Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Alena baru saja keluar dari salah satu bilik di toilet siswa perempuan. Gadis itu tersentak saat seseorang menarik dirinya menuju pojok ruangan.
"Dimana dia?"
Alena tersenyum manis, meskipun jujur ia tak pernah berinteraksi dengan sosok di hadapannya saat ini tapi Alena dapat mengingat dengan jelas siapa dia.
"Ada, hanya saja kondisinya tidak baik baik saja."
Orang tersebut semakin memojokkan Alena. "Bukan itu, gue nanya dimana tapi lo malah jawab keadaan dia. Gue gak peduli keadaannya walau dia mati sekalipun."
"Kamu kejam banget sama saudara sendiri juga, malah kandung lagi." Alena terkekeh kecil diakhir ucapannya.
"Jangan buang waktu gue Alena."
"Iya iya, ini aku jelasin." Alena segera menceritakan semua pada orang tersebut. Tak ada yang ia tutup tutupi sedikitpun.
orang itu tersenyum miring setelah mendengar cerita Alena. "Bagus gue suka sama hasil kerja lo, satu lagi ini saat yang tepat Alena. Jangan sia siakan waktu ini, lo harus segera lakukan apa yang di perintahkan dia, paham?"
Alena mengangguk. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan."
Alena mendorong sosok yang menghalangi jalannya. "Kamu tenang aja, setelah ini bakal ada kabar gembira dari aku."
~-----~
Tok
Tok
Tok
"Gak usah sok sopan, biasanya juga nyelonong masuk seenaknya."
Julian menggigit bibir bawahnya menahan tawa, Arthur jika sudah mode seperti ini pasti ada yang diinginkan dari Julian.
Julian melihat Arthur yang menutup laptop miliknya. Akhir akhir ini Arthur memang tidak begitu gila bekerja seperti dulu, dan Julian tahu apa penyebabnya.
"Lo mau nanya apa?" Alis Julian naik turun sembari tersenyum jahil pada Arthur. "Bocah itu lagi?"
Melihat Arthur yang memejamkan mata Julian pasti sudah tahu jawabannya. Tapi ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh di sia-siakan.
"Gue gak mau jawab, karena lo pasti gak mau ikutin saran gue kan? Lo cuman nanya doang trus kalo gagal gue yang salah, gak intiny-"
"Lo mau apa?"
Nah, ini dia yang paling Julian senangi dari seorang Arthur. Kalau sudah begini Julian tidak mungkin akan menolak. Tapi, ia tidak boleh terlihat sangat mudah di pancing meskipun Arthur adalah sahabatnya.
"Gue dengar dengar Ducati baru aja mengeluarkan produk baru, katanya sih bagus banget lo gak gue."
"Beli apapun yang Lo mau." Arthur mengeluarkan dompet di sakunya kemudian menyerah black card pada Julian. Arthur sebenarnya sudah tahu niat Julian yang sangat pasaran baginya. Arthur hanya ingin tahu apa yang Julian inginkan itu saja.
Julian menggaruk tengkuknya, kalau sudah begini apa yang bisa dilakukan? Kata orang rejeki gak boleh di tolak. "Lo sih dermawannya kelewatan kan gue jadi gak enak sama lo."
Wajah Arthur yang semula datar jadi semakin datar karena Julian. Kata katanya tidak sesuai dengan tangan Julian yang sudah menyimpan black card Arthur dalam saku jasnya.
"Jadi Lo mau nanya apa?" Julian sudah pada mode serius kali ini. Ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan jadi sekarang dia harus melaksanakan tugasnya.
"Gimana cara menaklukkan seorang gadis?"
Seketika Julian menjatuhkan rahang. Tidak percaya, itu adalah kata yang terlintas dalam otak Julian kali ini. Tapi di sisi lain ia sangat ingin menertawakan Arthur yang berubah dalam sekejap hanya karena seorang gadis.
"Nah, kalo ini Lo konsultasi sama dokter yang tepat." Julian tidak boleh tertawa, ia mati matian menahan tawa meskipun bibirnya sedari tadi bergetar.
Julian berhenti tertawa saat melihat tatapan Arthur yang semakin tajam padanya. Ia lantas memperbaiki posisi duduknya, kali ini Julian dapat bersikap sombong pada Arthur. Lihat, akhirnya sikap manisnya pada perempuan selama ini berguna juga.
"Cepat."
"ckk iya iya, gak sabaran banget sih lo jadi orang." Arthur sungguh jengah dengan Julian. Tapi saat ini dia sangat membutuhkan saran dari manusia seperti Julian ini.
"Jadi, kalo lo mau menaklukkan gadis apalagi masih bocah seperti Clara lo harus-"
Drrrrrttttttt
Arthur melirik ponselnya yang bergetar. "Sebentar."
Arthur segera menjauh dari Julian. Arthur tidak mau sahabatnya itu menguping ceramah dari mommy nya untuk Arthur.
"Halo mom."
"Astaga, Arthur akhirnya setelah berabad-abad lamanya mommy bisa dengar suara kamu lagi. Anak durhaka, sudah berapa lama kamu tidak pulang? Mommy gak mau tau pokoknya kamu malam ini harus pulang. ke mansion. Titik."
"Tapi mommy gak lagi aneh aneh kan?"
Arthur sangat malas pulang ke mansion karena jaraknya yang lumayan jauh. apalagi mommy nya sangat suka memperkenalkan gadis gadis yang merupakan anak teman temannya.
"Kamu kenapa sih, anti banget sama mereka? Kamu gak belokkan Arthur?"
"Gak mommy, cuman Arthur udah punya pilihan sendiri."
Arthur tidak mau di jodohkan lagi, bagaimanapun dia harus menghentikan kebiasaan mommy nya yang menurut Arthur sangat aneh. Padahal sang mommy melakukannya karena khawatir pada Arthur yang tidak pernah dekat dengan gadis manapun.
"Kamu udah punya pilihan sendiri? Tapi kamu gak kasih tau mommy. Gak bisa dibiarkan, kalo gitu nanti malam mommy tunggu kamu pulang dan jangan lupa bawa pilihan kamu itu."
"Mommy, gak bisa-"
"Gak ada bantahan, awas kamu jangan sampai mommy cari tahu sendiri."
Tuttttt
Arthur memejamkan mata karena kepalanya mendadak pusing. Entah bagaimana caranya Arthur agar berhasil membawa sosok yang diinginkan mommy nya.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya