Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Hujan api.
Di luar perbatasan hanya ada kesunyian. Wanters membeku, menyisakan kedua tangannya keluar akibat Kristal Emesite menyusut menjadi asap.
Terdapat informasi dari Eldritch---seseorang yang terpapar asap tersebut akan terkena racun kemudian mati dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, bagi mereka yang bertugas di luar Distrik diharuskan menggunakan masker gas.
Sayangnya, aku tidak di tugaskan dalam posisi itu, melainkan Yuya dan Yuto bersama orang-orang lain yang bertujuan untuk membawa rantai penopang dari mobil tank besar.
Yang paling membuatku takut adalah energi hitam semakin menggumpal; mengeluarkan percikan bagaikan petir yang menyambar tak beraturan.
Di dalam Camp, banyak orang berlarian kesana-kemari; mempersiapkan segalanya demi bertahan hidup.
Begitu juga dengan Mio, memilih ditugaskan untuk merawat mereka yang terluka. Karena Camp kekurangan ahli medis. Meskipun Mio tidak terlalu paham dalam hal itu, namun tekadnya seperti api ketika ia mendapat kesempatan tersebut.
Gerbang dari Camp menuju luar telah terbuka; memperlihatkan dua mobil selebar 30 meter dengan ketinggian 13 meter---membawa sebuah rantai raksasa bersama alat menyerupai tangan.
Setahuku, semakin rantai itu di tarik, maka tangan yang menempel pada tanah akan semakin kuat. Hal itu juga menjadi rencana kami untuk mengikat kedua tangan Wanters dengan rantai tersebut.
Dengan begitu, meriam berisi 'B' dan Shield dapat dengan mudah di tembakan jika Bridgecrash telah terbebas. Namun, mereka butuh proses lama untuk menyiapkan semua itu. Aku harap rencana ini akan berhasil dan Bridgecrash tidak terbangun.
Suara pada alat komunikasi kembali aktif setelah di perbaiki Yuto.
[Raika, kondisi di sana apakah masih baik-baik saja?] suara Mio.
[Yah, tidak ada yang perlu di khawatirkan, sebaiknya Mio fokus saja pada tugasmu.] saranku.
[Tolong yah, jaga mereka berdua.]
[Baik.]
Menghela nafas ... Udara di ketinggian ini cukup dingin. Aku berada di atas tembok Camp. Meskipun tidak setinggi Distrik, tapi ini cukup untuk memperhatikan sekitar.
Sebenernya, aku ditugaskan untuk membantu membawa peluru meriam; yang akan menjadi peningkat ledakan. Namun, aku memiliki firasat lebih baik memantau mereka dari sini. Mengingat, energi hitam itu membuatku khawatir.
Mobil telah berdekatan dengan Kristal. Ujung rantai naik, mengarah kepada tangan Bridgecrash. Seuntai tali dilemparkan kepada ratusan orang termasuk Yuya dan Yuto yang akan ditarik secara bersamaan; karena tekhnologi tersebut masih dalam pengembangan.
Seorang Eldritch berdiri di kejauhan, bendera merah berkelebatan di tangannya.
Jika ini gagal, aku yakin tidak akan berakhir baik ...
Mengepalkan tangan.
"KERAHKAN! ..." bendera ia lemparkan ke atas tinggi-tinggi, mengisyaratkan untuk memulai.
Mereka bersuara keras, menarik tali tersebut; garis-garis menyelimuti mobil. Aura biru memenuhi rantai kemudian melesat, mengikat tangan kanan cukup kuat. Tangan besi di turunkan ke tanah, menempel dengan kuat.
Tetapi ...
Sebongkah kristal terjatuh, menimpa beberapa orang, kemudian menjadi asap dalam waktu singkat.
Sebuah peringatan bagi mereka yang berada di sana.
Entah apa yang terjadi pada Mobil satunya, karena tidak bisa melontarkan rantai meski telah di tarik dengan banyaknya orang. Sebagian dari mereka melarikan diri dan sebagian lagi membantu menarik tali tersebut.
Kristal-kristal mulai banyak yang berjatuhan.
Di rasa tidak memungkinkan; merekapun berlarian, meninggalkan kedua mobil itu dengan satu rantai yang terikat pada Bridgecrash.
WUSST
Firasat buruk sesaat menyapaku, suara dengungan keras terdengar dari Wanters itu seperti waktu Vicuris.
Cahaya putih meluncur dari tengah-tengah Distrik, membentangkan sebuah perisai yang melindungi dari ujung ke ujung. Naas, perisai itu hanya melindungi Distrik, tidak untuk Camp. Di buktikan dengan Perisai tersebut menghancurkan Dinding Camp yang menempel pada Distrik.
Teriakan demi teriakan ku dengar dari berbagai arah. Beberapa dari mereka memukul, hendak menghancurkannya. Namun, itu tidak berhasil.
Aku mencari mereka berdua, dan untungnya Yuya dan Yuto berada di tempat Mio berada.
Udara terasa semakin panas. Aku menoleh, menatap Bridgecrash ...
BREKCC
Kristal pecah ... Bridgecrash memutar tubuhnya seperti tornado. Melontarkan energi-energi hitam ke berbagai arah seperti sebuah meriam, menghantam Camp dengan kuat, kemudian membakarnya secara perlahan.
TOLONG BUKAKAN UNTUK KAMI.
BIARKAN KAMI MASUK.
KUMOHON TOLONG KAMI
Teriak mereka sambil memukul-mukul perisai Distrik.
Aku berlari, mencari tempat untuk berlindung.
Setelah naga itu berputar. Tanpa memberi jeda pada gerakannya, ia melompat, membuat angin terhempas kuat. Namun, berkat adanya rantai penopang Bridgecrash tidak bisa terbang menjauh.
Meski begitu, raungan mengerikan diikuti dengan amarah yang secara beringas berterbangan ke sana sini, membuatku khawatir sekaligus di hantui perasaan campur aduk.
Satu rantai itu terus menahan dengan kuat. Tangan pada tanah sedikit demi sedikit bergeser, tetapi energi biru pada tangan semakin menguap, membuat ia dapat bergerak melawan balik.
Bridgecrash, menyemburkan energi hitam ke langit; membuat bencana meteor menyebar ke segala arah.
Aku hanya terdiam, menatap semua api hitam itu berjatuhan; menghantam Shield pada Distrik begitu juga dengan Camp yang tidak memiliki perlindungan.
'Ini ... Kehancuran.'
Bridgecrash terbang berputar-putar, energi hitam mulai terkumpul kembali pada mulutnya. Aku rasa ini tidak akan berakhir baik. Saat hendak berpindah lokasi, aku di kejutkan dengan sebuah cahaya gemerlap yang tiba-tiba.
Cahaya itu tidak berhenti hanya satu kali, melainkan berkali-kali. Setelah ku perhatikan, gemerlap itu berada di mulut sang naga yang telah bersiap menembakkan energi hitam bercahaya putih.
Naga memutar balik, menatap Shield pada Distrik. Suara guntur yang bertubi-tubi menghancurkan ketegangan sebelum energi itu di tembakan menghantam Shield dengan kuat hingga terjadi retakan dari berbagai sudut tanpa bisa di hindari.
Teriakan dari orang-orang. Serangan yang terus di lontarkan, membuatku hanya bisa terdiam membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Semua orang mati. Kehancuran kembali pada Distrik. Yuya ... Mio ... Yuto.
Tidak. Bukankah ini sudah bagus; hidup di dunia penuh luka dan perang, tindasan dan hinaan, ketidakadilan yang merajalela.
Yah ... Mungkin, ini jauh lebih baik.
Dari jendela tembok Camp, terlihat seseorang yang membuatku cukup terkejut ...
'Feilin?'
Aku menyembunyikan diri ke sisi tembok lain.
Beberapa orang Eldritch keluar dari pintu, berjalan menuju tempat meriam. Sang pemimpin Distrik 11 Dobura mayrline berjalan bersama kelompok itu.
Mereka membawa sesuatu yang di selimuti kain merah, di bawa dua orang Eldritch.
'kenapa mereka berada di luar Distrik? Bukankah mereka Eldritch? ... Apakah itu 'B' dan Shield?'
Menarik nafas dalam-dalam, aku melangkah perlahan bersembunyi dari pantauan mereka. Berjongkok, melewati beberapa mayat ...
BRUGK
Ledakan terjadi tidak jauh dari tempatku berada. Api hitam menjalar di belakang. 'Tenangkan dirimu Raika ...' Aku melanjutkan langkah hingga sampai di sebuah ruangan meriam tidak jauh dari lokasi Dobura.
Mereka terus berjalan, meski serangan dari Bridgecrash menghantam bertubi-tubi.
Meriam yang masih bisa di gunakan berada di hadapan mereka; di sebuah ruangan sepertiku.
Dobura menatap tajam Bridgecrash. Beberapa Eldritch membuka kain tersebut, menampilkan sebuah bom roket berisi listrik merah dan biru; besi pada meriam terbuka sendiri, menampilkan wadah untuk bom yang biasa di gunakan peluru peningkat energi.
'Apakah mereka akan menembak Wanters itu? Tidak, jika memang seperti itu, mereka bodoh ...
Membidik objek yang jelas susah sekali bukankah itu ceroboh, apalagi hanya memiliki satu kesempatan. Namun, apakah ada cara lain?'
End bab 28
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.