menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Setelah kembali ke Akademi Tingkat Awal, Yara berjalan menyusuri jalan menuju asramanya. Ketika melewati kebun herbal yang sudah dirapikan, namun masih terlihat kosong, pikirannya melayang kembali ke percakapan para siswa yang menyebut tentang dua beast kecil.
Dia mencoba mengingat kondisi Baibai dan Zizi saat mereka kembali dari dunia luar. Tubuh mereka berdua dipenuhi lumpur, seperti habis melakukan sesuatu yang mencurigakan. Mungkinkah…?
Saat memikirkannya, kedua matanya membelalak.
Astaga! Jika ini benar ulah mereka berdua, lalu apa yang harus aku lakukan?
Dengan langkah cepat, dia menuju asramanya, berniat segera masuk ke dunia kecil untuk menginterogasi dua beast kontraknya itu.
Sesampainya di asrama, tanpa membuang waktu, dia segera memasuki dunia kecil dan mulai mencari kedua "penjahat kecil" tersebut. Namun, setelah melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka. Lalu, telinganya menangkap suara anak kecil yang sedang bertengkar di arah ladang herbal miliknya.
"Baibai, kamu yang melakukannya, jadi kamu juga yang harus menanamnya! Ini kan keinginanmu sendiri, bukan aku! Dan lagi, kalau wawa tahu perbuatanmu ini, aku tidak tahu apakah aku bisa lolos dari hukuman!" Xiao'zi berkata dengan nada kesal.
"Tapi aku melakukannya demi wawa! Lihatlah, ladang herbal di sini masih sangat luas. Jadi, meskipun aku menanam herbal hasil panen kemarin, lahan ini tetap tidak akan penuh. Dan lagi, tuan berjanji akan membuatkan aku pil hijau sebagai camilan. Tapi di ladang ini hanya ada beberapa bahan herbal, dan tuan belum menemukan yang lain." Xiao'bai menjawab dengan nada sedih.
Mendengar percakapan mereka, Yara mengingat kembali janji yang pernah dia buat untuk membuatkan pil hijau. Namun, karena kesibukannya, dia melupakan janji itu. Dia tahu dari ingatan masa lalu bahwa semua beast kontraknya sangat menyukai pil hijau, yang sebenarnya adalah pil khusus untuk beast. Pil ini tidak memiliki banyak efek selain sedikit menyerap energi langit dan bumi—lebih seperti permen gula bagi beast.
Yara mendekati mereka sambil berdehem.
"Ekhem. Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" tanyanya dengan wajah serius.
Dia merasa malu karena tidak menepati janji, yang membuat Xiao'bai berbuat sesuatu yang salah. Namun, dia berpura-pura tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Melihat tuan mereka tiba-tiba berada di belakang, kedua bola bulu itu serempak melompat dengan bulu berdiri. Mereka mencoba kabur, tapi Yara sudah lebih dulu menarik kedua telinga mereka.
"Heh, mau ke mana?" tanyanya dengan nada dingin.
"Tu-tuan, itu... eh, siapa bilang kami mau melarikan diri?" Xiao'bai menjawab ketus, mencoba bersikap tenang.
"CK. Aku tidak bilang kalian melarikan diri. Jadi, katakan apa yang kalian lakukan di sini? Dan kenapa kalian berdua terlihat kaget dengan kehadiranku?" Yara bertanya lagi, menahan tawa melihat tingkah mereka.
"It... itu... eh, tuanku yang Berharga, aku dan Zizi hanya sedang berdiskusi soal bagaimana kami membagi tugas untuk mengelola lahan herbal ini." Xiao'bai menjawab cepat, sambil berbalik ke arah Zizi dan mengedipkan sebelah matanya.
Zizi, yang mengerti kode itu, langsung mengangguk berkali-kali dan berkata, "Ya, wawa. Kami hanya membagi tugas untuk mengelola lahan ini," katanya dengan nada meyakinkan.
Yara tahu mereka sedang mencoba membohonginya. Dia merasa sedikit jengkel, namun juga geli melihat usaha mereka untuk melindungi satu sama lain.
"Heh," Yara mendengus lalu menunjuk tumpukan herbal di tanah. "Dari mana herbal-herbal ini berasal?"
Kedua bola bulu itu langsung membeku, tidak ada yang berani menjawab.
"Ku dengar ada kebun herbal di Akademi yang dijarah. Bahkan, penjahatnya tidak menyisakan sehelai gulma pun. Menurut kalian, apakah itu tidak berlebihan?" Yara berkata sambil berpura-pura tidak tahu.
Mendengar itu, kedua bola bulu semakin merasa bersalah. Mereka menundukkan kepala, membuat lingkaran dengan kaki kecil mereka, dan jelas-jelas tidak mau menatap Yara.
Melihat kelakuan mereka, Yara ingin mengetuk kepala keduanya, namun dia menahan diri. Dia melanjutkan dengan suara dingin,
"Dan ku dengar pelakunya adalah dua beast kecil. Sungguh, jika aku mengetahui siapa pelakunya, aku akan menyerahkannya ke pihak Akademi. Dan yang aku tahu, hukumannya sangat berat. Mungkin..."
Yara sengaja menggantungkan kalimatnya, menunggu reaksi mereka.
Saat Yara hendak melanjutkan ucapannya, kedua bola bulu itu dengan cepat melompat dan memeluk kakinya sambil menangis.
"Hu hu hu... Tuan yang berharga, maafkan kami! Tidak, maafkan aku saja! Aku yang melakukan ini, Zizi tidak bersalah. Akulah yang menjarah isi kebun Akademi. Tuan boleh menghukum Baibai, tapi jangan serahkan Baibai kepada orang lain! Hu hu hu..."
Xiao'bai menangis pilu, melanjutkan, "Tuan, Baibai janji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi! Baibai hanya ingin membantu tuan... Baibai hanya ingin tuan membuatkan kami pil hijau... Tuan, kalau ada yang salah, salahkan aku saja!"
Mendengar ucapan penuh penyesalan dari Xiao'bai, Xiao'zi merasa hatinya masam. Baibai memang seperti adik baginya. Di masa lalu, setiap kali Baibai berbuat kesalahan, Xiao'zi sering berpura-pura tidak melihat dan bahkan membantu menutupi jejaknya. Namun, kali ini berbeda. Xiao'bai dengan tulus mengambil tanggung jawab atas kesalahannya.
Yara menghela napas panjang. Dia tahu bola bulu kecil ini memiliki niat baik, meskipun cara mereka salah. Namun, ia tidak ingin melemahkan otoritasnya.
"Cih, aku tidak yakin dengan penyesalanmu, Baibai. Bukankah ini bukan pertama kalinya? Bagaimana menurutmu, Zizi?" tanya Yara, menatap tajam ke arah Xiao'zi.
Xiao'zi terdiam sejenak, lalu akhirnya berbicara. " wawa, bagaimana kalau kali ini dianggap sebagai kesalahan pertama? Di masa depan, aku janji akan menjaga Baibai dan mencegahnya melakukan hal buruk lagi." Ucapannya penuh rasa hormat dan tulus, mencoba meredakan ketegangan.
Yara mendengar tawaran Xiao'zi dengan ekspresi datar. Ia tahu ini adalah upaya negosiasi, tetapi memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.
"Baiklah," jawab Yara akhirnya. "Pisahkan masing-masing satu tangkai dari setiap jenis herbal yang kau jarah, Baibai." Ia menunjuk tumpukan herbal di tanah. "Saat malam tiba, kita akan mengembalikan tanaman-tanaman ini ke kebun."
Setelah memberikan instruksi, Yara mengeluarkan beberapa pot kecil berupa artefak penyimpanan. Pot ini dapat menampung tanah tanpa batas. Xiao'zi segera menggali tanah dari ladang herbal untuk mengisi pot, sementara Xiao'bai memilah tanaman sesuai perintah.
Yara, di sisi lain, pergi ke Ruang Alkimia di istananya. Ia mengambil cairan penyubur tanaman dari botol porselen yang tersimpan di rak dan memasukkannya ke dalam cincin penyimpanannya. Setelah selesai, ia kembali ke kebun kecilnya.
Ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam di dunia luar, Yara membawa kedua bola bulunya keluar menuju kebun herbal kelas Apoteker di Akademi. Setibanya di sana, ia memasang array pelindung untuk menyembunyikan pergerakan mereka.
"Zizi, taburkan tanah dari pot ke seluruh lahan. Tabur merata," perintah Yara. Xiao'zi langsung memulai pekerjaannya dengan serius.
"Baibai, tanam masing-masing dari setiap jenis herbal yang kau ambil. Beri jarak 100 meter di setiap barisnya," lanjut Yara kepada Xiao'bai, yang dengan penuh semangat melaksanakan perintah.
Dalam waktu 20 menit, keduanya selesai. Yara kemudian mencampur elemen air dengan cairan penyubur tanaman dan menyiram seluruh lahan herbal tersebut. Setelah semuanya selesai, Yara menarik kembali array-nya, lalu membawa kedua bola bulunya kembali ke dunia kecilnya.
Namun, tanpa sepengetahuan mereka, seseorang telah mengamati seluruh tindakan tersebut. Sosok itu adalah Patriarch Yun, pemilik Akademi.
Dari awal kejadian penjarahan, Patriarch Yun sudah mengetahui siapa pelakunya. Dia mengenali kedua bola bulu kecil itu. Namun, dia sengaja membiarkan muridnya, Yara, bertanggung jawab atas tindakan mereka. Melihat bagaimana Yara menebus kesalahan mereka, Patriarch Yun tersenyum tipis.
"Anak ini tidak mengecewakan," gumamnya sebelum menghilang ke dalam kegelapan.
Tak lama, terlihat jelas dengan waktu singkat. setiap herbal yang di tanam, tumbuh pesat dan memenuhi setiap lahan kosong.
Kembali ke Yara. Setibanya di asrama, mereka bertiga memasuki dunia kecil dan menuju kolam mata air spiritual untuk membersihkan diri.
Saat sedang berendam, Yara merasa perutnya sangat lapar. Ia baru menyadari bahwa dirinya hanya makan pagi bersama Jiaying dan belum sempat makan malam.
Setelah merasa cukup berendam, Yara masuk ke istana, mengganti pakaiannya dengan pakaian modern—celana pendek selutut dan kaos oblong hitam—lalu menuju dapur.
Karena dapurnya adalah dapur modern, semua bahan berasal dari dunia modern. Saat membuka kulkas dan melihat isinya, Yara merasa puas. Ia bisa memasak apa saja yang diinginkannya.
Ia mengambil ayam, sayuran, dan berbagai rempah. Namun, karena terlanjur lapar, Yara memutuskan untuk membuat ayam goreng dan capcai. Ia juga memasak nasi untuk dirinya sendiri.
Setelah memotong sayuran dan ayam, ia membuat sambal kecap yang akan dimakan bersama ayam goreng. Beberapa saat kemudian, masakan sederhana itu sudah siap. Yara memanggil kedua bola berbulu untuk mengambil bagian makanan mereka, lalu membawa makanannya sendiri ke depan TV. Ia juga mengambil bir untuk dirinya dan soda untuk kedua bola berbulu.
Karena tidak ada jaringan TV di dunia kecil, mereka hanya menonton video yang disimpan dalam memori laptop Yara. Video itu berisi banyak film populer dari dunia modern, termasuk film anak-anak. Demi kedua bola berbulu, Yara memutuskan untuk menonton film anak-anak.
Sambil menikmati makanan mereka, ketiganya tertawa melihat adegan-adegan lucu. Setelah selesai makan, Yara membersihkan peralatan makan, menyimpannya kembali, lalu bergabung lagi dengan kedua bola bulu di depan TV. Tanpa sadar, mereka bertiga tertidur hingga keesokan harinya.
Ketika Yara membuka mata, di dunia kecil sudah sore hari. Ia bangkit, mandi, lalu mengenakan jubah akademi. Setelah itu, ia memasak sarapan: sup iga sapi dengan perkedel kentang dan sosis untuk kedua bola bulunya. Namun, kali ini ia tidak membangunkan mereka dan hanya menyimpan makanan mereka. Ia makan sendiri, lalu membersihkan dapur sebelum meninggalkan dunia kecil karena di dunia luar sudah pagi.
Yara berjalan menuju kediaman sang tuan. Karena masih pagi, jalanan akademi tampak sepi, sehingga Yara tidak menghadapi banyak masalah. Setibanya di sana, ia mengetuk pintu gerbang sambil memanggil, tetapi tidak ada jawaban meski sudah mengetuk berkali-kali.
Akhirnya, Yara memutuskan untuk masuk ke halaman. Halaman itu tampak sangat sepi. "Hmm, ke mana tulang tua itu pagi-pagi begini?" gumamnya.
Saat melangkah lebih jauh, ia melihat papan IGO yang batunya telah tertata rapi di atas meja batu, serta jade slip biru di sampingnya. Yara mendekati meja, mengambil jade slip itu, dan menyuntikkan energi spiritualnya ke dalamnya. Ia mendengar pesan dari sang tuan, yang mengatakan bahwa ia pergi ke Hutan Kabut untuk menyusul kelompok putra mahkota yang menemukan sesuatu tentang hilangnya warga di Desa Mati.
Namun, di akhir pesan, sang tuan memberi peringatan tegas: sebelum mencapai terobosan Array Tingkat 6 Akhir, Yara tidak boleh meninggalkan akademi. Jika nekat menyusul, sang tuan mengancam akan memukul pantatnya hingga mekar.
Mendengar ancaman itu, wajah Yara dipenuhi garis-garis hitam. "Betapa tidak berperasaan nya dia!" pikir Yara kesal.
Tak ingin memikirkan ancaman itu lebih jauh, Yara menyimpan jade slip tersebut, lalu duduk di bangku batu untuk melanjutkan tugas yang ditinggalkan sang tuan. Beberapa saat kemudian, ia merasakan tanda-tanda akan mencapai terobosan. Ia segera menelan pil pemulihan untuk memulihkan energi Qi-nya yang cepat terkuras.
Tak lama kemudian...
Boom! Papan IGO bergetar hebat sesaat. Setelah menetralkan napasnya, Yara tersenyum puas. Akhirnya, ia berhasil mencapai level Array Master Tingkat 6 Akhir.
Setelah menyimpan kembali papan IGO, Yara meninggalkan halaman sang tuan.