Cek visual di tiktok @author.saras.wati ❤️
Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaum Umbi-umbian
Leo melipat kedua tangan nya seraya memperhatikan Arra dan teman-teman nya yang sedang mengerjakan tugas kuliah. Saat ini mereka semua sedang berada di coffe shop yang tak jauh dari kampus.
Arra dan Gladys tampak fokus mengetik di laptop mereka. Sedangkan Rehan dan Bobby terlihat gugup dan sesekali melirik Leo yang sedari tadi terus menatap kearah mereka.
Gladys menyadari jika kedua pemuda di hadapan nya itu terlihat tidak fokus.
"Kalian kenapa?" tanya Gladys yang bergantian melihat Rehan dan Bobby.
Rehan menggelengkan kepalanya, "nggak apa-apa kok. Ayo, lanjut lagi."
Gladys sempat heran melihat tingkah aneh kedua laki-laki itu. Tapi setelahnya ia kembali fokus ke laptopnya dan melanjutkan tugas nya.
Mau tau apa penyebab Rehan dan Bobby menjadi tidak fokus mengerjakan tugas mereka? Jawaban nya jelas karena Leo menatap tajam kearah mereka berdua sejak datang hingga saat ini. Bahkan wajah datar Leo membuat Rehan dan Bobby merasa takut.
"Leo, kamu jangan natap mereka kayak gitu dong." tegur Arra yang akhirnya menyadari kegelisahan kedua teman laki-laki nya tersebut.
Leo menoleh kearah Arra, "memang gue harus ngeliat mereka kayak gimana? Setelan mata gue udah begini dari dulu."
Arra menghela napas nya, saat ia akan menjawab tiba-tiba terdengar keributan dari samping mereka.
"Woy, lo tuli apa, hah? Gue pesan americano, kenapa yang lo anter cappucino?" bentak seorang pria kepada waiters perempuan coffe shop itu.
"M-maaf kak, biar saya ganti." ucap si waiters seraya kembali mengambil minuman yang baru saja ia letakan di atas meja pria tersebut.
tiba-tiba dengan gerakan yang begitu cepat, pria itu meraih gelas berisi cappucino hangat itu lalu menyiramkan nya ke wajah si waiters.
Waiters yang di perkirakan berusia 25 tahunan itu menjerit karena terkejut.
"Minum tu, dasar pelayan nggak berguna. Ini juga cafe kenapa sembarangan milih pegawai. Gue bakalan kasih rating jelek ke cafe ini." ucap pria itu dengan suara cukup keras sehingga menarik seluruh perhatian pengunjung.
"Bisa jadi kamu sebenarnya nggak mampu buat bayar kan?"
Pria itu menoleh saat mendengar suara seseorang berbicara kepada nya.
"Lo nggak usah ikut campur." bentak pria itu.
"Mbak, nggak apa-apa? Wajah nya perih nggak?"
Si waiters yang di ajak bicara hanya menggeleng dengan wajah yang menunduk.
"Eh bocah. Udah gue bilang nggak usah ikut campur. Lo tuli apa, hah?" intonasi pria itu semakin meninggi, membuat siapa saja bisa mendengarnya dengan jelas.
"Maaf saya alergi bicara sama orang miskin."
Wajah pria itu memerah karena menahan amarah. Perlahan dia berjalan mendekati seorang gadis yang sudah berani menghina nya di hadapan semua orang.
"Apa lo bilang? Orang miskin? Siapa yang lo bilang miskin? Gue bisa beli apapun, termasuk tubuh lo itu." ucap si pria dengan ekspresi yang merendahkan si gadis.
"Jaga mulut lo."
Pria itu menoleh saat mendengar suara bariton seseorang.
"Jangan coba-coba lo buka mulut busuk lo itu, apalagi buat merendahkan pacar gue."
Pria itu tersenyum miring, lalu bergantian si gadis dan juga pemuda yang sedang berjalan kearahnya itu.
"Wow, kalian pasangan yang serasi. Si cewek modelan L*nte, yang cowok kayak mucikari. Wah, apa jangan-jangan itu profesi kalian ya? Hahahaha...." pria itu tertawa seakan ia baru saja mengatakan hal yang lucu.
Bugghhh.....
Pria itu tersungkur ke lantai setelah mendapatkan satu pukulan yang sangat keras di wajah nya.
"Sudah gue bilang tutup mulut busuk lo itu, b*ngsat!"
Pria itu mengepalkan kedua tangan nya dan dengan gerakan cepat ia berniat membalas pemuda itu. Namun sayang, gerakan nya terbaca sehingga laki-laki itu bisa menghindar.
"Leo." jerit si gadis yang tak lain adalah Arra.
"Maju lo sini. Lo pikir gue nggak bisa mukul wajah jelek lo itu, hah?" gertak si pria yang mana bibirnya terlihat berdarah akibat pukulan yang Leo berikan tadi.
"Gue nggak punya waktu ngeladenin lalat kayak lo. Mending sekarang lo pergi, dan jangan lupa bayar cappucino yang udah lo tumpahin, dan juga bayar ganti rugi si waiters." ucap Leo dengan dingin.
"Cih, jangan-jangan kalian bertiga ini bersekongkol kan? Ini permainan kalian buat memeras pelanggan, iya kan? Wah, gue harus temuin manager cafe ini sekarang juga." ujar si pria yang berniat pergi dari sana namun baru beberapa langkah, Leo menendang kaki nya dari belakang.
"Gue bilang ganti rugi ke waiters itu, apa sekarang lo tiba-tiba tuli? Atau lo beneran miskin, hah?" ucap Leo.
Arra terlihat membantu si waiters membersihkan wajah wanita itu. Dia tidak memperdulikan Leo yang terlihat sangat marah saat ini. Bahkan ia mendukung jika Leo ingin menghajar pria angkuh tersebut.
Pria itu berdiri, lalu berbalik menghadap Leo.
"Lo nggak tau siapa gue, hah? Gue ini salah satu keturunan keluarga Cassius." ucap pria itu dengan sombong.
Arra langsung menoleh, dan menatap pria itu. Apa dia barusan salah mendengar? Salah satu keturunan keluarganya? Sejak kapan kaum umbi-umbian seperti pria itu menjadi keluarga nya?
"Hahahaha......."
Semua orang menoleh saat mendengar suara tawa seseorang yang ternyata itu adalah Gladys.
Gladys yang sadar menjadi pusat perhatian, langsung menghentikan tawa nya. Dia lalu berjalan menghampiri Arra.
"Ra, lo kenal dia?" tanya Gladys pada Arra.
Arra menggeleng, "nggak. Bahkan nggak pernah ngeliat dia sebelumnya."
Gladys berusaha menahan tawa nya, lalu ia memperhatikan penampilan pria yang terlihat sangat modis itu.
"Lo yakin salah satu keluarga Cassius? Kok teman gue ini nggak kenal sama lo?"
Pria itu terkekeh, "ya jelas lah teman lo nggak tau siapa gue. Circle gue itu anak-anak pejabat sama anak pengusaha. Bukan sama orang-orang rendahan kayak kalian." jawabnya dengan penuh rasa percaya diri.
"Kalau gitu kenalin nih teman gue, Arrabella Cassius, putri sulung dari keluarga Cassius." ucap Gladys seraya merangkul Arra.
Pria itu terdiam sejenak, namun tak lama tertawa terbahak-bahak.
"Apa? Dia putri sulung Cassius? Hahaha... Selera humor lo tinggi juga ternyata."
Gladys langsung menyalakan ponselnya dan mencari artikel tentang keluarga Cassius.
"Nih, lo lihat, ada teman gue di foto keluarga Cassius." ucap Gladys seraya menunjukan ponselnya kepada pria itu.
Pria itu membaca judul artikel yang ternyata rilis 2 tahun lalu. Artikel itu tentang pengenalan anak kembar keluarga Cassius yang baru lahir.
Mata pria itu terbelalak lebar saat menemukan gadis yang berdiri di hadapan nya itu ada di dalam foto.
Tiba-tiba wajah pria itu berubah menjadi pucat. Bahkan keringat mulai keluar dari kening pria itu.
Gladys menarik kembali ponsel nya. Lalu ia tersenyum miring pada pria itu.
"Sekarang lo tau kan berhadapan sama siapa?" tanya Gladys.
Pria itu menelan kasar air liurnya. Tangan nya bergerak cepat merogoh saku celana nya. Lalu mengeluarkan dompet nya.
Pria itu menghampiri si waiters, dan ia memberikan beberapa lembar uang berwarna biru kepada wanita tersebut, dan langsung beranjak pergi dari sana dengan wajah panik nya.
Gladys langsung tertawa saat melihat ekspresi ketakutan pria itu. Untung saja dia sudah banyak tau mengenai Arra.
"Huu... Maka nya jangan sok berkuasa kalau nyata nya cuma tukang halu." seru Gladys yang kembali tertawa membuat Arra hanya bisa menggelengkan kepala nya.
Arra kembali menoleh kepada si waiters.
"Kak, udah jangan nangis lagi. Orang itu udah pergi kok." ucap Arra dengan lembut.
Si waiters itu memang menangis setelah si pria memberikan uang kepadanya tadi.
"Makasih ya sudah bantu saya. Tapi seperti nya setelah ini saya akan di pecat karena sudah membuat keributan di tempat kerja." lirih wanita itu dengan air mata yang membasahi wajah nya.
"Nanti kami bantu bilang sama manager kakak. Nggak usah takut ya, kakak nggak salah. Cuma kebetulan lagi sial aja ketemu sama si sung go kong itu." timpal Gladys membuat si waiters tersenyum.
"Sekali lagi terima kasih ya. Kalian anak-anak yang baik. Kalau begitu saya ijin kembali ke belakang."
Arra dan Gladys tersenyum dan menganggukan kepala mereka.
Si waiters langsung pergi. Gladys merangkul pundak Arra dan mengajaknya untuk kembali ke meja mereka. Sedangkan Leo, ia menyusul dan berjalan di belakang kedua gadis itu.
"Tau nggak lo Ra. Sebenarnya tadi gue pengen banget nonjok tuh orang. Tapi sayang banget, gue baru luluran semalem, gue takut daki di muka dia nempel lagi di tangan gue." ucap Gladys membuat Arra tertawa.
"Dys, parah banget sih. Nggak boleh tau body shamming gitu."
"Yee, gue nggak body shamming. Gue ngomong fakta. nggak liat lo muka dia belang-belang kayak zebra gitu."
Arra kembali tertawa. Semenjak bertemu dengan Gladys, ia merasa hari-hari nya sangat menyenangkan. Gladys akan menjadi sahabat pertama nya dan semoga selama nya bisa terus bersama.
ceritanya seru.
penasaran, bagaimana nanti dengan Ara, setelah kepergian nya leo