Kisah satu keluarga yang memiliki ilmu spiritual dan memiliki khodam pendamping dari bangsa Jin. Namun tanpa diduga itu juga terus berlanjut hingga ke anak cucu mereka.
Lalu apakah yang terjadi pada anak cucu mereka? Apakah bisa terlepas dari perjanjian dengan bangsa Jin?
Simak terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUSUK PEMIKAT PART 2
Subroto yang kaget mendengar suara istrinya dari balik pintu, ia langsung menengok ke arah sisi kirinya pasalnya, tadi suara istrinya berada di sampingnya.
Subroto akhirnya menutupi kegelisahan nya di depan istrinya, "Loh Bu, darimana?"
"Dari toilet tadi Yah, wajah Ayah kenapa? Kaya orang ketakutan gitu?" Ibu menyeka keringat Ayah yang mengucur di area wajah suaminya.
"Oh, ini tadi Ayah kegerahan, jadi keringetan deh." Subroto mencari alasan agar istrinya tidak bertanya terlalu jauh.
Ibu hanya mengangguk-anggukan kepalanya, karena ia sangat percaya terhadap suaminya, "Sarapannya sudah siap Yah, Ayah sarapan dulu gih, Ibu mau bangunin Aji dulu."
Subroto langsung menuju ke meja makan, yang disana sudah terletak berbagai jenis makana, Subroto langsung mengambil sepotong roti, dan menyeruput secangkir kopi.
Ketika sedang minum, Subroto kaget karena ada yang menyentuh lehernya dengan lembut, "Uhuk.. uhuk."
"Pelan-pelan Ayah, ko minum bisa sampai keselek gitu sih?" Ibu menghampiri Subroto untuk memberikan air putih, "Minum dulu Yah!"
Aji duduk tepat di depan Ayahnya, Aji terus melirik takut ke arah Ayahnya, sebab ia melihat di belakang Ayahnya, ada sesosok wanita yang cantik, tapi ia takut untuk memberi tahu kedua orang tuanya.
"A.. Ayah, emm.. itu, emm," Aji tergagap ketika ingin memberitahukan kepada Ayahnya.
"Kenapa Nak, Aji mau sarapan apa?" Aji dengan takut menunjuk ke arah belang Ayahnya.
"Emm.. I.. tu, a.. ada wanita cantik di belakang Ayah." Dengan susah payah Aji mengucapkannya.
"Apa sih Nak, sudah-sudah jangn bicara kalau makan ya Nak." Ibu menegur Aji yang dari tadi menunjuk ke arah belakang Ayahnya.
Subroto yang tahu maksud Aji, hanya diam saja karena ia takut akan ketahuan atas kelakuannya.
"Nak, kamu hari ini mau ikut Ayah gak, kerumah sakit?" Subroto mencoba mengalihkan pembicaraan, agar Aji mau berhenti berbicara.
"Mau.. mau Yah." Aji antusias mendengar ajakan sangat Ayah, yang akan menjenguk kakeknya.
"Yasudah habisin dulu makananya, habis itu kita ke Kakek." Subroto merasakan geli di lehernya, karena tangan setan itu usil,dan hanya menggoda, namun ia tahan karena ada anak dan istrinya
Setelah sarapan telah selesai, Subroto dan Aji bergegas ke tempat rumah sakit, dimana sang kakek yang kaya raya itu di rawat, Subroto dan Aji menelusuri lorong.
Aji yang berjalan di samping Ayahnya, ia memandang keadaan lorong rumah sakit, banyak orang menangis, namun tidak bisa di lihat oleh keluarganya.
Aji melihat salah satu anak sedang menangis, "Ibu.. ibu.. aku disini Bu, hiks.. hiks, lihat aku Bu."
Anak seumuran dirinya sedang menangis, dengan wajah yang di penuhi luka, namun Ibunya tidak bisa melihat anak itu sama sekali.
Aji pura-pura tidak melihat mereka, namun sepertinya salah satu di antara mereka menyadari jika Aji dapat melihatnya, salah satu hantu itu berdiri tepat di depan Aji yang sedang berjalan dengan Ayahnya.
Aji tetap melihat lurus kedepan, seakan-akan tidak melihatnya, ketika sudah hampir mendekati, Aji terus berjalan dan melewati hantu itu dengan menembusnya.
"Ya Allah Aji takut, tolong Aji ya Allah." Dalam hatinya Aji terus berdoa karena sebenarnya, dia sangat ketakutan. Dengan tangan yang memegang tangan Ayahnya.
Hantu itu berhasil di lewati, Subroto dan Aji kini sudah berada di depan kamar tempat kakek Aji di rawat, Merekapun membuka pintu kamar itu dan, "Arrrrrrggggg.." Teriakan Aji terdengar begitu nyaring.
"Ada apa sayang?" Mendengar teriakan sang anak, Ayah langsung mensejajarkan tubuhnya, agar bisa berbicara dengan Aji yang seperti merasa kaget.
"Aji kenapa? Apa aji melihat sesuatu yang menakutkan?"
Aji hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Ayahnya, Subroto yang paham akan kondisi anaknya, dia langsung menggendong Aji.
"Jangan takut, ada Ayah disini." Subroto mendekati Ayahnya, yang masih terbaring lemas.
Aji langsung menyandarkan kepalanya ke dada Ayahnya, biar tidak melihat penampakan, sesosok wanita berpakaian kemben, dan mahkota di kepalanya, namun yang buat dia takut bukan wajahnya, tapi tubuhnya yang berbentuk ular sedang melilitkan ke tubuh kakeknya.
"Kenapa Aji? Apa yang anak Ayah lihat hem?"
Mendengar pertanyaan Ayahnya, Aji memberanikan diri untuk mengata-ngataimu, "Kakek, tubuhnya di lilit Ular besar." Dengan suara yang berbisik di telinga Ayahnya.
Subroto yang mendengar suara bisikan dari anaknya, sontak langsung membulatkan matanya, pasalnya ia tahu sesuatu.
"Gak papa Nak, jangan takut Ayah sama kamu terus kok." Subroto yang mencoba menenangkan Aji, yang masih ketakutan, dan bersembunyi di dada Ayahnya, ia takut ular itu akan menggigit Kakeknya.
Subroto mencoba mendekati tubuh sang Ayah, ia tidak dapat melihat satu orang pun disana, karena mang Dirman izin buat gantian pulang.
"Ayah Ini Broto, datang sama Aji, Ayah bangun Yah," Subroto mencoba untuk berkomunikasi namun Danu tidak merespon sama sekali.
Tanpa Subroto sadari, padahal di alam bawah sadar Danu, ia sedang berada di suatu tempat, ia seperti sedang berada di tengah hutan, Danu menelusuri jalan setapak yang memiliki jalanan cukup terjal.
Danu terus berjalan tanpa henti untuk terus mencari jalan keluar, bukannya jalan keluar yang ia dapat justru bayangan dirinya sendiri yang ia temui, namun anehnya dia melihat dirinya sendiri di saat umurnya masih 23 tahun.
Disana ia melihat dirinya sendiri sedang berbicara dengan sosok yang ia tidak kenal, lebih tepatnya ia lupa, akan dengan siapa dia berbicara, ia mendekat kembali agar bisa melihat, siapa yang sedang berbicara dengan sosok Danu yang berumur 23 tahun itu.
"Tapi mbah, bagaimana jika akhirnya nanti keluargaku yang kena imbasnya, jika aku pasang susuk emas ini?" Suara percakapan Danu dengan seseorang yang sudah tua, dia mengenakan baju hitam, dan blangkon di atas kepalanya, bahkan di depan dia duduk terlihat sesajen, dupa dan ayam cemani, yang sudah mati.
"Jadi kamu maunya bagaimana, HAH?"
"Hem, jadi gini mbah, aku ingin wanita-wanita di desaku, jika mereka melihatku mereka jatuh cinta denganku Mbah, bisa kan mbah melakukan itu?"
"Mudah saja, tapi kamu juga harus mau melakukan perjanjian, tenang saja tidak sulit, bahkan kamu akan merasakan kenikmatan."
"Maksudnya bagaimana toh mbah, saya bingung."
"Sini biar saya bisiki, mendekat kemari." Subroto langsung mendekati kakek tua itu, yang ternyata dia adalah dukun yang sangat di segani di desa itu.
Danu jatuh kebelakang, mendengar persyaratannya, ia kaget sekaligus bingung, bagaimana tidak? setiap malam jumat kliwon dia harus tidur dengan siluman ular.
"Tapi yo, terserah kamu, mau atau tidaknya."
Danu dimasa sekarang menangis, ia teringat dulu di waktu muda, ia memasang susuk hanya untuk memikat para wanita desa, meskipun susuk itu sudah lama lepas, ia sering bermimpi di setiap malam jumat kliwon, ia bersetubuh dengan siluman ular.
"Ya Allah, betapa hinanya hamba dimasa yang dulu."
***
Note
Asas dari susuk adalah sihir. Semua ulama sepakat bahwa mempelajari sihir, memanfaatkan jasa ahli sihir dan benda-benda yang mengandung sihir seperti susuk, dan lainnya, maka hukumnya haram. Bahkan menurut madzhab Syafi’i, siapa yang mengatakan “boleh” mempelajari dan memanfaatkan jasa sihir, maka dia kafir.
Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
...“Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), penangkal, dan pelet, adalah syirik.”...
...(HR. Abu Daud)...
Melakukan sihir berarti telah berbuat syirik kepada Alloh subhanahu wata’ala. Syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni apa bila pelakunya meninggal dalam kadaan belum bertaubat. Dan ia kekal di neraka
Next time saya akan membahas tentang "SYIRIK"
kasih ⭐⭐⭐⭐⭐ sekalian takut lupa baca lagi novel seru nya 🙏