Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertengkaran
perdebatan masih terus berlanjut Ilham semakin memaki Ayana membuat hatinya sakit.
"untuk menggoda siapa kau berdandan cantik di acara ulang tahun Marta, dan di di hadapanku kamu tidak pernah berdandan seperti itu." Ilham meninggikan suaranya.
"siapa kamu?, apa hak kamu mengatur kehidupanku, terserah aku mau menggoda siapa pun bahkan adikmu sekali pun."
"kurang ajar, apa kamu kurang dengan uangku? Hah, dengan kemewahan yang aku berikan, hah,"
"aku sama sekali tidak butuh uang mu dan aku tidak butuh kemewahan ini, aku hanya ingin hidup damai seperti dulu ketika aku pertama mengenal mbak Marta dengan kontrak menjadi ibu surogasi, bukan kau paksa aku untuk selalu melayani hasratmu sampai aku mengandung anakmu."
"Sudah mulai Berani kamu menjawab kata-kata ku.?"
Ilham berteriak membuat Ayana ketakutan dia menutup telinganya dengan kedua tangan sambil memejamkan mata berjongkok di bawah ranjang.
"stop mendekati Niko, kamu itu bekas aku, gak pantas untuk Niko, faham?." suaranya menyeruak memenuhi langit-langit kamar, mungkin juga akan terdengar ke ruangan lain.
Ayana menatap lekat Ilham, kata-katanya membuat Ayana murka,
Dia berdiri, menangis sejadi-jadinya kakinya gemetar, tangannya meraba mencoba meraih apa yang bisa dia pegang untuk menopang tubuhnya.
Nihil, tidak ada yang bisa dia pegang, mencekram samping bajunya kuat, tanpa sadar bahkan dia mencekram sampai ke kulit pinggangnya.
Ayana menyakiti dirinya sendiri karna tidak sanggup menahan sakit di hatinya.
"ucapan mu seperti ular berbisa bagiku," tangan Ayana gemetar menuding Ilham, " kau seperti memakan daging lalu memuntahkannya kembali, lantas siapa yang akan mau mengambil muntahan itu, sama seperti aku,," Ayana berteriak keras "siapa yang mau dengan barang bekas sepertiku, kau hancurkan martabat seorang gadis yang menjaga kesuciannya,"
"apa? Kau cemburu terhadapku karna aku memakai riasan saat ke pesta kemarin, kau cemburu saat pria lain menatap ku, apa kamu tidak pedulikan tentangku dengan susah payah aku datang ke pesta, kamu gak akan tau itu, kamu gak peduli kan sama aku." Ayana terus menangis , suaranya gemetar meluapkan semua emosinya.
Ilham sama sekali tidak bergeming dia mulai mencerna setiap perkataan Ayana.
"Siapa yang mau barang bekas sepertiku." berteriak sekerasnya menghabisi sisa-sisa energi di dalam tubuhnya,
berteriak lagi dan lagi berteriak sekeras mungkin, frustasi dengan apa yang Ilham katakan,
"demi tuhan dari awal aku tidak ingin di sentuh olehmu, aku hanya ingin bekerja untuk menghasilkan uang"
Suaranya lirih, sesegukan, mengatur nafas yang masuk ke dalam rongga kerongkongan, agar calon anaknya bisa mendapatkan oksigen dengan baik.
Ilham tidak berkata apa-apa, tiba-tiba terlintas di kepalanya suara ibunya yang mengatakan jangan pernah menyakiti hati ibu hamil karna ibu yang happy akan menghasilkan anak yang cerdas, begitu katanya.
"Ayana," lirih,
Gadis itu masih bergumam dengan emosinya, entah apa yang dia katakan, tidak terdengar jelas kata-katanya, seperti orang yang sedang kumur-kumur.
Ayana mengambil bantal lalu melemparnya dengan keras sekuat tenaga yang tersisa, ke wajah Ilham tapi pria itu sama sekali tidak ada pergerakan , baginya lemparan itu ibarat tisu yang berterbangan.
Berteriak sekerasnya menyisakan sesak di dada,
Ilham memeluk erat tubuh Ayana.
"maaf, maafkan aku yang menyakiti hatimu,"
Masih dengan pelukannya, dan Ayana sepertinya tidak berontak, tubuhnya lunglai habis sudah energinya, hanya menyisakan sesegukan kecil yang masih keluar dari mulutnya.
"Aku minta maaf" ucap Ilham sambil mencium kening Ayana, "maafkan aku menyakiti hatimu, tak seharusnya aku berkata seperti itu padamu"
"lepas mas, aku tidak ingin disentuh oleh mu, aku ga mau di cap sebagai pelakor,"
"Sttttttt " Ilham menaruh telunjuknya di bibir mungil Ayana, "tidak ada yang akan menyebutmu seperti itu, apa pun yang akan terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku janji" Ilham masih dalam posisi memeluk Ayana.
"Tidak mas, aku mohon, kita akhiri hubungan ini, lupakan aku seperti dulu saat kita menjadi orang asing"
"tidak, aku akan mempertahankan mu apapun yang akan terjadi,"
Ilham mencium setiap inci wajah Ayana, dia benar-benar tidak bisa kalau tidak terpesona oleh kenikmatan tubuh Ayana,
Ayana terbaring di atas kasur bertumpu dengan selimut tebal, sepanjang hari setiap detik isi perutnya membuat dia sangat payah.
"Aku lelah mas"
perutnya semakin membesar, kini usia kandungannya enam bulan, dan nanti sore adalah jadwalnya periksa kandungan.
Aku akan bermalam di sini bersama mu, menemani mu sepanjang waktu." mencium lagi dan lagi,"
"Ayana" suara Ilham seperti tertahan, " kenapa aroma tubuhmu membuatku candu,"
Ilham naik ke atas tempat tidur, berbaring di samping Ayana, menepuk lengannya mengisyaratkan agar gadis itu menggeser tubuhnya, ke dalam pelukannya.
Ayana menggeser perlahan, tubuhnya benar-benar lemah.
Membenamkan wajahnya di dada bidang Ilham, memeluknya erat menghilangkan semua beban kehidupan.
"kenapa lemas sekali, apa kamu belum makan?" tanya ilham lembut mencium rambutnya menikmati aromanya.
"belum, aku malas masak, malas turun ke bawah"
Ilham bangun terkejut mendengar Ayana belum makan.
"kaun kan bisa memesannya, lalu mereka akan mengantarkan ke depan pintu,"
"Iya mas aku malas tadi, hanya ingin bersantai di tempat tidur."
"Kau ingat ya, di dalam perutmu ada gen Abuzar, kalau sampai darah dagingku kelaparan kau yang akan aku habisi,"
"Ya aku tau itu, kamu hanya memperdulikan anak mu," membuang wajah ketus, "mana pernah kau memperdulikan aku kan, setelah anak lahir, aku akan memberikan padamu dan aku akan pergi tanpa sepeser apapun." tersedu.
"Heeeeyyy," menaikan suaranya. "kau suka ya melihatku marah,hah, kalau aku tak peduli dengan mu, tak akan aku pecat pegawai sialan yang mendorongmu malam itu, dan aku pecat dia pada malam yang sama."
"apa" Ayana teriak kaget, " aku gapapa ko mas, lagian ada Niko yang menolongku," mengingat kejadian malam itu.
"tidak, dia kasar terhadap perempuan aku tidak suka itu, apa lagi orang yang dia dorong adalah kamu dan ada darah dagingku di dalamnya."
"tapi mas, kasian pasti dia punya keluarga yang harus di nafkahi,"
"Perusahaan ku sangat menjunjung etika dan moral, lebih menghormati yang lebih tua dan para wanita-wanita, apa lagi wanita hamil, semua peraturan itu telah di baca dan di tanda tangani oleh karyawan yang ingin bekerja denganku, dan kamu jangan hawatir staf ku sudah memeriksa latar belakang karyawan sebelum menerimanya bekerja."
"Wah, perusaan mu keren ya, seperti perusahaan raksasa, hehe" Ayana tertawa dengan kalimat nya raksasa.
"maksudmu apa dengan kata raksasa, aku tidak pernah mengambil paksa perusahaan lain dan mempekerjakan orang dengan manusiawi."
"Bukan seperti ibu mas, maksudku, perusaan mu sangat besar mewah bahkan ke hebatan mu terdengar sampai negara tetangga."
aku tanpa karyawanku bukan lah apa-apa, mangkanya aku sering memberikan mereka bonus dan cuti, sudah lah kenapa mengurusi perusahaan ku, jelas-jelas anakku sudah kelaparan di dalam sana,"
Mengusap lembut perut Ayana di ciumnya,
Baiklah kita pesan makanan sekarang biarkan mereka mengantarkan makanan.
Tak lama kemudian yang di pesan telah tiba sesuai yang diinginkan, Akhirnya mereka makan dengan tenang dan lahap.