Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setuju
"Syarat apa, mah?" Tanya Jhon sangat penasaran.
"Dalam dua minggu ini, mama ingin kamu membawa perempuan yang kamu sukai ke rumah ini dan mengenalkannya sama mama dan papa. Jika kamu tidak bisa, maka jangan harap kamu bisa membatalkan pernikahan ini. Apa kamu setuju?" Ucap mama Celine membuat Jhon seketika terdiam sambil menatap tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh mamanya itu.
"Mama, jangan ngadi-ngadi. Papa sudah menyuruh Jhon untuk tidak mencari perempuan lain sebelum pernikahan mereka di batalkan. Kok mama malah menyuruh Jhon untuk membawa perempuan lain ke rumah ini," Ucap pak Calvin sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Tujuan mama itu kalau Jhon sudah menemukan perempuan yang dia cintai dalam waktu yang dekat ini, kita jadi punya alasan untuk membatalkan pernikahan mereka. Kalau kita tidak punya alasan dan tiba-tiba saja membatalkan pernikahan mereka, Doni dan Monic pasti tidak akan terima pah. Mereka pasti akan terus mendesak mama untuk melanjutkan pernikahan Jhon dengan Lisa."
"Papa tahu mereka itu begitu menyayangi Lisa, dan mereka pasti akan melakukan apa pun demi kebahagiaan putrinya itu. Jadi mama memberikan waktu untuk Jhon dua minggu, jika dalam dua minggu Jhon tidak bisa menemukan perempuan yang di cintainya, maka pernikahan ini tetap akan di laksanakan." Tegas mama Celine membuat pak Celvin harus menghela nafasnya dengan kasar.
"Bagaimana Jhon? Apa kamu setuju?" Tanya mama Celine sambil menatap putra semata wayangnya itu.
Jhon tersenyum, dengan penuh keyakinan ia pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku setuju. Dalam waktu dua minggu aku pasti bisa membawa perempuan yang aku cintai ke rumah ini dan mengenalkannya sama mama dan papa." Ucap Jhon terlihat begitu serius.
"Ada lagi, mah?" Tanya Jhon yang mendapat gelengan kepala dari sang mama. "Kalau begitu aku istirahat dulu, mah, pah." Pamitnya sambil bangkit dari sofa itu dan berjalan menuju anak tangga. "Aku harus segera membuat Mentari menjadi milikku lagi. Apa pun caranya, Mentari harus menjadi milikku. Dengan begitu aku bisa membawanya ke rumah ini dan mengenalkannya kepada mama dan papa." Batin Jhon dengan tekad yang kuat. Jhon terus berjalan menaiki anak tangga, hatinya terasa sangat bahagia ketika ia membayangkan hubungannya dengan Mentari kembali seperti dulu lagi.
***
Waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi. Jhon mulai membuka kedua bola matanya secara perlahan, kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Jhon mulai menyalakan ponselnya, berharap ada balasan dari Mentari. Namun sayangnya, Mentari sama sekali tidak membalas pesannya semalam dan itu membuat Jhon mendengus kesal.
"Kenapa dia tidak membalas pesanku? Apa dia sengaja mengabaikanku? Ah sebaiknya aku kirim lagi pesan untuknya." Gumam Jhon sambil mulai mengetik pesan singkat untuk Mentari.
*Good morning, baby. Semoga pagimu menyenangkan. Jangan lupa nanti siang kita bertemu di cafe kemarin. I miss you baby.*
Jhon segera mengirimkan pesan itu kepada Mentari, ia terkekeh pelan ketika membaca ulang pesannya yang sama persis seperti dulu ketika dirinya mengirimkan pesan kepada Mentari. Panggilan baby adalah panggilan sayangnya kepada Mentari.
"Mentari aku sangat merindukan kebersamaan kita dulu." Lirih Jhon kembali mengingat masa indahnya bersama Mentari dulu.
Jhon terus memandang layar ponselnya, berharap Mentari segera membalas pesannya darinya, namun sayangnya hingga beberapa menit berlalu pun, Mentari sama sekali tidak membalas pesannya itu dan membuat Jhon kembali mendengus kesal. "Apa dia masih tidur? Ah sudahlah, sebaiknya aku mandi dulu saja." Ucapnya sambil meletakkan kembali ponsel itu di atas nakas. Jhon mulai menapakkan kakinya di atas lantai, kemudian ia pun segera membawa kakinya menuju kamar mandi.
Bersambung.