Kapan lagi baca novel bisa dapat hadiah?
Mampir yuk gaes, baca novelnya dan menangkan hadiah menarik dari Author 🥰
-------------------
"Aku akan mendapatkan peringkat satu pada ujian besok, Bu. Tapi syaratnya, Bu Anja harus berkencan denganku."
Anja adalah seorang guru SMA cantik yang masih jomblo meski usianya sudah hampir 30 tahun. Hidupnya yang biasa-biasa saja berubah saat ia bertemu kembali dengan Nathan, mantan muridnya dulu. Tak disangka, Nathan malah mengungkapkan cinta pada Anja!
Bagaimana kelanjutan kisah antara mantan murid dan guru itu? Akankah perbedaan usia di antara keduanya menghalangi cinta mereka? Ikuti kisah mereka di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Kenalan
"Ini dia," Kepala sekolah mengantarkan Anja sampai ke depan kelas XII-IPA F. "Di kelas inilah nantinya kamu akan menjadi wali kelas sampai akhir semester satu."
Anja menganggukkan kepala sambil menelan ludahnya gugup. Dia sudah diberi tahu bahwa dia akan menjadi wali kelas baru, menggantikan guru yang sedang cuti melahirkan. Sebuah hal yang jarang terjadi bagi seorang guru yang baru masuk, tapi hal itu terpaksa dilakukan karena guru yang lain sudah mendapatkan tanggung jawab masing-masing, dan tinggal Anja saja yang tersisa.
Kepala sekolah wanita berbadan gempal itu lantas membuka pintu kelas. Suasana yang tadinya riuh seketika berubah hening. Para siswa buru-buru kembali ke tempat duduk masing-masing, memperhatikan Anja dan kepala sekolah yang baru masuk.
"Selamat pagi," Bu kepala sekolah berdiri sambil memandang wajah para siswa satu persatu. "Sesuai yang telah disampaikan sebelumnya, hari ini kalian kedatangan guru baru yang akan menjadi wali kelas sementara. Silahkan perkenalkan diri Anda Bu,"
Anja menganggukkan kepala sekali lagi, menghela napas panjang sejenak sebelum bersuara. "Selamat pagi anak-anak, perkenalkan, nama Ibu Anjani Prawita, kalian bisa panggil saya Bu Anja,"
Para siswa bertepuk tangan riuh menyambut kedatangan Anja. Beberapa siswa tampak berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Anja berusaha mempertahankan senyum, meski kegugupannya masih terasa.
"Baiklah, Bu Anja. Silahkan dilanjutkan perkenalannya. Saya permisi dulu." Kepala Sekolah berpamitan dan melangkah keluar kelas, meninggalkan Anja dan para siswa yang masih memperhatikannya.
Detik demi detik berlalu, dan kegugupan Anja semakin terasa. Semua siswa diam dengan raut muka penasaran, menunggu kata-kata berikutnya dari Anja.
"Ehm," Anja mencoba mengendalikan diri dan mencairkan suasana. "Ada yang mau ditanyakan ke Ibu?"
"Bu, udah punya pacar belum?" Seorang siswa mengangkat tangan, pertanyaannya disambut tawa teman-temannya.
Anja tersenyum, sudah menduga pertanyaan seperti ini akan muncul. "Alhamdulillah, sudah," jawabnya dengan tenang.
"Yah..." Para siswa berseru kecewa, pura-pura sedih. "Open recruitment pacar kedua nggak, Bu?"
Gelak tawa kembali pecah. Anja hanya bisa tersenyum, menyadari ini adalah risiko menjadi guru muda di SMA.
"Sayangnya tidak, Ibu orangnya setia," balas Anja sambil bercanda, membuat para siswi di kelas itu bersorak dan bertepuk tangan.
"Bu, Bu! Kalau gitu Ibu nikahnya kapan?" tanya seorang siswa lain dengan nada menggoda, disambut gelak tawa dari teman-temannya.
Anja tersenyum, mencoba menenangkan suasana yang mulai ramai. "Doain aja, semoga segera," jawabnya dengan santai.
"Bu, bu, pacar Ibu orangnya kaya gimana? Aku mau memantaskan diri,"
Gelak tawa kembali terdengar memenuhi ruang kelas. Lagi-lagi Anja hanya tersenyum. Syukurlah, rasa gugupnya sudah hilang.
"Baiklah, cukup perkenalannya. Sekarang giliran Ibu yang ingin kenalan dengan kalian," Anja melangkah mendekati meja guru, membuka laci, dan mengambil absen kelas. "Ibu akan panggil nama kalian satu per satu. Mohon angkat tangan, ya."
Anja mulai memanggil nama siswa dari daftar. Setiap nama yang dipanggil disambut lambaian tangan antusias. Sesekali, Anja menyisipkan candaan yang membuat siswa tertawa.
"Nathan Januar Bagaskara," Anja memanggil nama berikutnya. Namun, tak ada yang merespons.
"Nathan? Apa Nathan tidak hadir hari ini?"
Para siswa serentak menoleh ke arah bangku paling belakang. Dari tempatnya berdiri, Anja bisa melihat seorang siswa yang kepalanya tertelungkup di atas meja, seperti sedang tertidur.
"Nathan! Than!" Salah satu siswa di sebelahnya menyenggol tubuh Nathan dengan keras, mencoba membangunkannya, namun tak ada respons. Akhirnya, Anja memutuskan untuk turun tangan. Ia berjalan mendekati bangku Nathan dan berdiri di sampingnya.
"Nathan," ucap Anja sambil menepuk pundak siswa itu dengan lembut. "Bangun."
Nathan mengangkat kepalanya dengan perlahan, wajahnya tampak sedikit bingung, seolah baru saja tersadar dari mimpi panjang. Dengan mata yang masih sayu, ia menatap Anja.
Anja terkesiap melihat wajah siswa bernama Nathan itu. Dia kan, cowok yang tadi!
"Apa?" Suara Nathan yang sudah berat sejak awal, kini terdengar semakin dalam karena baru bangun tidur.
Anja terdiam, bingung mau berkata apa. Ia memang sudah tau kalau cowok tadi pagi adalah murid di sekolah ini, tapi ia tak menyangka kalau cowok itu adalah salah satu murid di kelasnya.
"Heh, Nathan! Yang sopan! Ini Bu Anja, bu guru kita yang baru!" teman sebangku Nathan memperingatkan.
Nathan mengerutkan kening, memandang Anja dari atas kepala sampai ujung kaki. "Guru? Kok kecil banget?"
Suasana kelas mendadak hening. Beberapa siswa mulai berbisik pelan, sementara yang lain menahan tawa. Anja merasa pipinya memerah, tapi ia berusaha tetap tenang. Dia sudah siap menghadapi berbagai jenis tingkah siswa, tapi ini sedikit di luar dugaannya.
"Ya, walaupun kecil, Ibu tetap guru kalian, Nathan," jawab Anja sambil tersenyum, mencoba mengambil kendali. "Dan mulai sekarang, Ibu akan jadi wali kelas kalian sampai akhir semester."
Nathan hanya terdiam sambil memandangi Anja. Sementara itu, Anja menahan diri untuk tidak terlalu memikirkan komentar itu. Lagipula, itu adalah kesalahan Anja karena tidak meluruskan kesalahpahaman tadi pagi. Dia pun melanjutkan absensi sambil sesekali menyapa dan mengajukan pertanyaan ringan kepada beberapa siswa. Setelah itu, pelajaran dimulai.
...----------------...
"Baiklah anak-anak, pelajaran hari ini selesai sampai di sini. Sampai bertemu di hari berikutnya," Anja mengakhiri pertemuannya dengan kelas terakhir setelah bel pulang berbunyi. Ada rasa lega di dalam hati karena hari pertamanya berakhir dengan mulus. Yah, meskipun ada sedikit bumbu-bumbu drama tadi pagi, tapi setidaknya Anja bisa melewatinya.
Anja berjalan menuju kantor guru sambil bergumam senang. Tapi, langkahnya terhenti saat ia melihat sosok tinggi besar berdiri di depannya.
Nathan, sosok tinggi besar itu berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke tembok. Menyadari kedatangan Anja, dia pun menoleh dan melangkah menghampirinya.
Loh, loh, mau ngapain ya dia? Anja membatin. Apa dia mau mempermasalahkan masalah tadi pagi? Aduh, kenapa badan anak ini tinggi sekali? Leherku sampai pegal hanya untuk melihat wajahnya.
"Bu Anja," suara berat Nathan membuat Anja merinding. Tapi Anja berusaha untuk tenang.
"Y-ya?" Meski berusaha bersikap tenang, tetap saja suara Anja terdengar gugup.
"Saya sudah menunggu Ibu dari tadi,"
Apa? Kenapa kamu menungguku? Mau ngapain kamu?
Nathan memajukan langkah dan Anja reflek mundur.
"Ke-kenapa Nathan?"
Nathan hanya terdiam. Hingga tanpa diduga, cowok itu malah berlutut di hadapan Anja.
"Eh, eh? Kamu mau ngapain?" Anja berseru bingung, dan Nathan masih membisu sambil...membetulkan tali sepatu Anja yang terurai.
"Oh? Eh, ma-makasih, tapi kamu nggak perlu seperti itu, Nathan. Ibu bisa sendiri kok," Anja menjadi tidak enak hati. Apalagi para siswa yang berlalu lalang tampak memperhatikan mereka. Jangan sampai Anja dicap sebagai guru yang semena-mena sampai menyuruh siswa menali sepatunya.
"Saya mau minta maaf," Selesai membetulkan tali sepatu Anja, Nathan kembali berdiri. "Tadi saya sudah bersikap tidak sopan sama Bu Guru,"
Anja terdiam sejenak. Oh, ternyata dia mau minta maaf toh.
"Tidak apa-apa kok Nathan. Wajar kalau kamu salah paham, karena badan Ibu memang kecil. Ibu juga berterima kasih dengan bantuan kamu tadi pagi,"
Nathan menatap Anja lamat-lamat, kemudian ia mengulurkan tangannya.
"Eh?" Anja kebingungan dengan maksud cowok itu. Kenapa tiba-tiba dia mengulurkan tangan coba?
"Tadi pagi kan kita belum sempat kenalan Bu. Perkenalkan, nama saya Nathan,"
kamu g tahu aj sebucin apa Nathan