Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.Kembali Ke Masa Kini
"Selamat pagi anak anak,"
"selamat pagi juga Ibu Nami,"
"Siap belajar hari ini?"
"Siap Ibu Nami,"
"Bagus, Ibu senang dengan semangat kalian. Kita lanjutkan materi yang kemarin ya, anak anak,"
"Siap Ibu Nami,"
Itulah keseharian dari Namira selama satu minggu ini. Perhatian nya tiba tiba tertuju pada wajah seorang Abraham mini.
Wajah bocah berumur 6 tahun itu tampak begitu murung dengan mata yang sayu. Ingin rasanya mendekap erat tubuh mungil itu, namun sayang, bayangan sang ibu yang mungkin akan begitu shock mendapati kenyataan jika anaknya sudah pernah menikah bahkan memiliki anak terus membayangi Namira seolah olah itu adalah sebuah bentang pertahanan yang Namira buat untuk tidak melewati batas.
Meski rasa rindu pada sang buah hati begitu besar dan menggebu. Setelah memastikan identitas dari Darren, kini Namira tahu jika anak yang bernama Darren Adhijaya itu adalah bayi yang dia lahirkan 6 tahun lalu.
Yang dia tinggalkan sebelum sempat melihat bagaimana wajah dari bayi mungil yang suara tangisnya selalu menghantui Namira dibulan bulan awal dirinya tinggal diBandung.
Namun yang jadi pertanyaan nya, kenapa Abraham dan keluarga nya tiba tiba ada diBandung? Bukan kah mereka seharusnya tinggal di Jakarta? Apa kah ini takdir yang mengharuskan dirinya untuk bertemu dengan putra nya itu, batin Namira bertanya tanya.
Namun semua belum mendapatkan jawaban nya meski begitu, Namira tidak mau ambil pusing. Lebih baik dia menikmati hari harinya bersama sang buah hati meski sang anak hanya menganggapnya seorang guru pengajar pun tak mengapa.
Sudah bisa berada disamping nya dan sudah bisa melihatnya dari jarak dekat saja, Namira sudah cukup bersyukur. Karena dengan begitu, dia bisa mengobati rasa rindunya yang selama 6 tahun ini dia pendam sendiri.
"Hai, kamu kenapa tidak ikut main bersama dengan tema teman yang lain Nak?" tanya Namira pada anak yang duduk dimeja belajarnya padahal jam istirahat sudah tiba dan semua teman teman sekelasnya sudah berhamburan keluar kelas.
"Tidak Bu, lagi malas saja," jawab nya sendu.
"Are you okey? cerita sama Ibu, apa terjadi sesuatu?"tanya lagi demi melihat wajahnya yang kian muram.
"Nak, kamu___"
"awww, ssstttt, jangan dipegang Bu, sakit,"pekik nya saat Namira mencoba menyentuh bahu dari anak itu.
"Darrean, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang sakit sayang?" tanya Namira lagi tiba tiba panik melihat wajah pucat dari anak yang bernama Darren itu.
"Saya tidak apa apa Bu, saya___"
Brraaaakkkk
"Ya ampun Darren, kamu kenapa sayang? ada apa? Sebentar ya Nak, kita akan keruang kesehatan,"ucap Namira yang semakin dibuat panik karena Darren tiba tiba saja jatuh pingsan.
Namira dengan sekuat tenaga membawa Darren dalam gendongan nya.Namira mencoba bbersikap tenang meski jantungnya saat ini berdetak begitu kencang.
Belum lagi rasa takut akan terjadi sesuatu pada putra nya itu kian menambah rasa bergemuruh didalam dadanya.
"Pak Andra, tolong Pak, anak didik saya tiba tiba pingsan,"seru Namira pada dokter jaga yang saat itu yang bertugas adalah dokter bernama Andra, setelah tiba didepan pintu ruangan kesehatan yang ada disekolah itu.
Dengan sigap seorang dokter yang bernama Andra itu mengambil alih Darren dari gendongan Namira hingga berpindah ketangan nya, lalu membawanya masuk.
Dengan sigap pria yang hampir seumuran dengan Namira itu memeriksakan keadaan Darren. Dahi nya mengerut saat melihat beberapa memar ditubuh anak kecil itu.
"Ada apa Pak? Apa terjadi sesuatu dengan nya?"tanya Namira yang mulai terlihat panik.
"Coba lihat,"
Dokter Andra langsung membuka kemeja sekolah Darren dan meperlihatkan beberapa memar ditubuh anak itu hingga membuat Namira membilatkan matanya.
Dan tanpa Namira sadari matanya kini basah saat melihat beberapa memer yang ada ditubuh anak kecil itu.
"I_itu, ke_kenapa tubuhnya penuh dengan memar Dok??" tanya Namira dengan suara terbata saking shock nya mendapati keadaan putranya yang seperti telah mendapati kekerasan dari seseorang.
"Kita harus memanggil kedua orang tuanya Bu, dengan begitu, kita bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini adalah tindak kekerasan pada anak yang bisa saja didapatkan karena bullying. Dan kita harus mencegah adanya bullying disekolah kita ini,"
Runtuh sudah pertahanan seorang Namira saat tahu jika putranya menjadi korban tindakan kekerasan.Bahkan tubuhnya sampai limbung jika saja dokter Andra tidak sigap menangkap tubuhnya mungkin saat ini tubuh ramping miliknya akan terjerambab dilantai ruang kesehatan.
"Anda baik baik saja?" tanya dokter Andra setelah berhasil membawa Namira duduk dikursi yang ada diruangan itu.
"Iya, saya baik baik saja. Lalu apa yang harus kita lakukan dokter?"
"Kita hubungi saja dulu pihak keluarganya, semoga kita segera mendapatkan jawaban dari semua ini."
Namira pun segera melaporkan ke pihak sekolah untuk memanggil kedua orang tua dari Darren yang ternyata saat ini kedua orang tuanya tengah berada diluar kota.
Namun sang ayah, Abraham Adhijaya segera menyanggupi kedatang nya ke sekolah di esok hari sesaat setelah dirinya pulang dari luar kota.
Darren sendiri kini udah diperbolehkan pulang. Dengan di antarkan oleh Namira sebagai penanggung jawab anak itu selama dirinya disekolahan.