belum diberi makan sedikit pun kecuali nasi basi tadi siang. Dan, jika Kalila tak salah menebak waktu, sekarang sudah hampir memasuki waktu Maghrib.

"La-par," lirih Kalila.

"Lapar? Kamu lapar, Sayang?" Tanya Firman memastikan.

Kalila pun mengangguk.

"Bu, tolong ambilkan Kalila makanan!" pinta Firman pada sang Ibu.

"Ya, sebentar," timpal sang Ibu mertua dengan wajah tak ikhlas.

Tak lama kemudian, wanita paruh baya tersebut langsung menuju ke dapur untuk mengambil makanan.

"Huh! Dasar menantu sialan! Bisanya cuma bikin repot!" ketus wanita paruh baya bernama Bu Midah tersebut.

Diambilnya nasi serta dua potong tempe ke dalam piring. Lalu, ia beranjak mengambil segelas air putih untuk sang menantu yang tak pernah dia sukai itu.

"Ini nasinya,"ucap Bu Midah saat kembali ke kamar untuk menemui putra dan menantunya.

"Kok, lauknya cuma tempe, Bu?" tanya Firman memprotes.

"Adanya cuma itu. Lauk yang lain sudah dihabiskan sama kakakmu."

Firman hanya menghela napas pasrah. "Ya sudah, nggak apa-apa. Kalila juga nggak akan keberatan walau hanya makan dengan tempe. Iya kan, Sayang?"

Ingin rasanya Kalila menjerit bahwa ia sudah muak makan berlaukkan tempe. Lihatlah badannya sekarang!

Begitu kurus kering bak tinggal tulang dan kulit. Padahal, dulu perempuan berkulit putih dengan alis tebal itu memiliki bentuk badan yang terbilang sangat ideal. Tubuhnya langsing namun berisi dibeberapa bagian yang membuat lekuk tubuhnya benar-benar terlihat sangat indah.

"Iya, Mas," angguk Kalila pasrah. Demi cintanya pada Firman, lagi-lagi ia membodohi diri sendiri. Mengorbankan perasaan asal bisa terus bersama dengan Firman.

"Ibu mau ke kamar dulu! Pengen istirahat!" pamit Bu Midah kemudian.

"Iya, Bu. Istirahat yang cukup ya, Bu! Jangan sampai sakit kayak Kalila," timpal Firman.

"Iya," sahut Bu Midah sambil keluar dari dalam kamar sepasang suami istri itu.

"Maafin Ibu, ya, Sayang! Aku tahu, kamu pingsan dan berdarah begini pasti gara-gara Ibu, kan?" lirih Firman dengan tatapan sendu penuh rasa bersalah.

Kalila tak menjawab. Ia hanya membuang muka ke arah lain.

"Sayang... please, jangan nyerah, ya! Aku nggak mau ditinggalin sama kamu. Tetaplah bertahan sampai akhirnya Ibu luluh dengan sikap sabar kamu."

"Tapi, mau sampai kapan, Mas? Rasanya, aku sudah lelah. Ibu nggak pernah bisa baik sama aku," keluh Kalila dengan mata berkaca-kaca.

"Bersabarlah sedikit lagi!"

"Aku mau kita pindah dari sini, Mas! Mengontrak rumah yang kecil pun tak apa," pinta Kalila.

"Maaf, Kalila! Tapi, uang Mas belum cukup untuk mengontrak rumah. Kamu sabar, ya!"

"Kalau begitu... tolong beri aku uang pegangan! Setidaknya, cukup untuk aku beli makanan. Aku capek makan sama tempe terus, Mas!"

"Tapi, tadi kamu bilang, kamu nggak keberatan makan sama tempe aja, Sayang!"

"Itu karena aku nggak mau bikin kamu malu didepan Ibu. Kalau aku menolak statement kamu, Kamu pasti merasa rendah diri, Mas!"

"Maaf! Bukannya Mas nggak mau kasih kamu, Kalila!Tapi, semua uang keuntungan toko bulan ini sudah terlanjur Mas setorkan sama Ibu!" ucap Firman dengan wajah penuh penyesalan.

Kalila mendesah samar. Lagi-lagi, ia harus menelan kekecewaan. Sang suami tak pernah bisa adil terhadap dirinya dan juga sang Ibu mertua.

"Jangan marah, Kalila! Maaf, kalau Mas tidak bisa membuat kamu bahagia."

"Aku nggak apa-apa, Mas!" timpal Kalila. Wajah sedih Firman adalah kelemahan terbesarnya. Kalila tak pernah bisa membiarkan suaminya terlihat gagal sebagai suami.

"Sekarang, aku mau tidur sebentar. Boleh?"

"Tentu saja!" Angguk Firman dengan senyuman.

Kalila pun perlahan memejamkan mata. Sementara, Firman ikut berbaring disebelahnya sambil memeluknya dari belakang.

Hampir tiga puluh menit kemudian, dering ponsel membuat Firman terbangun. Buru-buru, pria itu mengangkat panggilan tersebut sambil memastikan sang istri sudah tertidur lelap.

"Aman!" ujar Firman setelah berusaha membangunkan Kalila namun perempuan itu tetap bergeming dengan posisi tidur menyamping, membelakangi Firman.

"Halo! Kenapa, Sayang? Uang kamu sudah habis? Oke, nanti Mas transfer lima juta ke rekening kamu. Jangan lupa, beli lingerie yang bagus karena besok Mas mau main sama kamu."

Degh!

Kalila yang tidak benar-benar tertidur mendengar semuanya. Tangannya mengerat memegang selimut yang dia gunakan.

"Apa kamu selingkuh, Mas?" gumam Kalila dalam hati.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Baru awal mampir aja udah langsung dibikin gregetan dan emosi jiwa bacanya 👍👍👍😡

2024-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!