"Mau gak Lo jadi pacar gue?"
"Gue udah jadi istri Lo kalau Lo lupa"
"Jawab atau gue cium Lo di sini"
UTTARA PRADIPTA ARSENIO putra tunggal seorang konglomerat di jakarta yang pindah ke sekolah baru untuk mengejar cinta pertamanya. Siapa sangka karena sebuah kesalah pahaman dia malah harus menikah dengan FANAYA LOVANIA seorang gadis biasa yang terkenal ambisius dan cerdas. mereka menyembunyikan pernikahannya dengan teman sekolahnya dan berjanji akan berpisah setelah lulus sekolah.
lalu bagaimana perasaan Uttara dengan cinta pertamanya? mengapa di saat melihat Fanaya di dekati pria lain Uttara merasa cemburu. akankah tumbuh rasa cinta di antara keduanya? atau mereka tetap teguh berpisah dan menganggap tidak ada yang terjadi di antara keduanya?
yuk baca lanjutannya gengs di jamin menghibur
happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BABAK BELUR
Bener yang di katakan Sonya tadi kalau Uttara pergi tanpa pamit pas pulang wajahnya mirip dedemit
Pemuda itu pulang dengan wajah yang lebam sana sini. Uttara berkelahi lagi, tapi tidak tau dengan siapa. Pemuda itu tampak begitu santai masuk ke dalam rumah meskipun dia tau sebentar lagi akan ada petasan meledak
"Berantem lagi? Kali ini sama siapa?"
Nah petasan yang Uttara maksud adalah suara Mami nya
"Kapan sih berhenti berantem, Uttara? Nggak malu sama istri kamu?" tanya Sonya lagi
Uttara hanya menghela napas, dia tidak tau kapan akan berhenti berkelahi karena yang namanya musuh Uttara sudah terlalu banyak. Terkadang para musuhnya sengaja mencari masalah dengan sahabatnya agar bisa berduel dengan Uttara. Karena kalau menunggu pemuda itu mencari masalah sampai lebaran monyet pun nggak akan pernah terjadi. Sudah Uttara katakan kalau dia nggak akan mencari masalah duluan dengan siapapun
"Menang Boy?" tanya Andi yang baru pulang dari kantor
Sonya hanya mendelik, itulah yang membuat Uttara tidak bisa berhenti dari yang namanya berkelahi, ada yang menjadi pendukung nya
"Menang dong kalau kalah berarti bukan cucu Nenek" nah tambah satu lagi yang menjadi pendukung Uttara
Uttara hanya terkekeh, dia baru bisa berkutik kalau Papi dan Nenek nya sudah datang
"Kenapa senyam senyum? Di tanyain tu menang apa nggak? Kalau kamu kalah Papi datang ke tempat kamu kelahi bersama om Doni dan Om Axel" kata Sonya. Dia yakin Uttara berkelahi karena putra kedua sahabat suaminya itu
"Memang Mi, muka mereka berdua lebih parah dari pada aku" kata Uttara bangga, dan mendapat pelototan dari Sonya
"Anak kamu mas! Udah punya istri masih aja kelakuannya begini, ampun dah!"
Fanaya menoleh pada Uttara, pemuda urakan itu tampak santai sekali. Tidak ada rasa bersalah sama sekali karena sudah berkelahi
"Fanaya bawa suami kamu ke kamar, obati dia!" titah Nenek pada Fanaya
Gadis yang sudah menjadi istri Uttara itu hanya mengangguk dan meminta Uttara untuk mengikutinya ke kamar
Sesampainya di kamar Fanaya segera mengambil kotak obat dan meminta Uttara untuk duduk di sofa
"Tahan ya"
"Hmmm.. Au sakit Nay!"
"Ya elah, masa sih sakit? Pas di gebukin nggak ngeluh sakit" kata Fanaya sambil terus mengobati wajah Uttara "Bagaimana Lo sekolah besok?"
"Sekolah tinggal sekolah, apa susahnya" jawab Uttara. Dia meringis karena Fanaya menekan luka lebamnya dengan sengaja
"CK, Lo udah sering ya kayak gini?"
"Hmm"
"Harus ya, nyelesaiin masalah pake berantem?"
"Hmm."
"Kata Mami Lo berantem gara-gara bantuin temen Lo, bener?"
"Hmm"
Fanaya menghela napas "Gue tampol Lo ya kalau Hmm sekali lagi"
"Lagian Lo udah tau muka gue kayak gini, kenapa masih di ajakin ngomong?"
"Lah, yang ngomong kan bukan muka Lo tapi mulut Lo!"
"Berhenti ngomong atau gue tampol?" kini gantian Uttara yang mengancam
Fanaya memutar matanya dia malas berdebat dengan Uttara yang super menyebalkan itu
"Udah selesai, mandi sana Lo bau!"
Uttara mengendus badannya sendiri, tidak bau seperti yang di katakan Fanaya barusan "Lo jangan bohong, gue nggak bau badan ya! Mau nggak mandi seminggu pun gue tetep wangi, kalau nggak percaya coba aja cium nih!"
Uttara mendekati Fanaya dan menyodorkannya ketiaknya pada gadis itu, sontak saja Fanaya menjauh dan berteriak
"Awas Lo kesini! Gue tampol beneran ya, Uttara!" ucap Fanaya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi
Uttara nyengir jiwa jahilnya kembali muncul "Nggak ada yang boleh bilang gue bau!'
"Iya-iya Lo nggak bau! Puas Lo? Aaaaa... Uttara!"
Bukannya berhenti Uttara malah semakin menjadi. Pemuda itu mendekat sambil memberikan ketiaknya pada Fanaya
"Nih cium ketek gue! Lo bilang tadi gue bau kan?"
"Iya Lo nggak bau. Sana Uttara!"
Uttara semakin terkekeh, ternyata seseru ini mengerjai Fanaya. Saking serunya mengelilingi sofa nggak sengaja kaki Uttara tersangkut karpet bulu dan berakhir jatuh menimpa Fanaya
Tiba-tiba pintu kamar terbuka Nenek dan Sonya masuk kamar dengan tergesa-gesa. Tadi mereka mendengar suara Fanaya berteriak, mereka takut Uttara memukul Fanaya karena nggak terima di obati oleh gadis itu
"Astaghfirullah!" ucap Sonya dan Nenek sambil menutup mata dengan kedua telapak tangannya tapi mereka juga mengintip dari sela-sela jari mereka
"Boy, ingat kalian masih sekolah! Jangan terlalu gas kalau kata band kotak, pelan-pelan saja" ucap Nenek sambil menahan tawanya
Uttara berdiri begitu pun dengan Fanaya . Mereka salah tingkah dan seperti maling yang tertangkap basah
"Ayo Sonya kita keluar" ajak Nenek "Jangan ganggu proses pembuatan embrio"
Fanaya terbelalak dan ingin menjelaskan semuanya, tapi Uttara menahan tangannya
"Kenapa? Gue harus jelasin ke Nenek juga Mami!"
"Biarin aja, gimana kalau kita beneran buat embrio, mau?"
Fanaya mendelik, lalu menampol wajah Uttara "Dasar mesum!"
Setelah kejadian tadi Fanaya dan Uttara menjadi salah tingkah kalau bertemu dengan Sonya dan Nenek. Padahal, mereka tidak melakukan apa-apa
Fanaya bahkan menolak saat Uttara mengajaknya makan malam, katanya dia malu dan nggak sanggup bertemu kedua wanita itu
"Lo mau mati kelaparan di kamar ini? Gue nggak mau kamar gue berhantu, ya!"
Fanaya menghela napas, sebenarnya dia memang sedang lapar. Jika tidak makan sekarang, pasti nanti malam dia kelaparan
"ya udah ayo. Tapi....gue malu sa-"
"Udah pasang muka tembok aja" ujar Uttara. Muka tembok adalah jalan ninjanya kalau merasa bersalah pada kedua wanita singa itu
Bicara memang gampang tapi kenyataannya Fanaya tidak berani menatap Sonya dan Nenek. Malu dia sangat malu. Gagal sudah muka tembok yang di ajari Uttara tadi
"Kenapa makanannya cuma di liatin aja? Makanannya ada salah sama kamu?" tanya Nenek saat melihat Fanaya hanya mengaduk-aduk makanannya
Fanaya terkejut dan kembali salah tingkah "I-iya, eh maksudnya nggak apa-apa Nek"
Uttara menendang pelan kaki Fanaya . Memberi kode supaya tidak salah tingkah seperti tadi. Uttara tau seperti apa Nenek nya itu. Jika salah tingkah ia akan membuat orang itu semakin salah tingkah