NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 -

Tidak sampai 45 menit, Mei sampai ke tempat yang ditujunya. Itu pun setelah berjuang dengan kemacetan di kota J yang hampir tiada akhir tiap harinya, terutama bila di jam-jam pulang kantor seperti sekarang.

Lega, ia memarkirkan mobilnya hati-hati di samping sebuah rumah. Hatinya berdebar saat ia menatap rumah yang ada di hadapannya, yang kondisinya masih gelap, menandakan sang pemilik rumah belum pulang.

Menelan ludahnya, Mei membuka pintu pagarnya yang ternyata tidak terkunci. Ia pun mengulurkan anak kunci itu ke pintu depan dan memutarnya. Bunyi 'klik' membuat hatinya sangat lega dan gembira.

Suaminya ternyata tidak mengganti kunci rumah mereka.

Masuk ke dalam, Mei menatap sekelilingnya dan menghela nafas panjang. Ia pun mulai menyalakan lampu, membuat ruangan terang benderang. Rumah itu tampak rapih seperti biasanya. Hanya ada sisa piring kotor belum dicuci di wastafel dan juga gelas yang habis dipakai. Lainnya, semua telah dibersihkan.

"Meong..."

Ternyata rumah ini tidak kosong. Ternyata masih ada yang menyambutnya. "Hai, cantik..."

Penuh sayang, Mei memangku kucing putih itu dan mengelusnya. Ia pun memberi makanan di mangkok yang kosong dan membersihkan tempat kotorannya. Setelahnya, ia berdiri dan memandang sekitarnya.

Merasakan dorongan kuat di dalam d*danya, Mei melepaskan jas casualnya dan ia pun mulai bekerja.

Setelah beberapa waktu, tampak sajian makan malam yang sederhana tapi lezat di meja makan. Selama ia tinggal di LN, ia selalu berusaha memasak masakan Indonesia supaya tidak lupa. Meski bahan-bahannya di sana cukup mahal, tapi setidaknya lidahnya masih belum melupakan cita rasa masakan yang asli.

Melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam tapi belum ada tanda-tanda Aslan pulang.

"Apa dia lembur ya?"

Melindungi masakannya dengan tudung saji, Mei akhirnya masuk ke kamar tidur. Mungkin ada hal lain yang bisa ia kerjakan dulu, sambil menunggu suaminya pulang.

Ia menelan ludahnya saat menatap pemandangan di depannya.

Seperti dulu, Aslan selalu meninggalkan ranjangnya berantakan. Pria itu selalu menjaga kebersihan ruangan lain, selain kamar tidurnya sendiri. Tampak baju tidur yang baru dipakai terserak sembarangan di ranjang, termasuk selembar handuk besar yang masih terasa sedikit lembab di sana.

Bukannya marah, Mei tersenyum mengambil baju tidur suaminya dan menghidunya. Wangi pria itu masih seperti dulu. Masih seperti yang diingatnya terakhir kali. Meski fisiknya berubah, tapi pria itu tetap sama.

Pria itu masih tetaplah Aslan. Suaminya.

Kedua mata Mei berkaca-kaca. Ternyata yang diucapkannya tidak bohong. Ia sangat merindukan suaminya. Sangat dan sangat, sampai hatinya kebas dan tidak bisa merasakan lagi. Banyak pria yang mendekatinya saat ia masih di LN, tapi tidak satu pun yang bisa menggetarkannya seperti yang dilakukan Aslan dulu.

Ternyata, hatinya sampai sekarang tetaplah milik Aslan. Tidak berubah sama sekali.

Kali ini, Mei bertekad untuk memperbaiki semuanya. Ia yang telah merusaknya dulu, dan ia juga yang harus bertanggungjawab memperbaikinya kembali.

Menarik seprai itu kuat, ia baru akan mencopot dari ranjang saat ada sesuatu menongol dari bawah bantal.

"Hm?"

Ternyata itu selembar foto lusuh yang ada di bawah bantal. Lagi, matanya berkaca-kaca saat menatapnya.

Foto itu adalah foto dirinya dan Aslan saat mereka pertama kali merenovasi rumah. Tampak pipinya kotor karena cat, dan suaminya memeluk bahunya sambil tertawa gembira. Mereka kotor tapi sangat bahagia.

Memegang foto lusuh itu, hati Mei sangat sakit. Ia bisa membayangkan betapa Aslan sangat kesepian selama 7 tahun ini. Ia tidak memiliki isteri di sampingnya. Bundanya juga sudah pergi meninggalkannya. Belum lagi trauma karena masalah anak.

Mei sangat tahu, ketika suaminya tahu dirinya keguguran, pria itu sangat shock. Saking shock-nya sampai ia hanya bisa duduk diam di kursi tanpa meneteskan air mata satu butir pun. Lelaki itu pun menjadi lebih sering lembur dan menghabiskan waktunya di kantor dibanding di rumah.

Tapi kala itu, di saat ia sendiri berjuang dengan depresi, yang ada di hadapannya hanyalah sosok suami yang tidak punya empati. Tidak punya perasaan. Tidak memiliki kepedulian kalau anaknya telah tiada. Hanyalah rasa marah yang perlahan menggulungnya saat itu, membuatnya memutuskan meninggalkan Aslan.

Selama hampir 2 tahun pernikahan mereka, Aslan tidak pernah menunjukkan perasaannya langsung. Pria itu terlalu pemalu untuk mengungkapkan cinta. Ia terlalu baik untuk marah. Ia terlalu kaku untuk bisa bicara lantang. Aslan akan memilih diam. Ia mungkin lebih memilih pergi dibanding berkonflik dengan orang lain.

"Pergi...?"

Jantung Mei mulai terasa berdebar kencang. Ia tidak tahu kenapa, tapi pemikiran Aslan 'pergi' membuatnya merasakan kegelisahan yang amat sangat.

Cemas, ia menatap jam tangannya lagi. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 9 malam, dan tidak ada tanda pria itu akan pulang. Segumpal kecemasan terbentuk di perutnya, membuat Mei langsung keluar kamar dan menyambar jas serta tasnya. Ia merasakan firasat tidak enak.

Hatinya sangat gelisah ketika ia mengendarai mobilnya dan menyalip di sana-sini. Meski sudah melewati jam pulang kantor, tetap saja ada kemacetan di titik-titik tertentu dan membuatnya gugup setengah mati.

Rasa lega karena melihat gedung megah yang tinggi di depannya, perlahan memudar saat ia melihat mobil kebakaran dan juga mobil polisi yang baru pergi dari lokasi. Tergopoh-gopoh, ia keluar dari mobil dan sedikit berlari kecil ke petugas keamanan dan juga beberapa karyawan yang masih tampak berdiri di lobi.

"Selamat malam."

"Selamat malam. Ada yang bisa dibantu bu?"

Mempertahankan ekspresi tenangnya, Mei bertanya ringan, "Saya barusan lihat ada mobil damkar dan juga polisi baru lewat. Ada kejadian apa?"

Beberapa dari mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Maaf, saya cuman tanya, soalnya ada saudara saya tinggal dekat-dekat sini. Jadi saya cuman khawatir."

Jawaban itu terlihat cukup melegakan, membuat mereka lebih rileks.

"Tidak ada apa-apa kok bu. Cuman ada sedikit kecelakaan saja."

"Oh? Kecelakaan apa?"

Telinga Mei dapat mendengar suara bisik-bisik di belakang si petugas keamanan.

"Yakin itu kecelakaan? Bukan b*nuh diri?"

Muka Mei memucat. Tanpa sadar suaranya sedikit melengking. "B*nuh diri? Siapa yang b*nuh diri?"

Salah satu tangan temannya memukul si penyebar gosip.

"Hush! Ga mungkin pak Aslan b*nuh diri. Ngaco kamu!"

"Tapi orang itu katanya emang agak stress kan? Ngaku-ngaku sudah nikah tapi ga pernah mau ngasih data keluarganya. Kalau ga stress, apalagi coba namanya? Ganteng-ganteng tapi gila, percuma juga."

Tidak tahan lagi, Mei mencengkeram tangan si petugas keamanan.

"Bagaimana mas Aslan? Dia gimana!?"

Cukup kaget dengan jeritan Mei, petugas itu menjawab tergagap, "Pak- Pak Aslan dibawa ke rumah sakit. Untungnya ada pak Ilyas yang tadi membantunya."

"Rumah sakit mana!? Mas Aslan dibawa ke rumah sakit mana?"

Kening si petugas berkerut curiga, saat ia sudah mulai bisa menguasai diri.

"Maaf bu. Tapi Anda ini siapanya pak Aslan?"

Pertanyaan itu membuat Mei melepaskan cengkeramannya. Terlihat beberapa pasang mata menatapnya ingin tahu, curiga dan juga mencemooh. Ia sangat tahu arti tatapan itu.

Menggertakan giginya, ia menegakkan tubuh dan mengepalkan kedua tangannya.

Suaranya terdengar sangat tegas ketika berkata, "Aslan adalah suami saya, dan dia sama sekali tidak gila!"

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!