NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Alice

Cinta Terakhir Alice

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: nda apri

Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.

beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice

Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?

Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.

Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisa melewatinya

Alice dan Erlangga berjalan perlahan menyusuri jalanan yang terasa begitu sunyi di sekitar mereka. Erlangga, dengan wajah yang semakin pucat, akhirnya memecah keheningan.

"Maafkan Papah, Alice..." suara Erlangga bergetar. "Papah sudah gagal. Papah tidak bisa menjaga perusahaan... tidak bisa menjaga keluarga kita. Papah sudah menghancurkan semuanya."

"sebagai tulang punggung... seharusnya Papah bisa melindungi kamu, menjaga masa depan kita."lanjutnya dengan rasa bersalah di wajahnya 

Alice menoleh, matanya dan menggenggam lengan Erlangga dengan lebih erat.

"Pah, tidak perlu meminta maaf," jawab Alice lembut. "Ini bukan kesalahan Papah. Kita ditipu... dan itu bisa terjadi pada siapa saja."

"Aku tidak pernah merasa Papah gagal. Kita masih punya satu sama lain, itu yang terpenting. Kita bisa melewati ini bersama. Aku yakin kita bisa memulai semuanya dari awal."sambung Alice

Mendengar keyakinan putrinya, Erlangga merasa sedikit lega. dukungan Alice adalah kekuatan yang tidak pernah hilang.

"Untuk sekarang," lanjut Alice, "kita cari kontrakan terdekat agar papah bisa beristirahat."

Erlangga mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya bersama Alice di sisinya. Erlangga maupun Alice tidak ingin merepotkan orang lain, walaupun mereka suka membantu orang yang membutuhkan.

Saat mereka berjalan di trotoar yang mulai sepi, Erlangga tiba-tiba merasakan nyeri yang tak tertahan di dadanya. Sudah beberapa hari ini rasa sakit itu menyiksanya, sejak ia mendengar kabar bahwa perusahaannya bangkrut. demi tidak membuat Alice khawatir, ia terus menahannya, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Namun kali ini, rasa sakit itu seolah menghantam lebih keras. Erlangga berhenti di tengah langkahnya, tangannya secara refleks memegangi dada. Wajahnya mulai pucat, dan keringat dingin membasahi dahi.

Alice menghentikan langkahnya dan menatap Erlangga dengan cemas. "Papah kenapa? Apa yang terjadi?"

Erlangga tak bisa menjawab, rasa sakit semakin menyiksanya. tubuhnya hampir saja terjatuh namun Alice lebih dulu menahannya.

"Kita beristirahat dulu di halte sebelah sana ya pah." dengan rasa khawatir dan takut, Alice memapah tubuh Erlangga 

Begitu tiba di halte yang berada tak jauh dari sana, Alice dengan hati-hati membantu Erlangga untuk duduk. Wajah Erlangga tampak pucat, dan napasnya terengah-engah. 

Alice segera mengambil botol air mineral dari tasnya dan membantu meneguk beberapa teguk. rasa panik di dalam hati Alice tetap tak berkurang. 

ia menatap ponselnya dengan cemas, mencari siapa yang bisa ia hubungi untuk meminta bantuan.

Satu nama muncul di pikiran—Danzel. Meskipun hubungan mereka akhir-akhir ini terasa canggung dan ada perselisihan, Alice tahu Danzel adalah orang yang bisa diandalkan dalam situasi seperti ini. Tanpa membuang waktu, jari-jari Alice cepat mengetik nomor Danzel dan menekan tombol panggilan.

Di lain sisi,

Danzel sedang sibuk membantu Anjani menyiapkan pesanan catering untuk esok hari. ketika ponselnya berdering, menampilkan nama Alice di layar.

Anjani yang berada tak jauh dari sana, melihat ponsel itu berdering dan langsung memanggil putranya. "Danzel, ada telepon dari Alice."

Danzel mendekat dan meraih ponselnya . Wajahnya sedikit berubah, ada keraguan yang tampak jelas di matanya. "Alice? Ada apa dia meneleponku sekarang?" lirih Danzel pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Anjani yang mendengar lirihan itu menatap putranya dengan heran. Selama ini, setahunya hubungan antara Danzel dan Alice baik-baik saja, tapi mengapa kini Danzel tampak ragu dan sedikit enggan untuk mengangkat teleponnya?

"Angkat saja, nak. Mungkin ada hal penting." ucap Anjani lembut, menyarankan dengan harapan Danzel akan menuruti.

Danzel mengangguk pelan, lalu menekan tombol jawab. 

"Danzel... tolong, aku sangat butuh bantuanmu. Papahku... dia sakit parah, kami ada di halte dekat jalan utama. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tolong, Danzel..." suara Alice di sebrang telepon terdengar gemetar 

Alice juga memberitahu Danzel jika perusahaan papahnya mengalami kebangkrutan dan kini mereka tidak memiliki apapun bahkan tempat tinggal.

Mendengar suara dan cerita Alice yang seperti itu membuat hati Danzel tersentuh dan segera membalas dengan nada cemas."Tenanglah Alice, aku akan datang."

Panggilan berakhir....

"Ada apa Danzel?"tanya Anjani melihat kekhawatiran di mata putranya setelah menjawab panggilan dari Alice 

"Papah Alice membutuhkan pertolongan Bu, saat ini mereka berada di halte di pinggir jalan." Danzel menceritakan semua yang di katakan oleh Alice

Anjani melebarkan matanya terkejut."Pergilah nak, dan bantu mereka."

Danzel mengangguk dan segera pergi, Namun deringan di ponselnya menghentikannya kembali. kali ini nama Rachel tertera di layar ponselnya.

Danzel menjawab panggilannya dan berbicara dengan Rachel selama beberapa saat. 

Dia menutup telepon, berniat mengubah tujuan untuk menemui Rachel. Namun, sebelum ia sempat melangkah, suara Anjani memecah keheningan di ruangan itu.

"Danzel?" suara Anjani terdengar penuh kekhawatiran. "Apa yang terjadi? Kamu akan pergi membantu Alice, kan?"

Danzel terlihat gelisah, menghindari ibunya. "Rachel juga butuh aku, Bu... dia bilang ada sesuatu yang penting. Aku rasa... aku harus ke sana dulu."

Anjani menatap dengan kecewa, ekspresi lembut tapi penuh ketegasan. "Nak, kamu mendengar sendiri suara Alice tadi. Dia sangat butuh bantuanmu. Papahnya sakit, dan mereka tidak tahu harus berbuat apa. Rachel bisa menunggu, tapi Alice tidak."

Danzel menghela nafas, masih bimbang. "Tapi Bu, Rachel adalah kekasihku dan aku akan menemuinya."

Danzel kembali menghubungi Alice dan mengatakan jika dia tidak bisa membantunya.

Pengaruh Rachel tetap saja bisa memenangkan hati Danzel. Selama ini Anjani sebenarnya juga merasakan perubahan Danzel yang begitu besar mengarah pada keburukan. tak hanya di dalam sekolah, kini dunia Danzel hanya berpusat pada Rachel saja.

Anjani mengetahui hubungan Danzel dengan Rachel, namun ia merasa tidak berdaya untuk mencegah pilihan anaknya dalam hal cinta. Meski begitu, dalam hati yang terdalam, Anjani berharap Danzel bisa bersanding dengan Alice, meski mereka hanya bersahabat selama ini. Ia sangat mengerti bahwa cinta Alice kepada Danzel begitu tulus dan tanpa pamrih, jauh berbeda dari hubungan Danzel dan Rachel yang penuh pengaruh buruk.

**

Sementara itu, 

Saat Danzel menyampaikan ke tidak bisaan nya untuk membantu Alice,  Alice masih mencoba membujuk Danzel.

"Danzel... Danzel, kumohon... tolong sekali ini saja bantu aku, aku sangat membutuhkan dirimu..." Suara Alice semakin bergetar di tengah kecemasan. Namun, tak ada jawaban dari seberang telepon.

Hanya ada keheningan yang menjawab permohonannya, sebelum akhirnya panggilan itu terputus sepihak.

Alice terdiam, masih memegang ponselnya erat-erat. Hatinya terasa remuk seketika, bukan hanya karena keadaan sang papah yang semakin parah, tapi juga karena harapannya kepada Danzel runtuh. Air matanya jatuh, tetapi dia tidak ingin terlihat lemah di depan Erlangga yang sedang berjuang menahan rasa sakit.

"Ale...."bisik Erlangga dengan suara yang semakin lemah 

Alice mendekat dan langsung menggenggam kedua tangan papahnya erat. tangan yang dulu selalu memeluknya dengan hangat kini terasa dingin.

Alice semakin tidak tega melihat wajah Erlangga yang menahan sakit dan pucat."Papah jangan khawatir, aku akan menghubungi temanku yang lain. atau aku akan segera mencari pertolongan di sekitar sini."

1
Queens
thor ngk lanjut lgi kah?😩😩
ADZAL ZIAH
izin mampir kak ❤ dukung karya aku juga ya kak~
范妮·廉姆
Hai, ka. Perkenalkan saya Pocipan dari Gc Bcm, ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm untuk belajar bersama mentor senior kita dan di Gc kita juga sedang mengadakan Event dengan reward yang menarik.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
merem ya 😏
Bassama D,z
aku udah mampir nih jangan lupa mampir di karya aku juga ya/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!