Hanya karena logam mulia dan wasiat yang di punya oleh kakek masing-masing membuat Nathan dan Tiffani berakhir di jodohkan. Tiffani tak menyangka bahwa dia harus menikah dengan laki-laki terpandang yang terkenal dari keluarga sendok emas. Sedangkan Nathan hanya bisa pasrah dengan masa depannya setelah dia mendapatkan garis keturunan sebagai calon penerus perusahaan Kakeknya, salah satunya dengan menikahi gadis yang tak pernah dia duga sebelumnya. Bahkan perjodohan ini membuat Nathan harus menyerah untuk menikahi sang pujaan hatinya yaitu Elea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lonely
Pesawat yang ditumpangi Nathan dan Elea berhenti di Bandar Udara Internasional Tokyo. Setelah melalui perjalanan di udara sekitar tujuh jam mereka menghabiskan malam di udara.
Keduanya keluar dari pesawat memakai masker dan kaca mata untuk menutupi wajah mereka karena masih bengkak. Setelah koper berada di tangan masing-masing keduanya saling bergandengan keluar, mata Elea mencari seseorang yang sudah dia sewa untuk menjemput dirinya bersama Nathan di bandara.
Papan nama bertuliskan ‘Mrs. Elea’ terlihat, Elea langsung menggiring Nathan untuk mengikutinya menuju ke arah pria berkebangsaan Jepang.
“Mrs. Elea?”
“Yeah.”
Sopir tersebut langsung menggiring menuju ke mobil membantu meletakkan koper di dalam bagasi. Setelah mobil melaju Nathan dan Elea kompak membuka masker dan kaca mata hitam masing-masing.
Tidak lupa selama di perjalanan mereka menikmati keindahan Jepang pagi itu. Apalagi mereka liburan saat musim semi dimana udara tidak terlalu panas atau dingin, musim yang cocok dikunjungi saat liburan ke negara empat musim.
“Ini kita ke hotel?” tanya sopir yang ternyata pandai berbahasa indonesia.
Mendengar hal tersebut Nathan terkagum begitu pun juga Elea yang tak mengetahui jika sopir yang dia sewa bisa berbahasa indonesia.
“Iya sir.” jawab Elea.
“Bahasa indonesianya bagus sekali.” puji Nathan.
“Terima kasih, saya sudah sekitar satu tahun belajar bahasa indonesia.”
“Kenapa kok belajar bahasa indonesia?” tanya Nathan penasaran.
“Banyak klien saya dari indonesia, jadi saya tertarik belajar bahasa indonesia.”
“Aku tidak tahu kalau dia bisa bahasa indonesia, mangkanya aku kaget.” ucap Elea.
Tak terasa mobil yang ditumpangi mereka sampai di hotel bintang lima. Sudah menunjukan pukul sembilan pagi waktu jepang Elea tentu sudah memesan kamar hotel ini jauh-jauh hari.
“Kamu hanya pesan satu kamar?” tanya Nathan begitu mereka sudah sampai di depan pintu kamar.
Elea mengangguk. Pintu kamar berhasil terbuka, menampilkan kasur berukuran king size serta kaca jendela besar dengan pemandangan indah Kota Tokyo.
“Kenapa? kamu keberatan kalau kita tinggal satu kamar?” tanya Elea.
Netra Nathan tertuju pada sofa panjang yang terletak di dekat jendela. “Aku tidur di sofa saja nanti.”
Elea terkekeh. “Kamu ini kok sok banget sih pakai tidur di sofa.”
“Bukan seperti itu.” Nathan berdehem.
Selanjutnya laki-laki tersebut langsung memilih menuju ke arah koper mengambil baju untuk bersiap-siap mandi. Nathan masih tahu apa yang baik dan buruk serta batasan, apalagi dia berasal dari keluarga terpandang tidak mungkin juga dia menghamili anak orang sebelum menikah.
Di bawah air dingin yang mengguyur rambutnya Nathan memejamkan matanya tujuan dia ke Jepang untuk bersenang-senang bersama Elea tapi kenapa dia masih terus memikirkan Indonesia. Sampai akhirnya dia teringat jika belum mengabari keluarganya.
Buru-buru Nathan menyelesaikan mandinya dan keluar dengan keadaan rambut yang basah dan jubah mandinya. Sementara itu pemandangan ini baru pertama kali Elea lihat, perempuan itu tengah duduk di sofa sambil melihat keluar kaca jendela.
Elea merasa terpesona saat melihat Nathan keluar dari kamar mandi. Padahal sebenarnya tanpa Elea ketahui dan sadari pemandangan inilah yang disaksikan oleh Tiffani setiap hari.
Setelah Elea masuk ke kamar mandi, Nathan menghidupkan ponselnya sambil di cas karena baterai di ponselnya yang tinggal dua puluh persen.
Pesan masuk yang pertama dari Tiffani diikuti oleh panggilan tak terjawab dari Mamanya.
Tidak ingin membuat Mamanya marah, Nathan langsung menghubungi Mamanya.
“Nathan! kamu kenapa di jepang? kenapa nggak pamit sama mama papa atau nenek?” di ujung sana terdengar Bu Mila yang tampak emosi.
“Maaf ma, Nathan mau pamit tapi nggak mau ganggu mama malam-malam yang lagi istirahat.”
“Sekarang jelasin kenapa kamu ada di jepang?”
Mendengar pertanyaan tersebut Nathan langsung memutar otak cepat. “Ada acara kampus ma.”
“Acara kampus apa? mama nggak mau tau besok kamu harus pulang!”
“Ngga bisa ma, lusa baru Nathan pulang.”
“Kamu ini bikin mama naik darah aja, lain kali jangan kayak gini lagi mama nggak suka.”
“Iya ma, maaf.”
Panggilan terputus secara sepihak begitu saja. Namun Nathan belum sepenuhnya bisa bernapas lega karena alasan yang dia gunakan. Nathan memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain bagaimana jika sang mama mengkonfirmasi langsung ke kampusnya acara apa yang diadakan sampai membuatnya terbang ke Jepang.
***
Sebelum disibukkan dengan kegiatan kampus yang padat Tiffani menikmati hari liburnya saat ini. Tidak sepenuhnya hari libur karena dia tetap berhadapan dengan laptop untuk menyelesaikan pekerjaan dari asisten dosen yang dia dapat tempo hari.
“Sepi banget.” gumam Tiffani.
Biasanya jika di rumah, dia akan mendengarkan teriakan dari ayah ibu dan adiknya yang tengah adu mulut. Sekarang, Tiffani sudah tidak dapat mendengar hal itu lagi.
Akibat bosan muncul rasa penasaran Tiffani membuat dirinya mengetikan namanya di mesin pencarian google. Sudah dapat Tiffani duga pasti banyak artikel yang meliput tentang pernikahan dirinya bersama Nathan.
Dia membaca satu persatu komentar netizen, ada yang membuatnya terkikik karena komen yang lucu, ada juga yang membuatnya marah karena komen yang tidak sesuai dengan dirinya sama sekali.
@kalulaaja: nggak cocok banget pangeran sama gadis miskin
Membaca komentar tersebut membuat wajahnya masam. Latar belakangnya kini menjadi rahasia umum banyak orang yang mengorek tentang hal tersebut untuk mendapatkan berita.
“Emang kenapa kalau miskin? gadis miskin nggak boleh nikah sama keluarga kaya.” Marahnya karena melihat komentar tersebut.
Satu notifikasi pesan masuk dari Nathan di ponselnya. Tiffani merasa lega tatkala akhirnya pesannya di balas oleh Nathan.