Mayra begitu bahagia dijodohkan dengan pria pilihannya, akan tetapi harapannya dicintai harus pupus dan kandas. Rayyan Atmadja sangat membenci Mayra namun dirinya enggan untuk melepaskan.
Apakah Mayra mampu mempertahankan dan membuat Rayyan mencintainya atau Mayra lama-lama menjadi bosan lalu meninggalkan pria pilihannya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Wanita Kurir
Mayra memegang pipinya, Rayyan yang kesal dengan perkataan Mayra menamparnya begitu keras.
"Aku tidak menyuruhmu untuk membantah!" Rayyan menunjuk wajah Mayra dengan amarah.
Mayra hanya tertunduk menahan rasa sakit di hati dan pipi.
"Cepat pergi ke dapur dan bersihkan seluruh ruangan di rumah ini!" perintah Rayyan.
Mayra bangkit dan berdiri, ia lalu melangkah menuju dapur.
Selang 2 jam kemudian, Mayra melangkahkan ke kamar. Setelah melakukan pekerjaan, Mayra membersihkan diri dan bersiap istirahat. Baru saja mengambil handuk, terdengar suara gedoran pintu dan memanggil namanya. Mayra pun siap-siap membukanya.
"Belikan aku buah-buahan di depan jalan komplek!" titah Rayyan.
"Buah-buahan masih banyak di lemari es, Mas. Mau aku ambilkan?" tawar Mayra.
"Aku mau buah-buahan segar bukan yang dingin," kata Rayyan.
"Aku akan membelinya tapi setelah mandi," ucap Mayra.
"Aku mau sekarang, cepat belikan!" perintah Rayyan.
"Baiklah!" Mayra pun meletakkan handuknya kembali ke rak baju lalu keluar.
Rayyan memberikan beberapa lembar uang.
"Mau dibelikan buah apa saja?" tanya Mayra.
"Buah kiwi, naga merah dan apel hijau," jawab Rayyan. "Kamu tidak boleh pulang sebelum mendapatkan itu semua," lanjutnya.
Mayra mengangguk mengiyakan.
Dengan berjalan kaki Mayra menyusuri jalanan mencari buah sesuai yang diminta Rayyan. Sudah sejam lebih Mayra berkeliling namun ada satu jenis buah belum didapatkannya.
"Di mana aku harus mencari buah itu?" gumam Mayra.
Mayra pun bertanya-tanya kepada para pedagang, mereka mengusulkan untuk mencari buah kiwi di supermarket.
Mayra akhirnya memutuskan untuk berjalan mencari buah tersebut di sebuah pusat perbelanjaan meskipun dirinya harus berjalan kaki 1 jam.
Sesampainya di sana, Mayra segera mencari buah kiwi dan membayarnya. Ia pun bergegas buru-buru pulang karena hari juga mulai mendung.
Mayra yang tak hati-hati ketika menyeberang, sejenak langkahnya terhenti. Sebuah mobil hampir saja menabraknya.
Mayra terdiam memegang dadanya dan kantong buah-buahan yang dipegangnya terlepas dari tangannya membuat isinya tumpah. Mayra tak ingin dimarahi Rayyan memungutnya dengan cepat.
"Apa kamu baik-baik saja?"
Mayra mendongakkan wajahnya, seorang pria membantunya memasuki buah-buahan ke dalam kantong plastik.
"Maaf, sudah membuat buah-buahan ini menjadi kotor."
"Tidak apa-apa," ucap Mayra tersenyum.
Buah-buahan yang kotor telah terkumpul di dalam kantong plastik, Mayra pun bergegas pergi.
"Tunggu!" pria itu mengejar langkah Mayra. "Bagaimana jika aku antar pulang?" lanjutnya menawarkan.
"Terima kasih, saya bisa jalan saja," kata Mayra sekilas menatap.
Pria itu menghentikan langkahnya dan membiarkan Mayra berlalu begitu saja namun pandangannya tetap melihatnya dari jauh.
Mayra tiba di rumah saat hujan mulai turun. Tak mau Rayyan memarahinya, Mayra segera mencuci buah-buahan di air yang mengalir.
"Lama sekali? Di mana kamu membelinya?" tanya Rayyan membuat Mayra tersentak kaget.
Mayra membalikkan badannya dan menjawab, "Ada buah yang harus ku beli di supermarket."
"Oh," ucap Rayyan.
"Apa Mas Rayyan ingin memakan buah-buahannya sekarang?" tanya Mayra.
"Ya, potongkan buah-buahan itu," jawab Rayyan.
Selang beberapa menit kemudian, Mayra menghidangkan potongan buah-buahan yang dibelinya di atas meja kerja Rayyan.
"Ada lagi yang Mas Rayyan butuhkan?" tanya Mayra sebelum dirinya mandi.
"Tidak," jawab Rayyan tanpa menatap, matanya fokus ke arah laptop.
Mayra pun berlalu.
***
Esok harinya, Mayra kembali diberikan tugas oleh Rayyan mengantarkan beberapa helai pakaiannya ke kantor padahal Rayyan bisa saja menyuruh sopir mengambilkannya namun Rayyan ingin membuat Mayra menyerah.
Mayra sampai di kantor Rayyan pukul 10 pagi, ia pun bergegas mengantarkannya ke ruangan suaminya.
"Ini pakaian yang Mas Rayyan minta!" Mayra meletakkan paper bag di atas meja kerja.
"Silahkan kembali pulang!" ucap Rayyan.
Tanpa berbicara sepatah katapun lagi, Mayra lantas keluar dari ruangan suaminya. Ia turun ke lantai bawah menggunakan lift karena Rayyan sudah mengizinkannya.
Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Di hadapannya pria yang hampir menabraknya melemparkan senyuman.
"Hei, ternyata kita jumpa lagi!"
Mayra hanya membalasnya dengan senyuman singkat kemudian melangkah.
"Tunggu, aku belum mengenal namamu. Apa kamu bekerja di sini juga?" tanya pria itu.
"Tidak, aku hanya seorang kurir," jawab Mayra asal dan terus berjalan.
"Siapa namamu?" tanya pria itu lagi.
Mayra tak menjawab.
"Namaku Radit," ucapnya.
"Salam kenal, Radit. Kalau begitu aku duluan!" Mayra kemudian mempercepat langkahnya.
-
Di ruangan kerja Rayyan....
Radit duduk di sofa khusus tamu, di sana ia terus tersenyum meskipun sedang tidak bicara.
"Sepertinya ada yang lagi jatuh cinta?" tebak Rayyan menutup laptopnya.
"Entahlah, aku tidak tahu apa sedang jatuh cinta atau bukan," kata Radit.
"Memangnya bertemu di mana?" tanya Rayyan penasaran lantas berdiri dan berjalan menghampiri temannya.
"Aku tidak sengaja bertemu dia depan lift," jawab Radit.
"Apa dia karyawan perusahaan ini?" tanya Rayyan.
Radit menggelengkan kepalanya.
"Tamu di kantor ini?" Rayyan coba menebak.
"Tidak, dia bilang hanya seorang kurir," jawab Radit. "Tapi, menurutku dia pasti berbohong. Karena aku tak melihat dia berpakaian seperti kurir," lanjutnya.
"Siapa namanya?" tanya Rayyan.
"Dia tidak memberitahunya," jawab Radit.
"Mungkin dia tahu jika dirimu tak pernah serius dengan seseorang makanya enggan memberitahu namanya," celetuk Rayyan seraya tertawa kecil.
"Hei, aku selalu serius dengan wanita. Dia saja yang mengkhianati ku," ucap Radit.
"Seandainya waktu itu kamu cepat melamar dan menikahinya pasti dia takkan selingkuh," kata Rayyan.
"Ya, aku juga salah terlalu lama membiarkan dirinya menunggu. Tapi, dia tak seharusnya menduakan ku," ucap Radit.
"Benar juga," kata Rayyan setuju.
"Tapi, tenang saja kali ini aku sudah menemukan penggantinya dan ku pastikan takkan melepaskannya," ucap Radit tersenyum.
"Si wanita kurir itu?" tebak Rayyan.
"Ya, tepat sekali!" ucap Radit tersenyum.
"Semoga saja kamu bertemu dia lagi dan berjodoh," kata Rayyan.
"Ya, semoga saja," harap Radit.
-
Mayra tiba di rumah menjelang makan siang. Beristirahat sejenak lalu lanjut memasak. Hari ini dirinya sangat begitu lelah karena semalaman tak dapat tidur nyenyak memikirkan ibunya yang sudah lama tak dikunjunginya ditambah Rayyan selalu memberikan tugas.
Selang 20 menit kemudian, Mayra menikmati masakannya sembari menonton televisi. Dia berharap Rayyan tak menghubunginya lagi, meskipun ia begitu sangat senang bertemu dengan suaminya.
Selesai mengisi perutnya, Mayra mencuci piring dan peralatan masaknya lalu lanjut menonton. Tanpa terasa matanya berat dan ia pun tertidur di sofa.
Mayra terbangun menjelang sore hari, ia tampak kebingungan karena dirinya sudah berada di dalam kamar Rayyan. "Kenapa aku bisa di sini?" gumamnya.
"Oma Salsa malam ini menginap di sini," kata Rayyan yang baru saja selesai mandi, tubuhnya hanya dibalut handuk.
Mayra segera menutup matanya melihat tubuh Rayyan setengah terbuka.
"Aku tidak mengambil kesempatan, jangan besar kepala. Aku terpaksa membawamu ke kamar ini karena tak ingin Oma Salsa curiga," jelas Rayyan.
"Berarti aku harus tidur di sini bersama Mas Rayyan?" tanya Mayra.
"Ya, tapi tidak seranjang," jawab Rayyan.
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜