Rebut Cinta, Hancurkan Pernikahan

Rebut Cinta, Hancurkan Pernikahan

Luka yang mengakar

Mika duduk sendirian di pojok taman sekolah, memeluk buku harian yang selalu ia bawa ke mana-mana. Tubuh gemuknya terbungkus seragam yang tampak ketat di bagian pinggang, dan rambutnya yang kusut tergerai tanpa ikatan rapi. Suasana di sekitar terasa hangat, tapi tidak ada yang mendekatinya. Mika sudah terbiasa dengan kesendirian. Bagi teman-teman sekelasnya, dia hanyalah objek ejekan.

Hari ini, Mika kembali menjadi korban kekejaman geng Dara. Terdiri dari Dara—sang pemimpin dengan senyuman licik—dan dua pengikut setianya, Nisa dan Farah, mereka adalah trio sempurna yang selalu tampil anggun namun penuh kebencian. Dara selalu menemukan cara untuk menghancurkan harga diri Mika. Nisa, dengan rambut lurus panjangnya, senang melontarkan sindiran tajam, sementara Farah sering terlibat dalam aksi-aksi keji dengan ekspresi tanpa rasa bersalah.

“Eh, Mika! Kamu mau ke kantin? Tapi… yakin masih muat lewat pintu itu?” ejek Nisa sambil tertawa terbahak-bahak.

Farah menimpali, “Kasihan banget, pasti kursinya di rumah banyak yang patah, ya?”

Tawa mereka menggema, menarik perhatian siswa-siswi lain yang melintas. Mika hanya menunduk, menahan air mata dan rasa malu.

Puncak penghinaan terjadi di suatu siang ketika Dara menemukan sesuatu yang paling berharga bagi Mika: sebuah surat cinta yang ia tulis untuk Antony, cowok paling populer di sekolah. Mika sudah lama menyukai Antony secara diam-diam, mengagumi senyumnya yang tulus dan sikapnya yang ramah. Sayangnya, dia tahu bahwa Antony tak akan pernah memandangnya.

Namun, harapan kecil itu hancur berkeping-keping saat Dara, Nisa, dan Farah menemukan surat itu di dalam tasnya saat jam istirahat. Mereka menarik Mika ke lorong sekolah, jauh dari pandangan guru, dan merampas suratnya. Mika memohon agar mereka mengembalikannya, tapi Dara hanya tersenyum penuh kemenangan.

“Lihat nih, Nisa. Ternyata si Mika suka sama Antony!” Dara memamerkan surat itu dengan mata berkilat-kilat penuh kesenangan.

“Astaga, kamu serius suka sama Antony? Dia bahkan nggak tahu kamu ada!” Farah tertawa sinis sambil melirik Mika dengan tatapan meremehkan.

Mika merasa seperti terhimpit. Tubuhnya bergetar, ingin menangis, tapi air matanya terasa tertahan di tenggorokan. Ia tahu Dara dan gengnya tak akan pernah melepaskannya begitu saja.

Keesokan harinya, Dara memutuskan untuk membuat hari itu menjadi kenangan yang tak akan dilupakan Mika seumur hidup. Saat jam olahraga berakhir dan seluruh sekolah berkumpul di lapangan, Dara naik ke atas panggung kecil di sudut lapangan dengan surat di tangannya.

“Teman-teman, hari ini kita punya hiburan spesial!” Dara berseru di depan mikrofon, menarik perhatian semua siswa. Mika yang berdiri di pinggir lapangan mendadak merasa tubuhnya lemas.

“Ada yang tahu kalau Mika kita yang manis ini ternyata punya cinta rahasia?” suara Dara bergema, dan semua mata tertuju pada Mika.

Jantung Mika berdegup kencang, ia berusaha mundur perlahan, tapi Nisa dan Farah sudah berdiri di belakangnya, mencegahnya kabur. Dara membuka surat cinta itu dengan penuh drama dan mulai membacakannya lantang.

“Dear Antony, setiap kali aku melihatmu, rasanya seperti dunia berhenti sejenak...” Dara menirukan suara lembut penuh kepalsuan, diiringi tawa penonton.

“Aku tahu kamu mungkin tidak akan pernah memperhatikanku. Tapi aku ingin kamu tahu, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu.”

Gelak tawa pecah di seluruh lapangan. Mika berdiri mematung, seolah tubuhnya tak lagi miliknya. Ia hanya bisa menatap Antony yang berada di tengah kerumunan, melihat senyum yang perlahan memudar dari wajah cowok itu saat dia sadar apa yang terjadi.

“Mika... ini beneran kamu?” Antony bertanya, setengah bingung dan setengah jijik.

Mika ingin berteriak, ingin menjelaskan bahwa dia tidak pernah bermaksud surat itu terbaca oleh siapa pun. Tapi suara Dara lebih cepat.

“Ya, Antony. Bayangin aja, Mika beneran mikir dia punya kesempatan sama kamu!” Dara tertawa keras, diikuti oleh Nisa dan Farah.

Saat itu, dunia Mika runtuh. Rasanya seperti seluruh sekolah bersatu untuk menertawakannya. Setiap tawa terdengar seperti pisau yang menusuk hatinya. Mika berlari meninggalkan lapangan, air matanya mengalir deras, tapi suara ejekan itu terus membuntutinya.

Ia bersembunyi di toilet perempuan, duduk di lantai dingin dengan tubuh berguncang. Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran gelap. “Kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus terlahir sebagai diriku?” Mika memukul-mukul dadanya sendiri, berharap rasa sakit di dalam hatinya bisa lenyap.

***

Mika berdiri di depan cermin kamar tidurnya. Tubuhnya terasa berat, bukan hanya karena bobotnya, tapi juga beban ejekan dan rasa malu yang terus menghantuinya. Ia menatap bayangannya—gadis dengan pipi tembam, tubuh gemuk, dan kulit wajah yang dipenuhi jerawat. Mata kecilnya tampak sayu di balik bingkai kacamata yang sudah sedikit usang. Rambutnya yang berantakan membuatnya semakin terlihat kusam.

Mika memegang perutnya, meremas lemak yang bergelambir di sana dengan penuh benci. “Kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku nggak bisa cantik seperti Dara dan teman-temannya?” bisiknya pada diri sendiri. Ia menggigit bibir hingga terasa perih, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar.

Rasa jijik yang ia rasakan pada dirinya sendiri semakin menguat. Setiap ejekan dari geng Dara seolah berputar kembali dalam pikirannya. Kata-kata mereka seperti cermin lain yang memantulkan segala kekurangan dirinya—bukan hanya tubuh, tapi juga harga diri yang semakin rapuh.

Malam itu, Mika memutuskan sesuatu. Besok aku akan datang lebih pagi. Aku nggak mau ketemu mereka lagi. Ia berharap dengan menghindari Dara, Nisa, dan Farah, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang harus ia tanggung setiap hari.

***

Keesokan Paginya

Mika bangun lebih awal dari biasanya. Mata sembabnya belum sepenuhnya pulih, tapi dia tak peduli. Ia mengambil tas sekolah dan bergegas keluar rumah. Jalanan masih sepi, langit berwarna abu-abu muda, menandakan matahari baru saja muncul dari peraduannya.

Sesampainya di sekolah, Mika merasa sedikit lega. Koridor-koridor masih kosong. Tidak ada Dara dan gengnya. Tidak ada tawa mengejek. Tidak ada tatapan merendahkan. Ia menarik napas dalam-dalam, seolah udara pagi itu memberinya sedikit kekuatan untuk bertahan sehari lagi.

Namun, harapan Mika hancur seketika ketika ia memasuki ruang kelas. Di mejanya, ia menemukan sesuatu yang membuat jantungnya serasa berhenti.

Sebuah poster besar terpampang di papan tulis, menampilkan foto Mika yang diambil secara diam-diam saat dia duduk sendiri di taman sekolah. Di foto itu, dia sedang makan roti dengan ekspresi canggung, dan di bagian bawah poster tertulis besar-besar:

“Kontestan Lomba Makan Terbanyak: Mika vs Kuda Nil, Siapa Menang?”

Terpopuler

Comments

Jihan Hwang

Jihan Hwang

aku mampir kak, masih nyimak...
mampir juga dikaryaku ya kak jika berkenan/Smile//Pray/

2024-11-16

0

BEATRICX 🕊️

BEATRICX 🕊️

jangan lupa follow back yaaa 🙏

2024-11-13

0

bellis_perennis07

bellis_perennis07

hadiiir... jangan lupa mampir.. 🥰🥰

2024-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Luka yang mengakar
2 Kepergian yang membekas
3 Mulai dari awal
4 Wajah Lama
5 Iri dengki
6 Malam Reuni
7 Momen pertemuan yang dinanti
8 Pertemuan Pandang
9 Bara Kecemburuan di Tengah Kemewahan
10 Tatapan dan Senyuman yang Mengusik
11 Di Balik Kehidupan yang Sempurna
12 Membangun Jembatan
13 Langkah Baru
14 Izin orang tua
15 Pesan yang mengganggu
16 Pertemuan yang Tak Terelakkan
17 Malam Mewah dan Godaan Halus
18 Malam yang berapi api
19 Rencana apa yang dia pikirkan
20 Kebimbangan Raka dan Ambisi Mika
21 Di Antara Keraguan dan Kejujuran
22 Pertemuan Tak Terduga dengan Raka
23 Pesan yang Mengusik
24 Godaan Berbahaya
25 Debar yang Tak Terhindarkan
26 Kebenaran yang Mengintai
27 Kehadiran Tak Terduga
28 Bukan sembarangan pria
29 Gosip Panas di Malam yang Larut
30 Kecemburuan
31 Kecurigaan yang membuat terpecah
32 Mengabaikan semuanya demi bersamanya
33 Di abaikan
34 Pengintaian
35 Berjanji
36 Malam mengesankan
37 Kebimbangan Hati
38 Tidak terduga
39 Tidak Percaya Diri
40 Kau tidak akan lepas dariku
41 Rayuan maut
42 Kegelisahan
43 Kecurigaan yang mudah di tutupi
44 Kecemburuan yang salah
45 Liburan
46 Bermain Belakang
47 Gangguan
48 Kepedulian
49 Kau sangat penting
50 Bertemu Teman Lama
51 Makan Malam Berkesan
52 Permainan Antony
53 Rasa penasaran Raka
54 Raka mengetahui ?
55 Meminta penjelasan
56 Kekhawatiran
57 Coklat yang sama
58 Melanggar perjanjian
59 Kesedihan di atas kebahagiaan
60 Perhatian Raka
61 Kepingan Rahasia
62 Penghianatan
63 Rayuan Maut Lelaki
64 Kebetulan yang bagus
65 Makan Malam Menegangkan
66 Janji Kosong
67 Jejak Lipstik
68 Melabrak
69 Pembelaan
70 Terulang Kembali
71 Menusuk Teman
72 Kepalsuan
73 Permintaan Maaf
74 Penolakan
75 Siapa Itu?
76 Menyelidiki
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Luka yang mengakar
2
Kepergian yang membekas
3
Mulai dari awal
4
Wajah Lama
5
Iri dengki
6
Malam Reuni
7
Momen pertemuan yang dinanti
8
Pertemuan Pandang
9
Bara Kecemburuan di Tengah Kemewahan
10
Tatapan dan Senyuman yang Mengusik
11
Di Balik Kehidupan yang Sempurna
12
Membangun Jembatan
13
Langkah Baru
14
Izin orang tua
15
Pesan yang mengganggu
16
Pertemuan yang Tak Terelakkan
17
Malam Mewah dan Godaan Halus
18
Malam yang berapi api
19
Rencana apa yang dia pikirkan
20
Kebimbangan Raka dan Ambisi Mika
21
Di Antara Keraguan dan Kejujuran
22
Pertemuan Tak Terduga dengan Raka
23
Pesan yang Mengusik
24
Godaan Berbahaya
25
Debar yang Tak Terhindarkan
26
Kebenaran yang Mengintai
27
Kehadiran Tak Terduga
28
Bukan sembarangan pria
29
Gosip Panas di Malam yang Larut
30
Kecemburuan
31
Kecurigaan yang membuat terpecah
32
Mengabaikan semuanya demi bersamanya
33
Di abaikan
34
Pengintaian
35
Berjanji
36
Malam mengesankan
37
Kebimbangan Hati
38
Tidak terduga
39
Tidak Percaya Diri
40
Kau tidak akan lepas dariku
41
Rayuan maut
42
Kegelisahan
43
Kecurigaan yang mudah di tutupi
44
Kecemburuan yang salah
45
Liburan
46
Bermain Belakang
47
Gangguan
48
Kepedulian
49
Kau sangat penting
50
Bertemu Teman Lama
51
Makan Malam Berkesan
52
Permainan Antony
53
Rasa penasaran Raka
54
Raka mengetahui ?
55
Meminta penjelasan
56
Kekhawatiran
57
Coklat yang sama
58
Melanggar perjanjian
59
Kesedihan di atas kebahagiaan
60
Perhatian Raka
61
Kepingan Rahasia
62
Penghianatan
63
Rayuan Maut Lelaki
64
Kebetulan yang bagus
65
Makan Malam Menegangkan
66
Janji Kosong
67
Jejak Lipstik
68
Melabrak
69
Pembelaan
70
Terulang Kembali
71
Menusuk Teman
72
Kepalsuan
73
Permintaan Maaf
74
Penolakan
75
Siapa Itu?
76
Menyelidiki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!